13. Dimulai

6.5K 428 123
                                    

~Tulus - Ruang Sendiri~




Mulmed : caca
~~~
Hari demi hari berlalu begitu saja, tak terasa sudah hampir satu bulan sejak kejadian malam Senja dan Caca. Caca menjalani semuanya biasa saja, Senja pun demikian. Tak ada yang berubah, semua yang dikhawatirkan keduanya mungkin... tak akan terjadi.

Saat ini Caca sudah kembali bekerja, dan Senja kembali fokus pada masa koassnya. Biasanya saat jam makan siang, Caca akan menyempatkan diri datang ke rumah sakit dan makan siang bersama dengan Senja juga dua teman Senja, Alin dan Zaki.

Seperti siang ini, Caca datang ke rumah sakit dengan diantar supir. Dia sudah terbiasa masuk ke ruangan yang ditempati Senja dan teman-temannya, jadi Caca tak perlu meminta izin terlebih dahulu pada Senja. Caca sedikit bersenandung saat menaiki anakan tangga satu persatu hingga dia sampai di depan ruangan yang ditempati Senja dan teman-temannya.

Baru saja Caca ingin membuka pintu ruangan itu saat pundaknya ditepuk seseorang. "Hai Ca!" ucap orang itu dengan kelewat ceria. Caca membalik tubuhnya dan mendapati Anya berdiri di belakangnya, bersama dengan... Senja. Sialan! Caca menyipitkan matanya, meyakinkan dirinya sendiri bahwa Anya memang berdiri di dekat Senja-bahkan terlalu dekat karena lengan mereka bersentuhan.

"Kamu nggak bilang dulu mau ke sini Neng?" tanya Senja-dia terkadang memanggil Caca dengan Neng seperti saat mereka dulu masih SMA, walau Caca tak suka tapi Senja tetap memanggilnya demikian.

"Harus bilang dulu ya?" tanya Caca mencoba untuk tak langsung emosi. Dia cemburu, tapi dia masih mencoba mengontrol rasa cemburunya. Caca tak suka mereka terlalu dekat. Alasannya, karena berawal dari dekat semuanya bisa terjadi. Bahkan hal yang tak pernah terpikirkan sekali pun bisa saja terjadi.

"Ya enggak, yaudah yuk masuk dulu!" Senja mendorong Anya masuk terlebih dahulu, tentu saja hal itu tak terlewat dari pandangan Caca. Caca menunggu Senja mempersilahkannya masuk, tapi Senja tak kunjung menyuruhnya masuk. Senja masih berdiri di depan pintu dengan sebelah tangan pada handle pintu dan sebelah tangan bebas di samping tubuhnya.

"Nggak marah kan?" tanya Senja seakan tau apa yang ada di benak Caca saat ini. Caca mengangguk singkat, mencoba memaksakan senyumnya pada Senja. "Anya tadi periksa kandungannya sendirian, aku tadi nggak sengaja pas ada di ruangan Dokter Ana saat Anya ke sana. Jadi aku ikut membantu Dokter Ana memeriksa Anya." Senja memang sudah tau jika Anya hamil, beberapa hari yang lalu Caca memberitahu Senja. Awalnya Senja terkejut, tapi dia tak banyak komentar tentang kehamilan Anya.

"Ca, kamu nggak apa-apa kan?" Caca diam, dia tak tau harus ber-reaksi seperti apa saat ini. Dia hanya tak menyangka jika Anya akan memeriksakan kandungannya di rumah sakit ini. Kenapa kebetulan sekali, padahal banyak rumah sakit yang lebih dekat dari rumah Caca.

Mungkin karena terlalu lama mereka tak segera masuk ke dalam ruangan, Anya keluar lagi dan menatap Caca juga Senja secara bergantian dengan sebelah alis terangkat. Caca sekali lagi hanya tersenyum, dan segera masuk terlebih dahulu meninggalkan Senja di sana dengan Anya yang masih di pintu.

Sampai di dalam, Caca langsung disambut dengan Alin dan Zaki seperti biasa. "Siang Dokter Alin," sapa Caca pada Alin.

Alin mengulum senyum malu. "Calon Ca, aku belum jadi dokter tau!" ucap Alin diiringi suara kekehan Caca dan juga Zaki.

"Kamu bawa apa Ca?" tanya Zaki menunjuk bekal yang dibawa Caca. Caca menyerahkannya pada Zaki dan Alin lalu mengambil tempat duduk di dekat Alin. Senja belum juga masuk ke dalam, padahal sudah cukup lama Caca menunggu Senja. Anya juga masih belum kelihatan, sepertinya mereka punya sesuatu untuk dibicarakan terlebih dahulu.

Bad TemperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang