Tujuhbelas

2.4K 117 0
                                    

Leo masih tetap setia menunggu Ricky yang belum sadar dari komanya. Ini sudah hari ke sepuluh Ricky dirawat disini. Entah mengapa rasanya hampa tanpa adanya suara Ricky yang menghiasi hari harinya. Paling tidak masih ada Aldo dan Gio yang menemaninya setiap hari hingga ia tidak pernah kebosanan.

Tetapi hari ini Leo menunggu Ricky sendirian karena Gio dan Aldo sedang mengerjakan tugas kelompok di sekolahnya. Mengingat tentang sekolah, Leo jadi merindukannya. Apakah teman temannya merindukannya? Sepertinya jawabannya tidak, memangnya siapa yang mau merindukannya?

"Cky.... lo nggak mau bangun apa?"

"Lo nggak kasian sama adek adek lo? Semua kangen sama lo loh Cky"

Mungkin telah beribu ribu kata yang Leo katakan. Kini ia telah tertidur dengan tangan yang masih setia menggenggam erat seseorang yang sangat ia inginkan segera sadar itu.

Leo terbangun ketika merasakan ada seseorang yang mengelus rambutnya. Dengan semangat ia membuka matanya, karena menurut cerita cerita yang sering ia baca, kemungkinan besar yang mengusap rambutnya adalah seseorang yang berada di posisi Ricky.

Namun kali ini berbeda, ternyata Aldo lah yang mengusap kepalanya, bukan Ricky.

"Eh sorry, gue ganggu ya?" Tanya Aldo merasa tak enak.

"Eh nggak papa kok" balas Leo sedikit canggung.

"Gio dimana? Tumben gak sama lo?" Tanya Leo yang sedari tadi tak melihat keberadaan Gio di ruangan itu.

"Dia lagi makan tuh dikantin bawah" jawab Aldo.

"Lo mendingan pulang aja de Yo, lo pasti capek kan habis kerja. Duh harusnya lo tuh tetep sekolah aja gausah kerja, entar gue mintain bokap gue bayarin deh. Atau lo coba aja dulu tes buat jalur beasiswa, lo kan pinter. Atau lo ikut les apa gitu kek?" Cerocos Aldo panjang.

"Gue udah bilang berapa kali Aldooo, gue gak mau" ucap Leo malas.

"Ck, lo mendingan ikut gue, Gio sama Ricky les aja deh. Yang ngelesin mama gue kok, jadi lo nggak usah bayar. Lagipula kalo les di tempat mama gue emang gak bayar juga sih. Udah deh tenang aja, lo nggak usah repot repot entar gue yang urus. Gue nggak terima penolakan. Titik" Leo menganga mendengar seberapa cerewetnya Aldo.

"Gausah nganga gitu juga kali, entar ada laler masuk tau rasa lo" ucap Aldo mendorong dagu Leo hingga tertutup. Tetapi tepat disaat yang bersamaan juga, Gio masuk ke ruangan itu. #jhopememanglaler

"Ngapain lo?" Tanya Gio yang sudah jelas pada Aldo karena melihat tangan Aldo berada di dagu Leo.

"Nggak ngapa ngapain juga sih, emang kenapa? Udah kenyang lo? Habis berapa lo tadi di bawah? Udah gak kelaperan lagi kan? Udah minum obat cacing belom? Laperan mulu lo padahal udah makan banyak banget" betapa cerewernya Aldo hingga membuat Leo geleng geleng kepala.

"Berisik lo" jawab Gio acuh tak acuh. Aldo mengerucutkan bibirnya dan mengembungkan pipinya sehingga ia terlihat emm lucu?

"Sa ae mulut lo" ucap Gio malas

"Suka suka gue, mulut mulut gue" jawab Aldo sewot.

"Selaw aja kali gausah gitu!" Ucap Gio tidak terima

"Lo yang selaw"

"Elo"

"Lo"

"Lo"

Tittttttt

Suara yang tidak pernah Leo inginkan itu berbunyi dan mengehentikan perdebatan mereka. Suara yang paling ingin Leo jauhkan dari kehidupannya. Suara monitor detak jantung yang berhenti. Dengan cepat, Leo memencet tombol panggilan dokter yang tersedia di samping tempat tidur. Tak lama kemudian, beberapa dokter datang dengan tergesa gesa dan menyuruh mereka keluar.

***

Sudah tiga hari semenjak kejadian itu. Kondisi Ricky semakin hari semakin membaik meskipun kemarin detak jantungnya sempat berhenti. Hari ini, Leo nampak lebih baik daripada sebelumnya. Ia tak lagi memusingkan perihal masalahnya dengan ayahnya. Buat apa ia mempedulikanna lagi kalau sekarang ia tau semua fakta sebenarnya?

Rasanya ia ingin sekali menceritakan semuanya pada Ricky. Namun apa dayanya sekarang? Ricky masih terbaring lema dengan kesadaran yang belum kembali.

Mulai besok, Leo akan mulai kembali ke sekolah. Tidak tidak, bukan sekolah lamanya. Ia akan memasuki sekolah yang lain. Dan setelah Ricky sadar, mereka(Leo, Ricky, Aldo, Gio) akan melanjutkan sekolah mereka yang tersisa setengah tahun di London.

Hari ini, Leo, Aldo, dan Gio akan mengunjungi salah satu mall terkenal di dekat rumah sakit Ricky. Rencananya mereka akan membuat sebuah scrapbook untuk hadiah pada saat Ricky sadar. Maka dari itu, sekarang mereka sedang mencari berbagai bahan bahan yang mereka butuhkan. Sekitar 2 jam mereka mencari bahan, akhirnya mereka memutuskan untuk mengisi perut mereka yang sudah minta di isi sejak tadi terlebih dahulu.

"Kamu mau makan apa Yo?" Tanya Aldo.

"Idih jijik gue denger lo ngomong pake aku-kamu an" ceplos Gio. Aldo menatap Gio tajam, sedangkan Leo hanya bisa geleng geleng kepala melihat permasalahan sepele yang endingnya selalu seperti ini.

"Udah udah, jangan tengkar mulu. Bosen dengernya" lerai Leo. Aldo dan Gio sama sama menghembuskan nafas panjang.

"Udah yuk makan!" Ajak Leo lalu mendahului jalan mereka berdua.

"Eh Yo, lo mau makan apa?" Tanya Gio ketika ingat jika mereka belum menentukan akan makan siang dimana. Leo membalikkan badannya sambil menunjukkan cengiran khasnya.

Jam telah menunjukkan pukul 6 malam, dan mereka baru saja sampai di kamar rumah sakit Ricky. Setelah makan tadi, mereka kembali mencari bahan yang kurang dan sekarang mereka bergegas mengerjakan kado yang mereka buat sangat spesial itu.

Hari sudah sangat larut dan akhirnya scrapbook yang mereka buat telah selesai. Mereka telah mempersiapkan diri untuk tidur di kamar rumah sakit itu tanpa membereskan satupun benda yang mereka gunakan tadi. Mungkin mereka sudah terlalu lelah.

Leo dan Aldo tidur di salah satu sofa di ruangan itu dengan satu tangan Aldo yang memeluk Leo. Jangan tanyakan Gio. Ia telah tertidur dengan posisi sangat abstrak di lantai kamar rumah sakit itu.

***

Dia ngerjap ngerjapkan matanya dengan susah payah. Akhirnya ia berhasil juga membuka matanya itu dengan berat. Namun pemandangan yang ia lihat pertama kali membuat hatinya terasa panas. Akhirnya mau tidak mau ia memanggi orang itu meskipun dengan susah payah.

"L-Leo..." Leo yang merasa namanya dipanggil akhirnya membuka matanya dan terkejut saat melihat Ricky telah sadar. Tanpa mempedulikan orang di sebelahnya, ia langsung saja berlari menuju pinggir tempat tidur Ricky dan memangdang Ricky dengan mata yang berkaca kaca.

Aldo yang tadi merasakan guncangan keras di sebelahnya langsung saja terbangun dan ikut kaget ketika melihat Ricky telah sadar. Akhirnya ia pun berjalan mendekati Leo dan merangkulnya. Leo pun terima terima saja, toh apa salahnya?

Ricky menaikkan satu alisnya disertai dengan wajah tak suka. "Kalian pacaran?"

Tbc.

Jangan lupa voments
Sorry kalau typo.

Just A Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang