34 - The Feels?

1.1K 95 5
                                    

***

Aku menghempaskan tubuhku ke atas kasur yang berbalut selimut berwarna abu abu gelap. Aku melihat ke langit langit kamarku yang bernuansa putih polos sambil melipat kedua tangan di belakang kepalaku dan menopangnya.

Sesekali aku teringat oleh pesan singkat yang Perrie kirimkan. Rasanya aku ingin mencuci otakku agar dapat melupakan gadis itu.

"Sebenarnya apa maksud dari pesan singkat itu ya," Gumamku pelan.

Akhir akhir ini Perrie benar benar berubah drastis. Awalnya ia selalu bersikap manis dan membuatku tertegun. Tetapi semenjak ia putus hubungan denganku, ia berubah 180 derajat menjadi pahit.

Aku menghela nafas beberapa kali. Aku melihat jam kecil yang terpampang jelas di dinding.

Pukul 2 siang.

Ah, sore lama sekali. Padahal tadi aku dan Alice berangkat ke kedai pukul 12 siang. Keringatku mulai mengalir bak sungai yang mengalir. Akhirnya aku memutuskan untuk beranjak mandi, sekalian mandi sore. Bisa dibilang aku ini sedang malas.

Aku mengambil beberapa langkah untuk mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Aku mulai membasahi tubuhku yang dilumuri oleh keringat yang sudah mengering dan bau.

Tak lama, tubuhku sudah segar kembali. Wangi sabun beraroma mawar membuatku tercium seperti pangeran dari sebuah kerajaan. Sejujurnya, aku tak tahu sabun itu milik siapa. Karena melihatnya terpajang tegak di rak alat mandiku, jadi kupakai saja. Lagipula wanginya sangat harum.

Setelah memakai piyama coklat milikku, aku turun kelantai bawah untuk menonton televisi. Aku sangat merasa bosan berada dikamar. Walau sebenarnya aku memiliki televisi tersendiri, kali kali aku bisa membuat televisi dibawah sedikit berguna. Karena Waliyha, Doniya, ataupun Safaa jarang sekali menonton televisi. Mereka lebih suka bermain dikamar Safaa dan jarang berada di kamar mereka sendiri. Menurut mereka pun kamar Safaa adalah kamar ternyaman untuk para perempuan.

Aku menyalakan televisi dan mulai mengutak atik remote yang ku genggam. Menurutku kali ini satu satunya acara yang menarik hanya film Adventure Time.

5 menit.

10 menit.

15 menit.

20 menit.

Aku mulai bosan. Jadi kuputuskan untuk mematikannya. Saat hendak berdiri dan berbalik, gadis bermata indah biru gelap itu tiba tiba muncul di hadapanku. Aku terlonjak kaget sampai sampai meloncat seperti kucing yang tersambar petir. Aku membelalakkan mataku. Alice sangat membuatku takut, seperti di film horror. Tapi Alice beda dengan hantu hantu yang berada di film, kalau hantu hantu yang berada di film tiba tiba muncul dengan muka yang menyeramkan, Alice malah muncul dengan muka yang polos dan datar.

"Sudah selesai nonton tv?" Tanyanya sembari menaikkan kedua alisnya.

Badanku masih membeku seperti patung karena masih khawatir 70% jika itu bukan Alice yang sebenarnya. Untuk memastikan, aku mencolek bahunya.

"Kau ini kenapa sih?" Tanyanya dengan kesal.

"Hanya memastikan bahwa kau ini Alice sungguhan. Kau membuatku horror karena tiba tiba muncul." Aku menghela nafas lega setelah mengetahui bahwa itu Alice sungguhan.

Alice memutar bola matanya. "Kau juga horror karena tiba tiba mencolek bahuku."

"Ternyata kau ini selain tipe orang yang dingin, kau juga aneh." Alice menghempaskan tubuhnya di atas sofa dan menyalakan kembali televisi yang tadi kumatikan.

Perlahan, aku duduk disebelahnya dan ikut menonton. Jarak kami sangat berdekatan, bahkan bahu kami sudah saling menempel. Akhir akhir ini, aku memang akrab dengan Alice. Semenjak kejadian di rumah sakit itu, Alice dan aku sudah bisa berbincang walau ada rasa aneh yang terkadang muncul ditengah tengah perbincangan kami.

"Bukannya kau- eh tunggu,"

Tiba tiba Alice mulai menaik turunkan hidungnya layaknya anjing pelacak. Aku menatapnya bingung.

"KAU PAKAI SABUNKU YA?"

Oops.

Ternyata itu sabun milik Alice. Pantas saja wanginya badannya selalu harum seperti bunga mawar.

Aku menyengir malu seperti kuda. Tatapannya masih tajam namun damai. Tak lama setelah menyengir kuda, aku kembali memperhatikan layar televisi.

"Dasar konyol," Gumam Alice pelan, namun masih bisa kudengar. "Aku dengar itu."

Namun Alice tak menjawab, melainkan kembali fokus ke layar televisi. Sesekali, aku melirik ke arahnya yang sedang sibuk memperhatikan film Adventure Time yang tadi kutonton dan belum juga kunjung selesai. Aku menatap bibir mungilnya itu, meminta kepada Tuhan, apakah aku bisa menciumnya lagi seperti waktu itu di rumah sakit.

Namun kudengar Tuhan berkata, 'kapan kapan'. Baiklah jikalau begitu, aku menunggu.

Setelah satu jam berlalu, Alice mulai menguap beberapa kali. "Kau ini kebo sekali ya," Ejekku sukses membuat tatapannya berubah menjadi tajam lagi.

"Yasudah lebih baik aku kembali ke kamar." Jawabnya beranjak dari sofa.

Author's POV:

Karena mulai merasa bosan dan risih, Alice memutuskan untuk kembali ke kamar dan berniat untuk tidur. Disaat gadis itu beranjak berdiri dari sofa, Zayn malah menahannya. Ia menggenggam tangan Alice dan sontak membuat gadis itu membelalakkan mata biru gelapnya itu. Alice menatap Zayn dengan aneh. Rasanya bercampur aduk seperti rujak.

"Kalau kau mau tidur, kau bisa tidur di pundakku," Kali ini Alice tidak bisa berbohong. Kalimat yang Zayn ucapkan sukses membuatnya malu dan tersenyum. Tapi karena merasa canggung, Alice menolak dan dengan gesit ia kembali masuk ke kamar. Jantungnya berdetak dengan cepat layaknya mobil balap yang sedang melaju.

"Alice, atur nafasmu," Alice mencoba mengatur nafasnya dan menenangkan dirinya. Ia mengusap halus dadanya.

Bahkan yang tadinya mengantuk, ia malah menjadi sedikit segar. Tapi karena ia tidak tahu harus berbuat apa selain tidur, ia pun memaksakan dirinya untuk tidur.

"Kenapa aku tidak bisa tidur?" Desah Alice yang beberapa kali membolak balikkan badannya, mencoba mencari posisi yang tepat dan nyaman. Ia menatap langit langit kamar, siapa tahu dapat membuat rasa kantuknya datang.

Karena merasa putus asa oleh matanya yang tak bisa juga terpejam, Alice memutuskan untuk mendengarkan lagu dengan headphone miliknya. Itu adalah salah satu cara Alice menangani rasa tidak bisa tidurnya.

*****

Hehe gimana? Kurang panjang ya? Maaf ceritanya makin aneh dan gajelas. Aku bener2 lagi fix kehilangan ide. Tapi tenang aja. Pasti ntar ada pencahayaan yg muncul di otakku kok:)

Vote yayayaaa<3

Fight The Pain [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang