Duapuluh

2.3K 126 2
                                    

Ini sudah hari keriga sejak pembullyan itu. Kini tidak ada yang berani mengganggunya karena gertakan keras Aldo yang sangat possesive sekali pada adik satu satunya itu.

Disatu sisi, Leo memang merasa senang, tetapi disisi lain ia merasa sedih karena tidak ada yang berani mendekatinya bahkan hanya untuk berteman. Alhasil, kini ia sedang duduk di depan sekolah menunggu Aldo, Gio dan Ricky yang sedang mengurus pastport mereka yang mengalami sedikit masalah, sesangkan pastportnya tidak memiliki masalah sedikitpun karena ia memang sering berlibur ke luar negri.

Di London nanti, ia harus mulai belajar mandiri. Ia tidak mungkin bergantung pada Aldo yang notabene adalah kakaknya. Aldo pasti akan memiliki kesibukan tersendiri di sekolah baru mereka nanti. Ia juga tidak dapat bergantung lagi pada orang tua karena ia pergi menuntut ilmu disana hanya bersama Ricky, Gio, dan Aldo.

Lamunannya hancur seketika ketika merasa ada seseorang yang menarik tangannya dengan kasar. Spontan Leo menoleh ke orang yang menariknya dan menemukan 'papanya'(Arsen) disana. Entah hidup selama belasan tahun bersama ayahnya itu jujur saja membuatnya tidak bisa memungkiri jika ia begitu menyayanginya. Akhirnya ia pasrah saja ketika ayahnya membawanya menuju mobil.

"Kita mau ngapain?" Tanya Leo memecah keheningan dalam perjalanan yang sebenarnya tidak Leo ketahui mereka akan kemana.

"Papa mau jodohin kamu" jawab ayahnya itu tegas.

Leo langsung menggeleng gelengkan kepalanya kua kuat. "Nggak, nggak mau" histerisnya. Entah mengapa ia berpikir bahwa firasatnya sangat buruk kali ini.

"Nggak! Nggak ada penolakan, pokoknya papa mau jodohin kamu sama Devan!" Bentak ayahnya langsung namun tak membuat nyalinya ciut begitu saja.

"Nggak mau pa! Aku mau nentuin nasibku sendiri! Aku nggak mau dijodohin sama orang kaya Devan!" Balas Leo yang telah meneteskan air matanya kembali.

"Nggak ada penolakan!!" Bentak papanya. Dengan cepat Leo mengetikkan pesan kepada Aldo.

Kini Leo telah tau dimana ia dibawa sekarang. Rumah Devan. Perlahan Leo mulai membenci pria yang ada bersamanya belasan tahun itu. Setelah mencampakannya, kini pria itu datang untuk memaksanya menikah dengan orang yang sangat ia benci.

'Oh gosh ayah macam apa dia' ucap Leo yang hanya dapat ia simpan dalam hati.

***

"Sial!" Umpat Aldo keras sehingga kedua temannya langsung kebingungan.

"Napa Do?" Tanya Ricky mewakili rasa penasarannya dengan Gio.

"Leo.. dia dibawa sama om Arsen ke rumah Devan" jawab Aldo frustasi.

"Ngapain dibawa kesana?" Tanya Gio santai. Ricky langsung mengeplak kepala Gio yang dengan santainya berbicara seolah olah Leo tidak kenapa napa.

"Paan sih Cky?!" Ricky lebih memilih diam menunggu kelanjutan kata kata yang keluar dari mulut Aldo.

"Dia mau dijodohin sama Devan" kini suara Aldo terdengar lebih frustasi dari sebelumnya. Ricky langsung membelalakan matanya. Gio hanya menganga.

"Buruan ke rumah Devan!" Ucap Ricky panik. Tanpa menjawab pernyataan Ricky, ia langsung saja menancap gas menuju rumah yang dulu sering ia kunjungi sebelum tahu sang pemilik rumah memainkan perasaan seseorangyang tak lain dan tak bukan adalah Leo. Entah mengapa, saat itu hati Aldo juga merasa tidak suka dengan tindakan Devan, hingga akhirnya mereka berempat tidak lagi berkumpul bersama.

Sekitar 10 menit ia telah samapi ke tujuan yang harusnya memakan waktu 20 menit itu. Aldo sangat khawatir ketika tau adiknya kembali berada ditangan Arsen. Jujur saja Aldo masih memiliki ikatan batin dengan Leo meskipun ibu mereka berbeda.

Setelah samapi, mereka bertiga (Aldo, Ricky, dan Gio) langsung berlari memasuki rumah milik MANTAN sahabat mereka itu. Semakin lama, mereka dapat mendengar suara tangisan yang semakin keras. Aldo disusul kedua temannya itu pun langsung mempercepat langkah mereka.

Aldo langsung saja menarik bagian belakang kerah baju Devan dan langsung meninju wajahnya hinngga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Bagaimana di tidak menghajar Devan jika ia sedang melihat Leo disudutkan dengan Devan di tembok. Sedangkan Arsen hanya tersenyum penuh kemenangan meskipun ketika melihat Aldo, Ricky dan Gio datang, wajahnya langsung berubah kaget. Leo langsung saja memeluk Ricky sangat erat. Ia sungguh ketakutan sekarang.

Gio langsung menelpon kedua orang tua Aldo agar segera kemari.

***

Ruangan terasa begitu panas dan tegang ketika melihat raut kemarahan kedua orang tua Aldo. Suasana menjadi mencengkram hanya karena tatapan tajam kedua orang itu kepada kedua manusia yang memasang wajah tidak berdosanya itu.

Brakkk

Ayah Aldo atau ayah kandung Leo yang sebenarnya itu menggebrak meja yang ada di depannya hingga kedua pria dihadapannya itu kaget. Leo, Ricky, Aldo, dan Gio disuruh oleh kedua orang Aldo menunggu di mobil sambil menenangkan Leo yang terlihat sangat ketakutan.

"Ayah macam apa kamu?!" Bentak ayah Aldo kemudian

"Ayah? Dia bukan anakku" jawab Arsen dengan nada suara yang begiti sinis.

"Lalu buat apa anda menjodohkannya secara paksa tuan Leviand?" Tanya ayah aldo lagi lebih tajam dari sebelumnya. Arsen hanya diam tak berkutik mendengarkannya. Ia sedang memutar balikkan otaknya untuk menemukan jawabannya.

"Karena dia tidak memiliki seorang ayah bukan? Jadi aku masih berhak mengaturnya" sahut Arsen akhirnya dengan sesantai mungkin.

"Oh sayangnya ayah kandungnya ada dihadapanmu tuan" sahut ibu Aldo tajam dan langsung pergi meninggalkan Arsen dan Devan yang terdiam seperti patung dihadapannya bersama suaminya tercinta itu.

"Sial! Apa yang harus kita lakukan lagi?" Umpat Devan frustasi setelah ayah dan ibu Aldo meninggalkan mereka. Arsen hanya mengeluarkan senyum liciknya.

***

"Shhhh... sudah Yo, kamu tenang aja ada kita kok disini. Maaf ya kakak nggak bisa jaga kamu dengan bener" ucap Aldo menyesal dan semakin mengeratkan pelukannya. Leo hanya menggeleng dalam pelukan kakaknya itu dan juga mengeratkan pelukannya balik pada kakaknya.

"Tenang Yo, kami janji nggak akan ninggalin lo sendirian lagi" ucap Ricky tulus sambil mengelus orang yang sedang ia hibur itu. Karena pelukan hangat dan setiap elusan yang membuat Leo tenang, akhirnya ia tertidur.

"Le- eh Leo nya tidur ya?" Tanya ibu Aldo sambil memelankan suaranya. Ketiga orang itu serempak mengangguk.

Hati ibunya itu merasa tersentuh ketika anak anak mereka (Aldo dan Leo) sangat akrab dan Aldo bisa menjadi kakak yang baik meskipun salah satu di antara mereka bukan darah dagingnya.

"Yuk kita pulang, nanti kalian langsung packing ya"

"Loh om, kan kita perginya masih 3 hari lagi" ucap Gio. Ayah Aldo tersenyum.

"Om percepet jadi besok lusa" ucapnya.

Ketiga orang yang memeperhatikan pembicaraan itu mengangguk patuh.

Sesampainya di rumah, Aldo hendak menggendong tubuh Leo namun ditahan oleh Ricky. Ricky memberikan senyum sebagai kode dan akhirnya Aldo membiarkan adik satu satunya itu digendong oleh Ricky.

Di dalam kamar Leo, Ricky langsung meletakkan Leo dengan perlahan di atas kasur. Ia membisikan sesuatu pada telinga Leo dan mengecup dahi Leo cukup lama dan pergi meninggalkan kamar itu dengan perlahan agar tidak mengganggu tidur Leo.

Tbc.
Jangan lupa voments 😁
Sorry kalau typo

Note:

Authornya bakal hiatus sekitar 1 minggu karena UAS 😭

Maafkan :(

Just A Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang