Tujuh

3.6K 167 6
                                    

Sekarang Leo sudah berada diatas kasur king sizenya setelah ia mengganti pakaiannnya. Kejadian tadi masih terus diingatnya tanpa melupakan hal sekecil apapun.

Galau

Mungkin hanya kata itu yang dapat mendeskripsikan pikiran Leo sekarang. Ia takut. Takut kembali kehilangan seperti ia kehilangan mantan pacarnya dulu. Ia takut kasih sayang dan cintanya tidak dianggap serius untuk orang lain. Ia hanya takut takut dan takut.

Ia ingin hidup menjadi pasangan yang bahagia seperti kedua orang tuanya. Tapi kini ia hanya bisa mengandalkan yang namanya takdir. Sebenarnya tidak sulit untuk menemukan pacar baginya, karena siapa sih sekarang yang nggak kenal dengan anak pemilik sekolah.

Ini yang ia takutkan dari dulu, diketahui identitasnya dan semua orang baru menyayanginya dan mendekatinya. Mungkin sudah ada sekitar 12 orang yang menembaknya semenjak diketahui identitasnya seminggu yang lalu. Berarti kira kira ada sekitar 2 orang yang menembaknya setiap hari. Tentu saja ia menolaknya satu persatu. Ia termasuk cewek yang pemilih jika soal pacar. Dia sendiri juga masih bingung mengapa dirinya bisa secepat ini dekat dengan Devan. Bahkan ia baru mengenalnya seminggu yang lalu, tetapi ia sudah bisa seperti saat ini.

Karena dirinya yang memang lelah, akhirnya ia tertidur ketika sedang terus menerus memikirkan hubungan percintaannya itu dengan Devan. Disatu sisi ia mulai mempercayai kembali suatu hal yang disebut dengan 'cinta'. Dia hanya takut, takut jika kisah cintanya akan berakhir sama seperti sebelumnya. Ia takut merasakan kehilangan, takut percaya kepada kebohongan, dan masih banyak takut takut lainnya.

***

Entah apa yang membuat Devan bangun lebih awal hari ini. Jam masih menunjukkan pukul 04.30. Padahal biasanya ia baru bangun pukul 06.00. Karena dirinya yang masih bersantai dengan bersandar di tempat tidur, suatu ide muncul dipikirannya hingga membuatnya terburu buru.

Sejak kapan ada kamus buru buru dalam hidup Devan? Bukannya ia selalu santai tanpa terburu buru seberapa lama pun ia terlambat. Cinta memang dapat merubah kepribadian seseorang. Namun apakah sebutan badboy untuk dirinya akan berubah? Apakah semua sifat bad boynya akan berganti menjadi good boy? Hanya Tuhan dan dirinya yang tau.

Sekitar pukul lima lebih limabelas menit, Devan telah samapai di depan rumah Leo. Baru saja ia hendak mematikan mesin motornya, tiba tiba pintu gerbang rumah Leo telah terbuka dan menampakan seseorang yang ia jemput keluar dari gerbang itu bersama dengan kedua orang tuanya.

"Eh Devan, mau jemput Leo ya?" Tanya ibu Leo langsung saat melihat ada sosok yang sangat dekat dengan anaknya belakangan ini berada didepan rumahnya.

"Iya nih tan, boleh kan?" Tanya Devan sambil tersenyum manis ke arah Leo. Sangat manis, karena biasanya ia hanya akan memasang tampang cueknya kecuali terhadap guru.

"Boleh dong, kenapa nggak boleh" ayah Leo kali ini yang menyahuti pertanyaan Devan.

"Oh iya, ananti pas pulang sekolah aku ngajak Leo jalan jalan boleh kan tan, om?" Tanya Devan sopan.

"Boleh lah, kenapa mesti nggak boleh" ucap ibu Leo antusias.

"Jangan malem malem ya" tambah ayahnya.

"Sip om" sahut Devan

"Buruan Yo ambil baju buat ganti nanti, kan nggak enak kalo jalan pake seragam" ujar ibu Leo

Tak lama kemudian muncul lah Leo dari balik gerbang.

"Aku berangkat dulu ya om, tan" ujar Devan ketika melihat Leo sudah berjalan ke arahnya.

"Iya hati hati! Jangan bandel ya Yo" ucap ibunya.

"Iya ma" balas Leo yang sedang menahan rasa malunya. Setelah memastika Leo duduk diatas motornya dengan nyaman, Devan mulai menjalankan motornya.

Leo tersentak kaget ketika tiba tiba Devan menarik tangannya untuk melingkari perut Devan, sedangkan Leo hanya pasrah dan menyembunyikan mukanya yang sudah pasti telah memerah sekarang dibalik punggung tegap Devan. Satu hal yang tidak diketahui Leo, Devan tersenyum senang ketika ia tanpa sengaja melihat muka Leo yang memerah.

Sesampainya di sekolah, Devan membantu Leo yang sedang menuruni motor ninjanya yang tinggi itu. Setelah Devan turun, Devan menyadari bahwa muka Leo masih saja memerah yang membuat Devan sangat ingin mengerjai Leo.

"Leo, muka lo kok merah sih? Lo sakit ya? Kita pulang aja yuk" ujar Devan SOK panik dan SOK tidak mengerti alasan muka Leo memerah.

"E-eh, masa sih? Enggak kok, gue nggak papa. Nggak usah pulang." Ujar Leo panik sendiri yang sebenarnya sangat ingin membuat Devan tertawa.

"Yakin gapapa? Terus muka loh merah kenapa?" Tanya Devan lembut.

"G-ga papa kok gapapa" ujar Leo yang sedang menahan kegugupannya.

"Ck, blushing aja nggak mau ngaku" ucap Devan sambil terkekeh dan mencubit gemas pipi Leo. Sudah blushing, dibikin tambah blushing, ditambah cubitan Devan. Entah sudah semerah apa muka Leo itu.

"Udah yuk masuk" ujar Devan sambil merangkul pundak Leo sehingga mereka menjadi pusat perhatian. Dan banyak komentar komentar yang muncul dari banyak orang itu.

'Best couple'
'Sweet banget deh Kak Devan'
'Gue juga mau digituin'
'Kak Devan cuma punya gue'
'Nggak cocok'
'Gue bakal rebut Devan'

Suara terakhir yang didengar Leo itu membuatnya menegang seketika, sebenarnya Devan tidak mendengar apa yang orang orang katakan tentang mereka, tetapi ketika merasakan tubuh Leo yang menegang akibat ucapan ucapan orang orang yang berlalu lalang, Devan baru menyadarinya.

"Udah nggak usah dipikirin" bisik Devan yang membuat Leo sedikit lebih lega.

***

Seperti ucapan Devan tadi di sekolah, ia benar benar mengajak Leo untuk pergi ke suatu tempat. Namun sebelumnya mereka mampir ke rumah Devan terlebih dahulu untuk mengganti baju.

"Udah masuk aja, gue nggak bakal macem macem kok" ujar Devan ketika telah sampai di depan kamar Devan.

"Emang nggak ada toilet lain ya?" Tanya Leo yang masih tidak yakin.

"Toilet lain jarang dipake, jadi pasti kotor" beritahu Devan. "Udah lo ganti aja di kamar mandi" sambung Devan ketika mereka telah sampai di dalam kamar Devan. Setelah mereka selesai berganti baju, Devan langsung mengajak Leo pergi dengan mobil putih kesayangannya.

Leo sangat senang bikan main ketika ia tau bahwa tempat tujuannya adalah taman bermain. (Bukan taman bermain anak TK oke, taman bermain yang banyak wahananya itu loh. Udah lah, author lelah jelasinnya.)

"Mau main yang mana dulu?" Tanya Devan.

"Yang mana aja, gimana kalo kita naik jet coaster?" Tanya Leo, Devan hanya tersenyum manis sambil mengangguk.

Setelah mereka turun dari jet coaster, Leo tampak senang sedangkan Devan tampak pucat hingga Leo baru menyadarinya ketika Devan muntah muntah.

"Eh Van, lo nggak papa?" Tanya Leo yang khawatir.

"Nggak papa kok, gue cuma nggak tahan naik wahana kayak gitu" jujur Devan.

"Kalo nggak kuat ngapain dipaksain? Oh iya, lo kan bad boy, tapi kok nggak kuat naik begituan sih?" Ujar Leo lalu tertawa. Devan tak peduli lagi meskipun ia lah yang menjadi bahan gelak tawa Leo, yang penting melihat Leo senang, dirinyapun juga ikut senang.

Tbc.

Jangan lupa voments 😁

Just A Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang