***
Alice's POV:
"Ya, lumayan,"
Harry berjalan mendekat kepada kami. Sebenarnya aku agak menyesal karena kedatangan Harry yang menganggu kami.
Tak ada yang berbicara. Aku malas berbicara. Begitupun juga mereka kurasa.
"Oh ya," Harry beranjak keluar ruangan. "Aku akan kembali."
Tak lama kemudian, Harry kembali dengan membawa sebuah keranjang yang berisi buah buahan. "Ini untukmu." Dia menaruhnya di atas meja. Kulihat Zayn hanya menatapnya sinis tanpa berkata apapun. "Terima kasih." Ucapku.
Namun, ia tersenyum dan berjalan kearah sofa di sudut ruangan. Ia mengeluarkan ponselnya dan bermain dengannya. Well, suasana sangat canggung. Bahkan aku dapat mendengar suara suara di luar ruangan.
Zayn mengangkat kedua pundaknya, "Kau harus istirahat lagi, okay?" Aku mengangguk dan mencoba untuk tidur. Untuk yang kedua kalinya, Zayn menarik sehelai selimut sampai ke leherku. Aku mulai memejamkan mata.
Zayn's POV:
Alice sudah mulai mencoba untuk tidur. Mungkin ini saatnya aku harus berbicara kepada Harry.
Aku berjalan mendekat kepada Harry. Ia tak mengalihkan sedikit pandangannya dari ponselnya. "Harry, aku harus bicara." Harry hanya mengubah posisi bibirnya menandakan aku harus memberitahunya. "But not here."
"Aku maunya disini." Mukanya terlihat sedikit kesal mungkin karena ia cemburu denganku yang sedang dekat dengan Alice. Bukankah begitu?
Aku mencoba mengatakannya perlahan agar Alice tak mendengarnya. "Aku menarik ucapanku. Aku tak mendukungmu dengan Alice." Aku berhenti sebentar sebelum melanjutkan perkataanku.
Harry memalingkan pandangannya dengan tatapan terkejut, tidak percaya. "Karena aku suka padanya." Lanjutku perlahan.
"Zayn?!" Harry memasang muka kesal. "Pantas saja kau sering beralasan!" Lanjutnya dengan nada sedikit meninggi.
"Be quiet! Alice sedang tidur! Bisakah kau berbicara pelan?" Aku mencoba menenangkannya. Mungkin sehabis ini persahabatan kami tak akan berjalan mulus.
"Kau tau Zayn? Kau sudah menusuk punggung sahabatmu sendiri. Mungkin mulai sekarang aku bukan sahabatmu lagi, melainkan musuhmu." Harry pergi dan membanting pintu, membuat Alice terbangun.
Aku menghampiri Alice dan menenangkannya. Mencoba membuatnya tak memikirkan yang tadi. "Apa tadi benar, Zayn?" Dia tiba tiba bertanya, membuatku gugup.
Aku terdiam sejenak, mencoba mencari alasan yang tepat. Apa aku harus jujur padanya? Apa aku harus membuatnya percaya?
"Y-ya. Aku suka padamu."
Dia lama tak menjawab, hening sesaat.
"Well, aku rasa kita mempunyai perasaan yang sama."
Aku mendekatkan wajahku kepadanya untuk yang kedua kalinya. Tapi kali ini, kami tidak gagal.
*****
Vote yaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight The Pain [Editing]
FanfictionSesuatu telah merubah kehidupan Alice. Awalnya ia hanyalah gadis biasa yang gemar menonton acara di balik layar tv. Namun setelah kepindahan dengan Ayahnya ke Bradford dan tinggal satu atap dengan keluarga Malik, kehidupannya seakan-akan berputar di...