Dua

5.7K 275 10
                                    

Balas dendam.

Itulah yang diinginkan oleh Devan sekarang. Bentakan yang padahal sudah terjadi satu minggu lalu tetap saja membuatnya ingin membalas dendam dengan cara lain. Ia terus berpikir keras untuk memikirkan bagaimana caranya ia balas dendam. Pasalnya, cewek yang sangat ia ketahui namanya itu telah merengut nyawa orang yang begitu ia sayangi. Dan sebuah bentakan itu hanyalah sebuah alasan agar ia bisa membalaskan dendam.

Karena tetap saja tak memiliki ide untuk membalas dendamnya, akhirnya Devan memilih untuk menceritakan dan meminta saran pada sahabat sahabatnya yaitu Aldo, Ricky, dan Gio. Sekarang ini mereka sedang berada di perjalanan menuju markas mereka atau lebih tepatnya apartemen Devan.

Seretelah sampai di apartrmen Devan, ia langsung saja menceritakan seluruh kejadian yang ia alami tampa ia kurangi maupun tambahi sedikit pun.

"So?" Tanya Aldo ketika Devan selesai menceritakannya.

"Gue mau balas dendam lah" sahut Devan santai. Sontak mereka semua tertawa terbahak bahak ketika tau sahabatnya membalas dendam yang sangat tidak penting. Tawa mereka mendapat tatapan tajam dari Devan hingga mereka langsung diam seribu bahasa.

"Ngapain ketawa!" tanya Devan ketus

"Lo mah aneh aneh, masa masalah sepele kayak gitu aja lo mau bales dendam" sahut Ricky dengan wajah datarnya.

"Yaudah kalo kalian gak mau bantu gue ya gue lakuin sendiri" ucap Devan dengan yakin dan tak lupa dengan senyuman miringnya ketika merencanakan sesuatu hal untuk membalas dendam.

"Emang lo mau bales hal sepele kayak gitu pake cara apaan, bales bentak dia juga?" Sahit Gio dengan nada meremehkan.

"Lo liat aja nanti" balas Devan santai.

Mereka hanya tidak tahu apa motif Devan sebenarnya.

Dan

Mereka juga tidak tahu apa yang Devan sembunyikan dari mereka selama ini.

***

Tepat pukul 05.00 pagi, handphone milik Chleo berbunyi yang merupakan alaramnya sehari hari. Setelah mematikan alaram dan mencharge handphonenya ia segera mandi untuk bergegas ke sekolahnya itu. Setelah menyelesaikan ritual paginya sekitar kurang lebih 20 menit itu, ia segera menggunakan seragam lengkap dengan dasinya dan tak lupa dengan kacamata tanpa minus yang sebenarnya hanya ia gunakan untuk berpura pura menjadi sosok yang nerd.

"Morning Leo" ucap kedua orangtuanya ketika melihat Leo telah turun dari kamarnya menuju ruang makan.

"Morning Pa, morning Ma" sahut Leo dan mencium pipi papa dan mamanya itu. Setelah kegiatan yang baginya wajib itu ia segera memakan sarapan favoritnya yaitu roti isi selai coklat dan segelas susu coklat hangat.

"Kami berangkat dulu ya ma" ucap Leo dan papanya ketika ia selesai sarapan.

"Ia hati hati Leo, hati hati hon" sahut Aristka-mamanya Leo- sambil mencium kening Leo dan mencium bibir suaminya sekilas.

"Oke, bye ma!"

"Oke, bye Hon!"

Seru mereka berbarengan menyahuti ucapan mama dan istrinya itu.

"Udalah Leo, kamu bareng papa aja ke sekolah jangan naik sepeda ya.." ucap papa Leo

"Tapi pa, aku nggak mau temen temenku tau kalo aku itu anaknya yang punya sekolah" rengek Leo

"Lagi pula kan papa belum pernah ke sekolah, jadi mana ada yang tau sih Leooo..." ucap papanya gemas sendiri dengan keinginan anaknya. Biasanya orang ingin mengakui sesuati yang merupakan kebanggaan, tetapi anaknnya malah berbanding terbalik. Tetapi, di satu sisi Arsen bersyukur memiliki anak yang tidak sombong seperti Leo.

"Iya ya" sahut Leo sambil nyengir. "Yaudah deh aku bareng papa, tapi.." lanjutnya sambil menggantungkan kalimatnya

"Tapi apa lagi hem?" Tanya Arsen lembut.

"Tapi jangan bawa mobil yang bagus bagus ya"

"Oke deh, kita naik ferrari aja"

"Papaaa" rengeknya lagi

"Iya iya, kita naik mobil yang biasa biasa aja"

"Nah gitu dong" sahut Leo senang.

Tak biasanya perjalanan dari rumahnya menuju sekolah semacet ini, padahal ia telah berangkat setengah jam sebelum bel masuk sekolah tetapi bel telah berbunyi sekitar 20 menit yang lalu dan tetap saja ia masih terjebak macet.

"Kamu ke kantor papa aja ya nak, ini udah telat lama banget loh. Atau nanti papa masuk aja deh biar kamu nggak dimarahi."

"Nggak mau pa, nanti kalo aku ketinggalan pelajaran gimana"

"Bolos sehari nggak bikin kamu jadi bodoh Chleo"

"Ya kan tetep aja pa, aku masuk sekolah ya"

"Ya uda deh, tapi papa yang ijinin kamu masuk ya biar nggak dimarahin"

"Nggak ada yang tau papa pemilik sekolah kan?" Arsen hanya menggeleng.

"Yaudah kalo gitu papa yang ijin tapi papa pake kaos biasa aja ya! Jangan pake jas atau kemeja plisss"

"Iya deh iya, kamu ambilin kaos papa di dashboard kalo gitu"

Setelah sampai di depan sekolah, Leo turun dari mobilnya dan menunggu papanya mengganti baju didalam mobil. Kini ia telah telat selama 40 menit lamanya, mau bagaimana nasibnya jika Arsen tidak meminta surat ijin masuk. Kini bukan bu Riska saja yang mendatanginya yang terlambat 40 menit itu, sekarang ditambah dengan satu guru sok beekuasa di dalam sekolah, Bu Nunu guru termenyebalkan.

"Bu, saya mau memintakan ijin buat Leo masuk karena sudah terlambat 40 menit" ucap Arsen formal. Kedua guru itu memandangi penampilan Leo dan arsen dari atas hingga bawah. Lebih tepatnya Arsen yang hanya menggunakan kaos biasa dan celana selutut yang sebenarnya memiliki harga fantastis itu.

"Ck pas pasan aja gaya gaya an telat" dumel bu Riska yang membuat Arsen terkejut.

"Maaf ya pak, masa anaknya baru masuk jam segini malah didukung sih pak" ujar bu Nunu sinis yang lantas saja membuat Arsen lebih terkejut bukan main. Padanya saja ia seperti itu, lalu jika berlaku pada anaknya bagaimana?

"Oh yaudah kalo nggak boleh kita balik aja ya Leo, kalo gurunya aja gabisa sopan santun gimana lagi murid yang diajarnya. Lain kali pindah aja ya, mungkin gurunya merasa PALING TINGGI disini" ucap Arsen dengan menekankan kata paling tinggi dalam perkataannya, lebih tepatnya sindiran halusnya. Leo yang juga mau memerankan aktingnya dengan baik karena ia juga muak diperlakukan sebagai babu selama bersekolah di sekolah milik ayahnya sendiri pun tak mau kalah.

"Iya nih , pulang aja yuk. Katanya doang kita harus menuntut ilmu, eh nyatanya masa ada murid yang rela rela in capek capek ke sekolah karena macet tetep nggak boleh masuk" sindir Leo.

"CHLEO! PUTARI LAPANGAN 20 KALI!" Bentaknya.

"Saya nggak sekalian juga nih bu? Sebagai orang tua yang MENDUKUNG anaknya terlambat ke sekolah" ucap Arsen

"YAUDAH BAPAK LARI JUGA PUTARI LAPANGAN 20 KALI!" Arsen sangat terkejut mendengar ucapan guru di sekolah miliknya sendiri itu. Teriakan Bu Riska tadi sontak membuat seluruh murid keluar kelas dan menonton kejadian tadi, tak lupa juga Devan dan teman temannya.

Mereka tidak mengelak perintah guru yang mereka anggap gila itu, mereka tetap berlari memutari lapangan 20 kali.

Tbc.

Minta voments gapapa kali yak 😋

Just A Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang