~Afgan - Jalan terus~
🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆
"Santai bro,gue nggak apa-apain dia," ucap Dave ketakutan sambil melangkah mundur.
Senja tak membalas ucapan Dave, dia begitu marah. Mengingat dia selalu menjaga Caca, bahkan menghindari kontak fisik yang terlalu intim dengan Caca, dan Dave dengan seenak jidatnya bilang dia tidak melakukan apa-apa pada Caca?
"Gue nggak apa-apain dia, sumpah! Gue masih inget sama tunangan gue," ucap Dave, lagi. Dia masih mencoba membela diri, dan tak berpengaruh sama sekali pada Senja. Senja terus melangkah cepat dan akhirnya setelah sampai di depan Dave, dia melayangkan sebuah pukulan ke arah wajah Dave.
Bugh!
"Ini buat memar dan luka di wajah Caca!"
Bugh!
"Ini buat tindakan binatang lo!"
Kembali Senja melayangkan pukulan berkali-kali pada wajah dan perut Dave, yang terakhir Senja menendang selangkangan Dave dengan sekuat mungkin.
"Dan ini buat otak lo yang udah pindah tempat di selangkangan lo!"
Dave meringkuk di lantai apartmentnya dengan wajah pucat menahan sakit dan juga leleran darah dari mulut dan hidungnya.
Setelah puas menghajar Dave, Senja langsung kembali pada Caca. Hatinya teriris saat melihat keadaan Caca yang sangat memprihatikan, pastinya bukan hanya fisik tapi juga mentalnya akan terguncang. Senja berharap Caca akan baik-baik saja, walau hanya sebuah harapan yang rasanya mustahil. Caca jelas terlihat tak baik-baik saja saat ini.
"Semua akan baik-baik aja Ca," lirih Senja sambil membawa Caca pergi dari apartment terkutuk itu.
Terpaksa Senja meninggalkan motornya, dan membawa Caca menggunakan taxi. Sepanjang perjalanan, Caca tak berhenti menangis, meraung bahkan memukul dirinya sendiri, dan Senja hancur saat melihat Caca seperti itu.
"Berhenti Ca!" bentak Senja dengan suara gemetar. Tangannya menahan tangan Caca yang berusaha untuk memukul-mukul badannya sendiri. Caca tak mempedulikan ucapan Senja, dia berbuat seenaknya, mencoba menyakiti dirinya sendiri.
"Dia gila ya mas?" jika saja Senja tak sedang menahan badan Caca, mungkin dia sudah menghajar supir taxi yang bicara seenaknya itu.
"Dia nggak gila," lirih Senja meyakinkan dirinya sendiri bahwa Cacanya memang tak gila seperti yang dituduhkan oleh sang supir taxi.
Caca makin menjadi dan Senja hanya mampu memeluk Caca dengan erat. Caca menangis, menepis tangan Senja, dan mulai menjambaki rambutnya sendiri.
Apakah kisah mereka akan berakhir setragis ini? Sudah banyak masalah yang rasanya berat mereka hadapi bersama, mungkin ini sebuah ujian yang akan menentukan semuanya.
°•°°•°°•°
Setelah mengantarkan Caca ke sebuah rumah sakit yang tak jauh dari rumah Caca, Senja langsung kembali ke Rumah Sakit Cipta Medika karena dia harus kembali bekerja. Sampai di sana Senja langsung mendapatkan teguran dari salah satu seniornya, dan setumpuk pekerjaan menantinya.
Saat Senja bertugas jaga malam, yang dia lakukan hanya melamun sepanjang jadwalnya. Beruntung malam itu tidak terlalu banyak calon pasien yang masuk. Dan seharusnya adanya waktu yang tak banyak itu bisa dimanfaatkan Senja untuk memejamkan matanya sesaat, tapi dia tak bisa, sama sekali tak bisa memejamkan matanya barang sedetik pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Temper
Random[SEQUEL 30 DAYS] [DIREVISI] Senja Retama Putra dan Raisa Inara Putri Mereka akhirnya di pertemukan lagi setelah hampir lima tahun tak bertemu. Caca seorang model dan Senja seorang dokter. Saat sebuah kejadian memaksa Caca berhenti dari dunia m...