34.

5.7K 342 48
                                    

~~
Caca jadi sering melamun, dan lupa makan. Setelah dia bangun dari pingsannya, yang dia tau Senja masih hidup. Hanya itu? Jawabannya ya, karena sejak saat itu dia tak diperbolehkan pergi oleh mamanya. Alasannya karena Caca terlalu lemah, dan kemungkinan besar janin dalam kandungannya bisa keguguran jika dia tak banyak istirahat.

Sampai sekarang dia belum tau bagaimana keadaan Senja, tapi kabar terakhir yang dia terima dari Vita, Senja masih belum sadar. Kecelakaan itu cukup parah, karena tubuh Senja tak bisa kembali seperti semula. Wajah mungkin masih sama, hanya saja organ tubuh Senja yang lain perlu penanganan serius dan butuh waktu yang lama agar berfungsi dengan benar.

Kecelakaan itu disengaja, dan pelakunya sudah ditangkap. Caca belum menemui pelaku tabrak lari Senja, dan Caca tak akan berani juga untuk menemui orang itu.

Bintang selalu datang ke rumahnya, tapi Caca seperti tubuh tak bernyawa.

Bintang bicara, Caca diam. Bintang sudah berusaha keras untuk membuat Caca mau makan dan bicara, tapi pada akhirnya usaha yang dia lakukan sia-sia. Caca tampak seperti orang mati saat ini.

Dua minggu kemudian, Sarah mulai takut bayi yang dikandung Caca akan kenapa-kenapa karena kurangnya gizi dan kesehatan Caca yang melemah. Sarah memutuskan untuk membawa Caca menemui Senja, dan hal itu nyatanya mampu membuat mata Caca yang sebelumnya kosong jadi bernyawa. Walau sorot mata itu penuh dengan kesedihan yang mendalam.

“Kamu harus makan Ca, ingat! Ada bayi kamu dan Senja yang harus kamu pikirkan juga,” bujuk Sarah lembut. Dia baru saja pulang dari mengantarkan Caca menengok Senja.

“Mama janji setelah ini akan antar kamu ketemu sama Senja, lagi,”

Caca bereaksi. Dia menoleh ke arah Sarah, tersenyum kecil, lalu mengangguk membiarkan Sarah menyuapinya nasi. Walau dipaksa, Caca tetap tak bisa menghabiskan satu piring nasi yang sudah disiapkan oleh Sarah, dia hanya mampu menghabiskan setengahnya dan menolak untuk membuka mulutnya lagi.

“Kapan ke tempat Senja ma?” tanya Caca pada Sarah yang sedang mencuci piring bekas Caca.

“Sama Bintang mau ya?” tawar Sarah.

“Mau,” jawab Caca singkat.

“Yaudah kamu siap-siap dulu, mama telepon Bintang ya,” Caca mengangguk dan bergegas menuju kamarnya untuk bersiap-siap.

Saat Bintang datang, Caca sudah selesai bersiap. Bintang menggenggam tangannya, tersenyum padanya, dan Caca hanya mampu membalas semua itu dengan senyuman tipis tanpa makna untuk Bintang.

Caca diam saja selama perjalanan, Bintang sesekali mengajak Caca bicara tapi berakhir dengan diabaikan oleh Caca.

Sampai di rumah sakit, Caca langsung turun dari mobil Bintang. Caca berjalan sendiri menuju ruang rawat Senja, tanpa menunggu Bintang karena menurutnya Bintang terlalu lama berjalan.

Suara gaduh menyambutnya saat Caca hampir sampai di depan ruang rawat Senja. Ada Vita dan Raka juga kedua orang tua Senja di sana. Caca ingin berlari, tapi ternyata Bintang menarik pinggangnya dan berbisik pada Caca agar berjalan pelan-pelan.

Caca menurut dengan tidak sabar. Kurang beberapa langkah dari tempat keluarga Senja, Vita melihatnya dan meminta Caca untuk cepat mendekat.

“Senja siuman,” itu yang mampu Caca dengar dari Vita.

“Dia nanyain kamu dan babynya,” tambah Raka.

“Kamu masuk dulu sayang, setelah kamu baru kami akan masuk,” ucap Ratih—mama Senja.

Caca mengangguk dengan tangis haru yang coba dia tahan. Membuka pintu itu perlahan dan saat melihat Senja melihat ke arahnya, Caca berlari, sesaat melupakan fakta bahwa dia sedang hamil.

Bad TemperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang