8 - Unwell

1.6K 133 2
                                    

***

Sesampainya kami dirumah, Trisha langsung berjalan cepat ke arah kamar Safaa. Disitu, kami melihat Safaa sedang terbaring dengan lemas. Mukanya pucat dan ada kain basah di dahinya.

"Bagaimana bisa?"

Tanya Trisha panik. Yaser menceritakan semuanya. Ternyata, Safaa terlalu lelah saat mengikuti pelajaran olahraga di sekolahnya. Kondisinya pun kurang maksimal. Dan itu yang membuat Safaa demam tinggi.

Tiba tiba aku merasa sakit perut. Sakitnya sangat terasa. Tapi aku tidak merasa perutku menandakan rasa lapar sama sekali. Aku pun terus meremas perutku. Yaser melihatku dengan heran. Aku langsung bertingkah normal.

"Alice, kau lapar?"

"Oh, tidak."

Aku tersenyum paksa.

"Lalu?"

"Perutku hanya sedang gatal saja."

Aku berbohong. Sebenernya sangat tidak lucu jika aku beralasan perut gatal. Memalukan. Aku pun meminta izin untuk ke kamar Waliyha. Walau Waliyha nya juga sedang berada di kamar Safaa.

Aku berlari ke kamar Waliyha. Perutku semakin berguncang. Mungkin sedang ada perkelahian tinju di perutku?

Sesampainya di kamar Waliyha aku terbaring di lantai. Apa yang sedang kulakukan? Aku semakin meremas perutku. Aku mengambil obat cacing di tas ranselku dan meminumnya. Tapi tak ada reaksi apapun.

Aku terbatuk dan mengeluarkan gumpalan darah. Dengan gesit, aku mengambil tissue dan membersihkannya. Aku tak mau ada yang tahu tentang ini, termasuk Ayah.

Aku segera bersikap normal dan keluar kamar. Pukul berapa ini?

Aku melihat jam, ini sudah pukul 5 sore. Aku yang baru saja keluar kamar pun kembali masuk ke kamar dan mengambil peralatan mandi.

Kebetulan kamar mandi itu berada diantara kamar Waliyha dan Zayn. Dan bahayanya, kamar mandi itu memiliki pintu yang langsung tersambung ke kamar Zayn. Aku sudah membawa baju gantiku ke kamar mandi, jadi tak terlalu sulit.

Untuk keamanan, aku mengunjungi kamar Zayn dan melihat Zayn yang sedang asik dengan ponselnya. Anak ini benar benar sudah terpengaruh teknologi. Walau aku juga. Tapi ia terlalu berlebihan.

"Hey, Zayn."

"Untuk apa kau menyapaku?"

Jawabnya dengan santai tanpa mengalihkan pandangannya kepadaku sedikit pun.

"Siapa yang menyapamu? Aku hanya memanggilmu."

"Oh."

"Hanya oh? Dengar ya. Aku ingin mandi. Berhubung kamarmu tersambung dengan kamar mandi yang akan kupakai, janganlah kau macam macam. Jaga moralmu untuk tidak membuka pintumu selagi aku sedang mandi. Karena kunci pintu yang tersambung dengan kamarmu itu berada disisi kamarmu. Jadi, kumohon."

Dia hanya ternganga mendengar perkataanku yang panjang lebar. Beberapa detik kemudian, dia tertawa.

"Mengapa tertawa?"

"Hey, gadis yang baru saja datang. Kau itu jangan begitu percaya diri. Siapa yang ingin melihatmu mandi?"

Dia tetap tertawa.

Aku mengendus kesal.

"Lagipula kau bisa menguncinya dari dalam, bodoh."

Apa? Bodoh?

Aku mengerutkan keningku dan segera keluar dari kamarnya. Sungguh menyebalkan.

Walaupun pahit mengetahui kebenaran bahwa pintu kamar mandi dapat dikunci dari dalam.

-8-

Fight The Pain [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang