23. Bintang atau Senja?

5.2K 392 103
                                    

23. Bintang atau Senja?


°•°°•°°•°
Caca menikmati waktunya dengan Bintang. Malam ini, sepulangnya dia dari rumah Bintang, gantian Bintang yang ke rumahnya. Sarah menyambut Bintang dengan baik, dan memang tak ada alasan untuk menyambut Bintang dengan tidak baik.

Bintang seperti punya sihir tersendiri untuk memikat para wanita, buktinya, sejak datang tadi Sarah langsung memonopoli Bintang dan tak membiarkan Caca untuk sedetik saja berbincang dengan Bintang.

Entah itu adalah niat terselubung Sarah untuk menjauhkan Bintang dengan Caca, atau karena memang Sarah ingin punya waktu berbincang dengan Bintang.

Caca mendengus sekali lagi, lama-lama dia bosan juga menjadi kambing congek. Sejak tadi dia tak diajak bicara, dia sudah memulai untuk nimbrung, tapi pada akhirnya dia diacuhkan lagi.

"Ekhem! Ekhem ekhem!" Caca berdehem keras, tapi Sarah dan Bintang hanya menoleh sekilas lalu kembali asik mengobrol.

Dengan kesal Caca melemparkan bantal di dekatnya ke arah Bintang. "Aku ke kamar Ma, awas ntar papa marah kalo mama ganjen mulu," ucap Caca dan berlalu dari sana dengan muka ditekuk.

"Tante," Bintang tampak khawatir melihat Caca berjalan menaiki tangga dengan sedikit berlari. Dia bahkan sudah berdiri dan hendak menyusul Caca, kalau saja Sarah tidak menahannya.

"Biar saja Caca ke kamarnya, nanti dia akan turun lagi kalau lapar. Duduk dulu, ada yang mau tante bicarakan dengan kamu," ucap Sarah serius.

Bintang kembali duduk di dekat Sarah, sesekali dia menengok ke lantai atas di mana kamar Caca berada. Kekhawatiran tampak jelas tergambar di wajah Bintang, dan Sarah melihat itu semua dalam diamnya.

"Bintang," panggil Sarah.

"Iya, tante." Bintang menolehkan pandangannya pada Sarah.

Sarah tersenyum lagi, dan Bintang membalasnya dengan senyuman tipisnya.

"Kamu serius dengan anak tante?" tanya Sarah pada Bintang.

Bintang tak langsung menjawab, tapi dia tak mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ada keseriusan dari tatapan Bintang, tapi masih banyak kebimbangan di sana. Sarah tak memaksa, dia memberikan waktu sebanyak-banyaknya untuk Bintang agar berpikir terlebih dahulu.

Sarah hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, entah Bintang atau Senja nantinya yang akan dipilih oleh Caca, Sarah hanya bisa mendukung keputusan Caca. Walau baginya Senja sudah dia anggap sebagai anak sendiri, tapi tak menutup kemungkinan Bintang bisa menempati posisi itu jika memang Caca bersedia menerima Bintang.

"Dulunya, saya memang bukan orang yang bisa berkomitmen tante. Jujur saya bukan orang baik, saya berandalan yang hanya bisa mempermalukan keluarga dengan aib saya. Tapi itu sudah lama sekali, dan sekarang, setelah saya diberi kepercayaan oleh ayah, saya ingi serius tante."

Sarah tersenyum mendengar keseriusan dari Bintang. Dia merasa yakin anaknya akan baik-baik saja.

"Mama!" Bintang dan Sarah menoleh bersamaan ke arah tangga di mana Caca bergerak cepat menuruni tangga dan berlari ke arah mereka duduk. Bintang langsung berdiri dan menghampiri Caca yang masih tersengal dengan nafas satu dua.

"Ya Tuhan, kamu bikin mama jantungan Ca! Kamu lagi hamil, jangan sembarangan lari-lari, nanti anak ka-"

"Ma... Senja jatuh dari tangga dan sekarang ada di rumah sakit," ucap Caca cepat memotong ceramah Sarah.

Caca mencengkeram tangan Bintang masih dengan nafasnya yang ngos-ngosan dan sebelah tangan memegangi perutnya. "Anterin aku ke rumah sakit, bisa?" tanya Caca berharap Bintang mengiyakan permintaannya.

Bad TemperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang