Sepuluh

2.7K 137 1
                                    

Dea pun mengikuti arah pandangan Leo. Sekarang ia tau mengapa Leo mendadak jadi diam. Rasanya ingin sekali Dea memakinya, tapi ketika ia ingin bangkut berdiri, Leo menahannya masih dengan tatapan kosong. Dari tempat mereka duduk, mereka masih bisa melihat dengan jelas bahwa Devan sedang tertawa senang bersama dengan Sela. Ia terus menatap mereka hingga tatapan Leo bertemu dengan tatapan Devan. Bukan tatapan terkejut yang muncul di wajah Devan, melainkan senyum miringnya. Baru dua detik mereka bertatapan, Leo segera memutuskannya dan langsung pergi dan mengisyaratkan agar Dea tidak mengikutinya.

Dea hanya bisa pasrah. Dulu ia pernah mencoba mengikuti Leo saat ia ingin sendiri, yang ada malah Leo memutari seluruh sekolah berkali kali. Dan ketika Leo melihat Dea kelelahan akhirnya menyuruhnya untuk kembali saja, dan Leo kembali berjalan entah kemana. Akhirnya mulai saat itu hingga saat ini, Dea tidak pernah mengikuti Leo lagi jika Leo telah mengisyaratkan agar jangan mengikutinya. Dia tidak ingin kejadian yang membuatnya sangat lelah itu terulang lagi.

***

Sekarang, Leo sedang berada di dalam ruang pemilik sekolah yang pernah ia masukki sebelumnya saat ayahnya berkunjung ke sekolah. Ia sedang duduk di sofa yang berada di ruangan itu dengan kondisi mata yang memerah karena menahan tangis. Tapi tak lama kemudian air mata itu turun dengan sendirinya ketika melihat Devan dengan mesranya berjalan bersama Sela melewati ruangan tempatnya berada sekarang.

Karena sesak di dadanya yang semakin parah ketika melihat Devan dan Cela, akhirnya ia memasukki kamar mandi ruangan itu lalu menyalakan shower dan duduk meringkuk dibawahnya.

Kenapa ia harus jatuh cinta? Kenapa ia dengan mudahnya melupakan kesedihan demi kesedihan yang diterimanya akibat cinta? Kapan ia mendapat cinta yang abadi seperti orang tuanya? Kapan ia menemukan cinta sejatinya? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang memenuhi otaknya tentang jalan kisah cinta di hidupnya yang rumit dan penuh dengan lika liku.

Kira kira setelah 10 menit berada di bawah shower yang menyala itu, Leo mendengar suara decitan pintu terbuka. Ia tetap tidak menghiraukannya dan tetap saja menangis. Ia tidak peduli lagi siapa pun yang melihatnya dalam kondisi seperti ini. Kenapa cinta membuatnya hampir gila?

Leo kaget ketika merasa ada sepasang tangan besar dan kokoh mengangkat tubuhnya untuk bangkit berdiri. Ia lebih kaget lagi ketika melihat wajah Ricky yang mengangkatnya. Leo meronta ingin dilepaskan dan ingin tetap berada di bawah shower dengan air yang cukup dingin itu. Namun ia berhenti meronta ketika ucapan Ricky yang ada benarnya juga.

"Ngapain nangisin orang kaya gitu" ujar Ricky yang langsung 'ngejleb' di hati Leo hingga membuatnya pasrah mengikuti Ricky.

Sesampainya di luar kamar mandi, Ricky menyodorkan handuk pada Leo tanpa mengucapkan apapun hingga membuat Leo menyengrit bungung.

Entah Ricky yang malas bicara atau memang mau modus, Ricky tiba tiba langsung mengeringkan rambut Leo dengan mengusapkan handuk yang ia pegang tadi ke rambut Leo. Setelah dirasa rambutnya cukup kering, Ricky menyodorkan kaos dan celananya yang sebenarnya untuk digunakannya untuk bermain basket nanti sepulang sekolah. Namun niatnya itu ia urungkan ketika melihat Leo yang basah kuyup lebih memerlukan pakaian yang kering.

"Buat apa?" Tanya Leo bingung.

"Ganti baju lo lah, atau lo mau gue gantiin sekalian?" Leo rasa itu adalah kalimat terpanjang yang pernah ia dengar dari mulut seorang Ricky.

"Ish dasar omes!" Omelnya. Setelah Leo kembali masuk ke kamar mandi, Ricky terkekeh kecil melihat reaksi Leo.

Usai mengganti bajunya, Leo menyengrit bingung ketika melihat seluruh gorden di ruangan itu tertutup. Ia ingin bertanya pada Ricky, namun karena ia melihat Ricky yang tertidur pulas, akhirnya ia urungkan saja niatnya. Ia menyalakan AC yang ada di dalam ruangan itu karena ia takut Ricky terbangun karena kepanasan.

Karena ia sudah tidak memiliki mood untuk belajar, akhirnya ia memutuskan untuk bermain HP di dalam ruangan itu. Lebih tepatnya kursi kebesaran ayahnya karena sofa yang ia duduki tadi telah menjadi tempat tidur bagi Ricky.

Sebenarnya Leo juga ingin tidur, tapi ia tidak ingin hal hal buruk terjadi akhirnya ia tetap terjaga sambil bermain handphonenya itu. Ketika Leo melihat Ricky akan segera bangun dari tidurnya setelah tidur selama kurang lebih 1 jam, akhirnya Leo memiliki pemikiran untuk mengerjai Ricky. Ia mulai menutup matanya karena ia ingin mengagetkan Ricky. Tapi bukannya berhasil mengerjai, Leo malah ketiduran.

Tiba tiba Leo tersentak kaget dalam tidurnya karena ia baru ingat kalau tadi ia tidak sedang tidur. Ricky yang memang sejak tadi memandanginya juga ikut kaget karena pergerakan Leo yang bisa dibilang cukup aneh jika ia memang sedang tidur. Ricky langsung menetralkan raut wajahnya kembali ke wajah swagnya seperti biasa karena takut tertangkap basah sedang memperhatikan Leo.

"Napa Lo?" Tanya Ricky singkat seperti biasanya.

"Kaget" jawab Leo, sedangkan Ricky mengangkat alisnya seolah meminta penjelasan lebih.

Leo mebdengus sebentar melihat Ricky yang sangat irit bicara itu. "Ya tadi gue nggak tidur, terus kaget aja pas sadar kalo gue lagi tidur"

Sebenarnya Ricky ingin tertawa ketkka mendengar jawaban Leo yang ia anggap konyol itu. Tapi namanya juga Ricky, pasti ia dengan muda mengatur ekspresinya.

"Balik yuk" ajak Ricky

"Ke kelas?" Tanya Leo bingung. Mana mungkin ia kembali dengan menggunakan kaos Ricky seperti itu.

"Ck, lo mau balik pake tuh kaos?" Leo hanya menggeleng.

"Yaudah deh kalo lo males balik ke rumah ya ke mall aja" kata Ricky yang lebih ke arah mengajak tapi sepeeri gengsinya yang terlalu tinggi untuk mengajak tapi mencari alibi lain.

"Nggak ah, pulang aja. Masa gue jalan pake baju kegedean gini" seperti biasa, Ricky hanya mengangguk. Saat keluar ruangan, Ricky merangkul pundak Leo hingga dirinya merasa nyaman. Entah ia masih belum dapat mendeskripsikan bagaimana nyamannya pelukan Ricky.

Setelah mengantar Leo, Ricky langsung menuju tempat tinggalnya tanpa mampir terlebih dahulu karena ada hal penting katanya. Entah Leo tidak dapat menebak apakah hal penting itu hanya alasan atau memang kenyataannya ada hal penting. Kali ini Leo tak ingin ambil pusing karena sedang banyak masalah. Ditambah lagi setelah ayahnya pulang nanti, ia harus menjelaskan kepada orang tuanya tentang apa yang terjadi padanya disekolah hingga ia pulang terlebih dahulu dan dengan menggunakan kaos milik Ricky. Hufttt rasanya hari ini akan menjadi hari yang paling melelahkan sepanjang hidupnya. Yang jelas, ia ingin kembali bolos sekolah besok.

Satu hal yang masih Leo bingungkan, dari mana Ricky mengetahui alamat rumahnya?

Tbc.

Voments yaaa 😁😁

Just A Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang