***
Ayah dan Yaser tampak kebingungan. Aku pun juga ikut kebingungan.
"Baiklah. Jordan, kau bisa tidur di kamar tamu. Awalnya aku akan menyuruh kalian berdua untuk tidur di kamar tamu. Tetapi kurasa ruangan itu terlalu sempit. Jadi Alice, kau bisa tidur bersama Waliyha. Kamarnya ada di lantai atas."
"Terima kasih, om-"
"Yaser. Panggil saja Yaser."
Aku tersenyum dan langsung membawa barang barangku ke lantai atas. Cukup lama untuk sampai ke lantai atas karena tangganya begitu banyak.
Sesampainya di lantai atas, aku terdiam sebentar mengatur nafasku yang agak kacau. Sesudah itu aku berjalan ke kamar Waliyha. Aku memberhentikan langkah kakiku ketika melihat ada dua kamar yang bersebelahan.
"Which one.......?"
Aku tak mungkin memanggil Yaser untuk menanyakan hal seperti ini. Lagipula itu juga akan mengganggunya. Aku berpikir sejenak.
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke kamar yang berada di sebelah kiri.
Dengan perlahan, aku menggenggam gagang pintu kamar tersebut dan membukanya. Painted wall, urban style, simple decorations, men's clothes, wait what?
"Apa yang kau lakukan disini?"
Aku sedikit meloncat karena terkejut. Jadi, ini kamarnya Zayn?
"Ah maaf, Aku kira ini kamar Waliyha."
"Kamar Waliyha ada di sebelah. Kau tidak bermaksud untuk mengintip kan?"
"Astaga. Tentu saja tidak. Sekali lagi maaf sudah menganggumu."
Dengan cepat, aku keluar dari kamar tersebut. Hatiku berdetak dengan sangat kencang sambil menahan rasa malu. Bodohnya aku salah masuk kamar.
Lalu aku berjalan ke kamar Waliyha dan mengetuk pintunya perlahan.
"Come in!"
Perlahan-lahan aku memasuki kamar tersebut dan melihatnya tersenyum padaku.
"Ayah bilang, kau bisa tidur di kamarku. Anggap saja ini rumah dan kamarmu sendiri."
"Terima kasih. Oh ya, namaku Alice. Alice Madelainne."
"Ya, aku tahu. Sebelum kau datang kesini, Ayah sudah memberitahuku."
Aku menganggukan kepala sambil tersenyum. Lalu dia kembali sibuk bermain dengan ponselnya. Aku pun berniat untuk merapikan barang barangku.
Tunggu dulu. Dimana kotakku?
Sial. Kurasa kotak itu tertinggal di mobil Zayn.
"Aku akan kembali."
Aku tersenyum dan keluar dari kamar. Aku mengetuk pintu kamar Zayn berulang ulang sampai akhirnya dia membukakan pintunya.
"Ada apa lagi?"
"A-Aku meninggalkan sebuah kotak di mobilmu. Bisakah kau pinjamkan aku kunci mob-"
"Biar aku saja yang mengambilnya."
Lancang sekali dia memotong perkataanku. Sikapnya yang terlalu dingin membuatku berpikir dia adalah orang yang careless?
Setelah beberapa menit, dia kembali dengan membawa kotak milikku dan kunci mobil miliknya.
"Sudah? Ada yang bisa kubantu lagi? Jika tidak, tolong jangan ganggu aku."
Aku hanya bisa membalasnya dengan wajah heran.
-2-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight The Pain [Editing]
FanfictionSesuatu telah merubah kehidupan Alice. Awalnya ia hanyalah gadis biasa yang gemar menonton acara di balik layar tv. Namun setelah kepindahan dengan Ayahnya ke Bradford dan tinggal satu atap dengan keluarga Malik, kehidupannya seakan-akan berputar di...