18. Jarak

6.2K 400 95
                                    

~Adele - All I Ask~



~~~

Sore ini hujan turun dengan derasnya, sejak pagi memang matahari tak menampakkan diri. Caca juga malas melakukan apapun, dia hanya tiduran di dalam kamarnya, sambil memainkan ponselnya.

Merasa bosan, Caca membuka aplikasi Line dan mencoba mengirim Line pada Senja.

Raisa : Nja lg apa?
Read

Caca mengerutkan keningnya, heran kenapa Senja hanya membaca Line nya tanpa membalas.

Raisa : Nja,
Read

Kerutan di kening Caca semakin banyak.

Raisa : Nja, kamu kenapa?

Raisa : Nja

Raisa : Senja!

Raisa : Dung, lo kenapa sih?!
Read

Caca bangun dari tidurannya dan menatap layar ponselnya tak percaya. Pasti sesuatu terjadi pada Senja hingga tak ada balasan apa pun yang didapat oleh Caca.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Caca mengambil jaketnya yang paling tebal, dan segera turun ke lantai bawah untuk mencari Pak Seno. Mamanya berada di dapur saat Caca sampai di lantai bawah, dia berpamitan pada mamanya sebelum menemui Pak Seno di ruangan yang ada di dekat bagasi rumahnya.

Pak Seno memang tidur di sana, karena setiap pagi dia harus menyiram tanaman mamanya dan juga sedia setiap waktu untuk mengantar Caca ataupun mamanya jika ingin pergi.

Sepanjang jalan menuju rumah sakit, Caca masih mencoba menghubungi Senja. Nomor Senja aktif, tapi Senja tak mengangkat panggilan Caca, hal itu membuat Caca semakin gelisah.

Sampai di rumah sakit, Caca langsung menuju ruangan Senja dengan tergesa. Dia bahkan sampai terjatuh saat menaiki tangga, hal itu membuatnya terduduk sesaat merasakan nyeri di bagian bawah perutnya. Saat seorang suster mendekat, Caca masih mengatur nafasnya dan terduduk di tangga sambil memegangi bagian pinggangnya.

"Anda kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanya suster itu dengan ramah. Caca bersyukur suster itu peduli dengan keadaannya walau dia tidak meminta bantuan, karena saat ini dia merasa keram di bagian bawah perutnya semakin menjadi.

"Saya sedang hamil, dan perut saya sakit," jawab Caca. Sesekali dia meringis, bahkan merintih karena merasa keramnya semakin menjadi.

"Ya Tuhan, anda harus segera diperiksa."

Suster itu membantu Caca berdiri, memapahnya bahkan tanpa repot menyuruh Caca untuk mengurus segala administrasinya terlebih dahulu. Karena Caca merasa terlalu takut jika harus diperiksa sendiri, dia meminta bantuan suster yang tadi menolongnya untuk mengantarkannya ke ruangan dimana Senja dan teman-temannya berada.

Sampai di depan ruangan itu, Caca dan sang suster berhenti.

"Terimakasih suster," ucap Caca diiringi dengan senyum walau sesekali masih meringis menahan sakit.

"Loh, anda teman dari salah satu dokter muda di dalam?" tanya suster itu tampak terkejut.

"Ya, saya calon istri Dokter Senja," jawab Caca. Kali ini dia tidak bisa menahan senyumnya lagi.

Suster itu diam, tidak tersenyum, tapi keningnya berkerut dalam.

"Saya kira, perempuan yang sering bersama Dokter Senja itu pacarnya, ternyata bukan. Wah saya jadi merasa bersalah, saya dan teman saya sering menggosipkan Dokter Senja mesum di tempat kerja." Caca tersentak dengan ucapan suster itu. Dia tak tau harus percaya atau tidak, tapi hatinya merasa sesak saat itu juga. "Tapi jangan terlalu dipikirkan, anda tengah hamil, eh tunggu bukannya kalian belum menikah?" tanya suster itu tampak terkejut.

Bad TemperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang