"Astaga Leo! Kamu kenapa?" Itulah reaksi ibunya ketika melihat Leo pulang dengan keadaan babak belur. Ya setelah dirinya merasa lebih baik, ia segera pulang menaiki bus yang melewati halte di dekat sekolahnya.
Leo hanya tersenyum ketika mendengar pertanyaan ibunya, yang artinya ia akan menceritakannya nanti.
Sebenarnya lukanya telah dibersihkan, tapi tetap saja lebam lebam di wajah dan tangannya tidak mungkin langsung hilang. Ia juga tidak yakin yang membersihkan lukanya itu adalah murid pria tadi yang ia lihat di UKS. Bukannya pria tadi sangat cuek dan selalu menampilkan gaya SWAGnya itu.
Sampai dikamarnya ia langsung mengganti baju dan kembali ke alam mimpi. Kini yang ia butuhkan hanya seseorang yang bisa diajak curhat. Namun menurutnya untuk hal yang satu ini tidak mungkin untuk ia ceritakan kepada orang tuanya, ia belum siap. Akhirnya ia memilih untuk mengirim pesan kepada Sela, sehabatnya belakangan ini agar datang ke rumahnya setelah sekolah usai. Sebebarnya ia ingin mengajak Dea, tetapi sayangnya Dea sedang berlibur ke luar kota.
***
Leo mengerjap ngerjapkan matanya ketika merasakan ada pergerakan di sekitarnya tempat tidurnya. Ia menoleh dan kaget mendapati pria yang menolongnya tadi sekarang telah duduk di kursi meja belajar yang berada di samping tempat tidurnya. Ia langsung saja terduduk di atas kasur dan matanya melirik jam menunjukan pukul 11 siang yang artinya sekolah belum usai.
"Hai" ucap Leo sambil tersenyum kikuk.
"Hm" jawab pria itu.
"Ngomongnya nggak bisa panjangan dikit ya?" Tanya Leo dengan polosnya. Pria iyu hanya menggeleng.
"Thanks ya udah nolongin, Chleo Cassandra panggil aja Leo?" Ujar Leo sambil mengulurkan tangan.
Pria itu mengangguk sebentar dan menjawab "Ricky, Ricky Raitama" ujarnya.
"Hmmm, Ricky ya, Ricky di bahasa Inggris-amerika, artinya Kekuatan. Kalo bahasa Indonesia, artinya Jalan penghidupan yang tentram, merdeka, bahagia dan sempurna. Jadi intinya orang tua lo pengen lo sukses. Iya kan?" jelas Leo panjang lebar. Entah mengapa ia sangat senang sekali menghafal arti nama seperti itu.
Ricky hanya memandang Leo dengan pandangan yang tidak dapat diartikan sehingga Leo juga menjadi bingung.
"Gak guna" ujar Ricky yang membuat Leo tambah bingung saja.
"Maksudnya" tanya Leo bingung. Ricky hanya menggeleng singkat.
BRAKK
"Oh my God, Leo lo kenapa?" Tanya Sela yang baru saja masuk sambil membanting pintu. Leo mengisyaratkan agar Sela duduk disampingnya dengan menepuk nepuk kasur yang kosong di sebelahnya.
Bukannya duduk, Sela malah langsung melompat dan memeluk Leo sehingga Leo terjungkal ke belakang. Untung saja disana ada Ricky sehingga Leo tidak terjatuh.
Sadar akan posisinya yang menimpa tubuh Ricky, akhirnya Leo dengan cepat kembali duduk dikasur dan tersenyum sanggung sambil menggaruk belakang kepalanya yang diyakini tidak gatal itu. Sedangkan Sela malah mengeluarkan cengirannya dan measang wajah tanpa dosa. Dan lali ini entah kenapa Ricky bisa tersenyum walau hanya sedikit dan nyaris tidak terlihat.
"Jadi lo kenapa?" Tanya Sela to the point.
"Lo ta-" belum sempat Leo menceritakan apa apa, handphone Leo bergetar dan layarnya menyala yang menandakan ada seseorang yabg meneleponnya. Leo melirik Sela dan Ricky, keduanya sama sama mengangguk ketika melihat nama penelepon disana, terutama Sela. Ups Leo melupakan saru hal, ia melupakan jika Sela menyukai Devan.
"H-halo?" Jawab Leo sambil takut takut. Ia sengaja meloudspeaker handphonenya agar semua yang berada diruangan itu dapat mendengarnya.
"Kita putus"
Tut tut tut
Tak lama kemudian setetes air mata Leo terjatuh dan semakin lama semakin banyak. Kini ia telah menangis dan terisak. Haruskah ia menerima pahitnya cinta untuk kedua kalinya? Yang jelas, ia tidak akan pernah mau menerima Devan untuk kembali padanya meskipun hatinya berkata lain. Ia harus melupakan Devan. Harus.
Entah apa yang merasuki cowok secuek Ricky hingga ia mau membawa Leo dalam dekapannya. Leo tidak membantah karena ia memang membutuhkan sandaran sekarang ini. Setelah cukup lama menangis akhirnya ia tertidur. Ricky yang menyadarinya langsung membenarkan tidur Leo dengan posisi terlentang.
Sela sudah pamit pulang karena ia bilang ibunya mau mengajaknya jalan jalan. Ricky berpikir, jika Leo tau bahwa Sela pulang hanya demi ingin jalan jalan, pasti ia semakin sedih. Kenapa seorang sahabat menggalkannya disaat seperti ini?
Setelah memastikan Leo tidur dengan posisi yang nyenyak, Ricky segera meninggalkan rumah Leo dan pulang, karena ia tau bahwa banyak yang sedang menantinya sekarang.
***
"Ekspresinya gimana?" Tanya seorang pria dengan nada sinisnya.
"Dia nangis sih tapi" belum selesai perempuan itu bicara, pria itu sudah memotongnya karena tidak sabaran.
"Tapi apa?"
"Ck nggak sabaran banget sih" gerutu cewek itu.
"Cepet" ujar pria yang benar benar terlihat tidak sabaran itu.
"Tapi ada Ricky yang nenangin" dan si pria itu menunjukan wajah bingungnya. Kenapa Ricky bisa disana?
"Kok bisa ada Ric-"
"Mana aku tau, udah ah tugas aku selesai. Mendingan kita sekarang jalan jalan yuk" ujar Perempuan itu akhirnya.
"Okay, ayo beb"
***
Hari ini, Leo kembali ke sekolah karena ia takut ketinggalan pelajaran. Baru tidak mengikuti pelajaran tiga hari saja telah membuat Leo sibuk akan tugas tugas yang menumpuk. Ia tetap masuk ke sekolah meskipun keadaannya masih pucat dan masih ada bekas luka lebam disekitar wajahnya.
Ia telah menceritakan dengan jujur seluruh kejadian yang terjadi padanya kemarin karena ia memang paling tidak bisa berbohong terutama pada kedua orang tuannya. Ia sangat tidak tega jika harus membohongi orang tuanya, alhasil ia selalu jujur jujur dan jujur hingga terbiasa sampai sekarang.
Sebenarnya ada satu hal yang membuat Leo lebih memiliki semangat untuk ke sekolah hari ini. Yang jelas bukan Devan. Apa jadinya jika Devan yang datang? Yang ada Leo semakin malas datang ke sekolah.
"LEOOO" siapa lagi pemilik suara itu selain sahabatnya yaitu Dea orang yang membuatnya sedikit lebih bersemangat untuk ke sekolah meskipun keadaannya tidak bisa dibilang baik baik saja.
Leo kemudian menoleh ke sumber suara yang sudah ia hafal. Ketika ia ingin balas menyapa, kepanikan Dea lah yang membuatnya tidak sempat membalas ucapan Dea.
"Astaga Leo! Muka lo kenapa? Kok bisa gitu sih? Gapapa sih tapi tetep cantik. Eh tapi tetep aja lo harus ceritain muka lo kok bisa kaya gitu" cerocos Dea. Akhirnya karena tidak puas curhat dengan kedua orang tuanya, Leo pun kembali curhat kepada Dea hingga perasaanya jauh lebih tenang. Mendengar seluruh curhatan Leo mebuat Dea tersulut emosi. Namun dengan kekuatan sebisanya, Leo menenangkan Dea agar tidak asal melakukan hal yang tidal terkontrol akibat emosi sehingga dampaknya sangat besar. Sama seperti kejadian terakhir yang membuat mereka sama sama dihukum oleh Bu Riska karena Dea yang kesal ketika mereka asik bicara dan bu Riska terus menerus menegur hingga akhirnya Dea melemparkan penghapusnya pada bu Riska dan jadilah hukuman yang melelahkan itu.
Mengingat hal itu membuat Leo tertawa terbahak bahak karena mengingat waja konyol Dea yang kesal pada guru killer itu.
"Ck, gue lagi emosi kok lo malah ngakak ngakak sih" protes Dea. Namun sedetik kemudian, Leo menjadi diam dengan pandangan datar, kosong, dan sendu yang mencamput menjadi satu hingga membuat Dea bingung. Apa dia salah bicara?
Tbc.
Jangan lupa voments 🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Bad Boy
Teen Fiction#551 in teen fiction (06/07/17) [COMPLETE] Ketika seorang bad boy dapat menghilangkan seluruh sifat bad boynya hanya karena seorang gadis yang begitu berharha baginya. (6 Oktober 2016- 24 November 2016)