Lima

4.5K 191 2
                                    

Seluruh siswa dan guru telah diperiksa oleh Arsen sang pemilik sekolah, mulai dari hal terkecil yaitu penampilan hingga isi tas juga diperiksanya. Sejauh ini baru Bela saja yang diceramahi oleh Arsen papanya Leo itu karena seragam ketat, rok mini, dan tas yang tidak berisi buku melainkan beberapa botol cat kuku hingga rokok pun ada didalamnya. Tetapi ia masih menemukan satu nama yang belum diperiksanya. Siapa lagi kalau bukan seorang Devandro Nathanael si badboy sekolah yang sebenarnya menjadi incaran utamanya. Karena tidak sabar lagi untuk memeriksanya akhirnya Arsen menyuruh semuanya bubar dan jika ada yang bertemu dengan Devan, mereka harus segera menyeretnya ke ruangan ini juga.

Sekitar 20 menit menunggu, akhirnya salah satu guru pria dengan wajah garangnya berhasil menyeret paksa Devan.

"Kenapa sih pak?" Tanya Devan acuh tak acuh.

"Ckckck, buju kamu masukin"

"Nggak mau pak, nanti keliatan culun"

"Dasi mana?"

"Hilang pak"

"Nih saya kasih yang baru, pake cepetan" ujar Arsen aambil menyerahkan sebuah dasi khusus sekolah mereka.

"Nggak mau pak, rasanya kecekik"

"Kancing baju paling atas kancingin"

"Gerah pak"

"Rambut asli atau dicat?"

"Asli pak"

"Itu muka lebam kenapa?"

"Tawuran pak"

"Seru ya tawuran?"

"Seru banget pak, bapak dulu pernah tawuran nggak?"

Dan sisa waktu mereka digunakan Devan dan Arsen untuk bernostalgia masa masa sekolah Arsen. Aristka dan Leo yang melihatnya pun hanya cengo karena Arsen melupakan tujuan awalnya.

"Oke, kalo saya berkunjung ke sini lagi saya mau liat baju kamu udah rapi titik." Ucap Arsen tegas, sedangkan Leo dan mamanya bernafas lega karena ternyata papanya tidak melupakan niatan awal mereka ke sekolah ini.

"Yah... pak, kok gitu sih?"

"Udah lakuin aja" ucap Ayah Leo santai

***

Leo POV

Sudah satu minggu semenjak datangnya papa di sekolah, semua orang sudah mulai bersifat baik padaku. Jika kalian tanya mengenai Bela, aku tidak tahu bagaimana kedepannya karena ia belum masuk ke sekolah karena masa skorsnya masih berlangsung. Bu Nunu dan Bu Riska dimutasi ke sekolah lain dan itu membuat diriku senang dan teman temanku berterimakasih padaku.

Oh jangan lupakan si badboy bernama Devan itu. Semakin lama dia semakin sering mendekatiku. Apa itu semua karena ia tahu aku anak pemilik sekolah? Itulah hal yang kutakutkan sehingga aku tidak berani untuk berteman lebih jauh darinya. Aku takut jika ia hanya memanfaatkanku saja. Toh nanti kalau dia memang memanfaatkanku suatu saat pasti juga ketahuan.

Akhirnya bel tanda jam pelajaran terakhir telah berbunyi. Akhirnya hari sabtu yang sebenarnya hanya diisi dengan pendidikan mengenai diri selesai juga. Berhubung isinya hanya pendidikan mengenai diri, aku bisa pulang lebih pagi dari hari hari biasanya. Sip, nanti setelah pulang aku harus melakukan aktifitas rutinku selama sabtu siang, membaca si dunia orange dengan sepuasnya.

Kalian tau mengapa aku sangat bersemangat membacanya? Karena aku sudah terlanjur penasaran dengan ceritanya sehingga membuatku tak tahan untuk tidak membacanya. Sedangkan sabtu malam selalu kami gunakan sebagai family time, meskipun sebenarnya memang setiap hari seperti itu.

***

Sekarang jam telah menunjukkan pukul 5 sore, yay ini jam papa pulang kerja. Aku sangat antusias saat menunggu papa karena baru tidak bertemu beberapa jam saja sudah membuatku merindukannya. Ya.. sebenarnya aku sangat manja kepada kedua orang tuaku, tetapi aku tetap mandiri. Kalian perlu tau mengapa aku sangat sayang kepada mereka, pertama aku anak tunggal jadi aku tidak punya orang yang aku sayangi selain mereka. Kedua papa mamaku juga anak tunggal sehingga aku tidak punya saudara sepupu satupun. Ketiga, kehidupan papaku dimasa kecil berada di panti asuhan sejak berusia 7 hari. Miris kan? Terkadang aku sangat prihatin padanya, tetapi yang aku hernkan papa selalu bersikap biasa saja. Jika mamaku, orang tuanya telah meninggal dalam kecelakaan pesawat ketika umurnya 19 tahun.

Seluruh perusahaan papaku adalah jerih payahnya dan mama sendiri. Katanya, mereka bertemu ketika papa menemukan mama sedang menangis sendirian di taman belakang kampus lama mereka. Papa yang kasihan akhirnya menghibur mama dan akhirnya hubungan mereka berlangsung hingga sekarang.

Huft. Sekali jomblo tetap jomblo ya! Gapapa deh, yang penting aku masih punya papa, mama, dan Dea yang sangat menyayangiku.

Back to topic

Ketika aku sedang asik mengingat ingat cerita masa lalu papa dan mamaku, handphoneku berbunyi yang menandakan ada notifikasi yang masuk. Ternyata people nearby. Tapi aku kaget ketika tau siapa yang meng add lineku.

Devandro Nathanael

Sempit sekali dunia line ini. Halah halah, ngomong apa sih alu ini. Ku acc saja deh, kasian juga kalau ku kacangi.

Setelah itu, pandanganku tidak terfokus pada HP lagi karena papa sudah datang. Yayyy. Aku langsung lari dan memeluk papa, seperti kebiasaanku sehari hari kecuali jika siangnya aku tidur sih hehe.

Setelah kami kembali segar karena mandi, kami kembali berkumpul di ruang keluarga di lantai dua. Aku menyempatkan diri untuk mengecek HPku, dan ternyata ada notifikasi line masuk dari Devan. Tanpa melihatnya, aku langsung saja membukanya dan membacanya. Hingga aku tidak menyadari jika kedua orang tuaku juga ikut melihatnya.

"Nggak, nggak boleh"

"Udah pergi aja"

Ucap papa dan mama berbarengan. (Mama yang ngebobehin, papa yang ngelarang)

"Kok gaboleh sih ma?" Tanya papa

"Ck, dia kan badboy. Nanti Leo diapa apain lagi sama dia"

"Idihh, papa dulu badboy mama juga mau tuh" cibir papa. "Yaudah boleh deh kan lagipula si Devan cogan tuh hihihi" putus mama. Ck ini yang bilang mau ngeiyain siapa sih?

"Nggak ah, aku dirumah aja" ucapku santai.

"Pergi aja sana Yo"

"Tapi ka-" aku belum selesai mengucapkan alasanku dan mama sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Nggak ada tapi tapian, siapa sih yang ngebolehin kamu nggak pergi" potong mama cepat.

"Iya iya, itu aku bales dulu linenya"

"Nggak usah, nanti kami balesin deh" ucap mereka. Aku sih menurut menurut saja. Aku memasuki kamarku dan mengambil kaos biasa dan celana panjang. Dan aku baru tersadar apa yang akan mereka balaskan di line. Ck aku baru sadar jika aku dikerjai.

"Mama, papaaa, kalian mbalesinnya kayak gimana" ucapku kesal. Mereka tersenyum jahil sambil terus mengetik. "Ih paaa, balikin HP aku"

"Eh Leo, kamu kok pake baju kaya gitu sih?"

"Kenapa emangnya bajuku ma?"

"Sini sini mama pilihin baju."

Beberapa saat kemudian aku telah keluar kamar dengan dres berwarna soft pink selutut dan flatshoes dan sling bag berwarna putih.

"Ih ma, enakan juga pake kaos"

"Udalah, jalan sama gebetan tuh penampilannya harus yang baik"

What! Apa kata mama? Gebetan. Oke fix aku tahu pasti mereka membalas line Devan dengan macam macam. Tamatlah sudah riwayatku.

Tbc.

Jangan lupa voments ya 😋
Sorry kalo typo hehe 😁

Just A Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang