Sebelas

2.7K 131 3
                                    

Seperti hal yang ia inginkan kemarin, Leo hari ini benar benar membolos sekolah karena hari yang cukup melelahkan kemarin.

Lumayan lah, ceramah dari kedua orang tuanya sekitar 1 jam. Tapi Leo sangat senang jika diberi ceramah seperti itu, ia pasti berpikir ia akan memiliki wawasan wawasan yang akan orang tuanya sampaikan padanya. Tapi tetap saja, moodnya sudah terlanjur hancur. Ia sangat sangat tidak ingin masuk ke sekolah itu lagi. Ia ingin pindah sekolah tetapi ia merasa tidak enak pada orang tuannya.

Ketika jam menunjukkan pukul 9 pagi, Leo keluar kamar karena ia merasa lapar. Senyumnya merekah ketika melihat hidangan favoritnya telah tertata rapi di atas meja. Ia yang memang telah kelaparan langsung saja memakannya. Setelah makan ia kembali ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.

Setelah melakukan ritualnya yang telah tertunda sekitar 4 jam itu, Leo kembali turun ke bawah dengan wajah yang lebih fresh dari sebelumnya. Kemudian ia berjalan menuju taman belakang dan mendapati ibunya duduk di bangku taman milik keluarga mereka itu. Ia langsing saja duduk disamping ibunya lalu menyenderkan kepalanya di pundak sang ibu tercinta. Sedangkan ibunya yang melihat mood anaknya belum juga kembali langsung saja mengelus lembut puncak kepala anak semata wayangnya itu.

"Cinta itu memang rumit" ucap ibunya.

"Tapi terkadang itulah yang membawa kita kepada kebaikan. Terkadang lebih baik sakit hati daripada memiliki pilihan yang salah."

"Terkadang juga ada orang yang membuat kita kecewa, tetapi tetap harus dipertahankan."

"Tapi jika tidak bisa diusahakan, lepaskan dia. Jangan pernah kembali ke mantan yang memiliki kesalahan besar. Karena ketika kita kembali kepada orang yang salah, itu sama saja dengan mengulangi suatu game yang sudah tamat. Pasti hasilnya sama saja."

Setelah ucapan ibunya itu berakhir, Leo memeluknya erat. Sangat erat seolah mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Seolah hari ini adalah hari terakhir mereka dapat bersama.

Setelah acara peluk pelukan tadi, Leo kembali masuk ke kamar karena ia baru mengingat ada tugas yang belum ia kerjakan. Sedangkan ibunya memasuki kamarnya untuk pergi ke suatu mall untuk family time. Leo juga ikut pergi sebenarnya, hanya saja ia lebih memilih untuk bersiap nanti saja karena mereka pergi nanti malam, sedangkan sekarang masih siang.

Ia juga bingung mengapa ibunya siap siap sepagi ini. Entah ia juga tak ingin ambil pusing. Ia baru akan ambil pusing jika ia juga diseret untuk bersiap siap sekarang juga.

"Yo, mama mau ke kantor papa dulu ya, kamu hati hati di rumah" ucap ibunya yang sebenarnya tidak didengar seutuhnya karena ia sedang berada di kamar mandi. Karena tidak jelas, akhirnya ia berlari dari dalam kamar mandi agar cepat samapai di luar dan

BRAKK

"Aww" ringisnya. Aristka yang merasa mendengar suara anaknya yang kesakitan pun langsung mencari sumber suara.

"Eh kamu kenapa Yo?" Tanya mamanya biasa saja, tidak sepanik biasanya.

"Kepleset" ujar Leo dengan cengiran khasnya.

"Yaudah deh, kamh nggak udah ikut mama sama papa deh. Kamu dirumah aja ya!"

"Ya maaa, kan aku cuma kepleset, jadi aku ikut gapapa ya? Masa aku sendirian sih di rumah?" Bujuk Leo dengan nada memelas.

"Yaudah, kamu minta si Ric? Rico? Richie? Richard? Sipa lah itu, mama lupa namanya, minta dia temenin kamu aja. Suruh dia dateng ke rumah, jangan keluar tanpa ijin, jangan ngelakuin hal yang aneh aneh."

"Ricky ma" potong Leo dengan malas.

"Yaudah, sini mama bantu kamu jalan ke kamar. Kamu ajak aja si Ricky ke sini buat nemenin kamu"

"Tapi m-"

"Nggak ada tapi tapian" potong ibunya. Leo hanya dapat mengangguk pasrah.

Sepeninggalan ibunya setelah mengantarnya ke kamar, Leo langsung saja menelpon Ricky demi menuruti ibu tercintanya itu.

'Halo'

'.....'

'Lo bisa ke rumah gue sekarang kan?'

'.....'

'Oke thanks'

Leo bernafas lega ketika Ricky langsung menyetujui permintaannya tanpa bertanya yang aneh aneh.

Sekitar 30 menit setelah menelepon, Ricky akhirnya datang juga. Untung ia punya beberapa pekerja di rumahnya sehingga ia tidak perlu kesusahan turun dan membukakan Ricky pintu.

Ricky langsung saja menyelonong masuk ke dalam kamar Leo tanpa mengetuk pintu hingga membuat Leo kaget. Untung dia hanya sedang duduk bersantai sambil membaca novel romace yang baru ia pinjam di atas kasur. Kalau dia sedang melakukan hal yang aneh aneh? Matilah sudah dia.

"Kenapa?" Tanya Ricky singkat, padat, tidak jelas, dan tidak dapat dimengerti dengan Leo.

"Maksudnya apa an sih? Irit amat ngomongnya" ucap Leo asal ceplos.

"Ck, ya lo ngapain nyuruh gue kesini?" Tanya Ricky yang kesal karena disuruh berbicara panjang lebar.

"Gatau" ujar Leo sambik nyengir.

"Pasti ada alasan kan?" tanya Ricky.

"Gatau, tadi gue jatuh gara gara kepleset di kamar mandi padahal gue mau pergi sama keluarga gue nanti malem. Tapi akhirnya gue nggak boleh ikut, terus mama nyuruh nelpon lo buat nemenin gue" Jelas Leo panjang lebar. Sedangkan Ricky hanya ber 'oh' ria yang membuat Leo mendengus kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

"Mukanya biasa aja, gausah kayak gitu" ucap Ricky ketika melihat raut wajah Leo. Sebenarnya ia mengatakan seperti itu karena ia gemas melihatnya, namun sekali Ricky tetap Ricky yang sangat jaim dan miskin ekspresi itu.

Bukannya mengubah ekspresinya, Leo malah semakin cemberut hingga membuat Ricky tidak tahan untuk tidak mencubitnnya.

Leo tersentak kaget saat tangan hangat Ricky menyentuh bahkan mencubit pipinya. Rasanya begitu nyaman dan tentram. Tidak ada kesan dingin dan datar Ricky saat ini. Leo hanya menganga dalam kondisi pipinya yang masih dicubit dengan Ricky. Leo masih terus menganga ketika Ricky telah melepaskan cubitannya.

"Mukanya dikondisikan mbak" ujar Ricky lalu terkekeh yang membuatnya terlihat lebih uhm ganteng. Karena Leo yang tambah menganga saja, Ricky mengarahkan tangannya untuk mendorong dagu Leo ke arah atas hingga akhirnya tertutup rapat dan tidak menganga lagi.

Wajah Leo memerah, antara malu, blushing, atau karena cubitan Ricky pada pipi chubbynya itu. Merasakan pipinya memanas, Leo segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tanpa Ia sadari, wajah Ricky menampakan senyuman termanisnya yang selalu ia sembunyikan dari muka umum. Untuk sekian lama, akhirnya ia berhasil tersenyum kembali seperti 7 tahun lalu, atau lebih tepatnya ketika ia masih berusia 10 tahun dimana itu merupakan bagian terindah selama hidupmya selama 17 tahun ini. Tapi tepat diusia 10 tahun itu juga lah yang membuat dirinya sekaku, sedingin, dan sedatar ini.

"Oh ya Rick, emang orang gua lo nggak marah lalo lo nemenin gue disini? Secara kan kemungkinan lo bakal disini sampe malem" tanya Leo yang sedang mencari bahan pembicaraan karena suasana tiba tiba menjadi hening.

"Gue nggak punya orang tua" jawabnya datar tanpa ekspresi

"M-maksudnya?" Tanya Leo yang kaget karena ternyata orang yang berada di hadapannya itu tidak memiliki orang tua.

"Gue...

Tbc.

Jangan lupa Voments yaaa

Just A Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang