***
Aku segera beranjak ke lantai atas dan mandi. Sebelumnya aku masuk ke kamar Zayn untuk memberi tahu. Agar tak terjadi seperti kemarin.
"Zayn."
Ucapku sambil mendorong pintu perlahan.
Dia tidur? Oh god, cepat sekali.
Aku menghela nafas dan keluar kamar Zayn.
Aku segera mandi. Bau badanku sudah mulai tak sedap.
*
Aku sudah selesai mandi. Aku lupa untuk membawa pakaian ganti ke kamar mandi. Jadi aku harus memakai pakaianku di kamar Waliyha.
Aku mengacak ngacak koperku bingung pakaian apa yang harus kupakai. Akhirnya aku memilih sebuah baju panjang dan celana tidur panjang.
Saat aku sedang mengambil pakaian itu, aku tak sengaja menemukan kotak merah. Dadaku langsung sakit mengingat Roy yang telah memberikan kotak ini padaku. Aku langsung menyingkirkan kotak itu sejenak dan segera memakai pakaianku.
Aku mengambil kotak itu kembali dan membawanya ke kasur. Aku membuka tutup kotak merah itu perlahan dan perlahan. Kertas kertas bertuliskan rasa sayang Roy padaku kini sudah tak berarti. Aku bukan siapa siapanya dan dia bukan siapa siapaku. Aku pun sudah muak dengannya. Sebenarnya sangat sulit untuk melupakan seseorang yang pernah berada di masa lalu.
Aku meraba semua kertas kertas itu lalu aku merobeknya dengan kasar. Lantaskah aku seperti itu? Kurasa itu lantas. Roy sudah mempermainkanku. Aku melempar kotak merah itu keluar jendela dengan penuh emosi.
Aku sedikit menghela nafas untuk menenangkan emosiku. Aku duduk di kasur sejenak terdiam beberapa saat. Astaga! Aku belum menelfon Alexandra.
*
"Halo?"
"Alexandra!"
"Alice!"
"Bagaimana kabarmu?"
"Uhm, cukup baik. Bagaimana kehidupan barumu? Apa kau merasa nyaman?"
"Uhm, ya terkadang."
"Kau harus tetap sabar, Alice. Bagaimanapun juga ini pilihan terbaik."
"Ya, ya, ya. Kau pun harus tau bahwa aku dan Roy-"
"Akan menikah?"
"-Sudah putus."
"APA????????"
"Ya, putus. Sangat putus."
"Bagaimana bisa? Bukannya kalian saling mencintai dan setia?"
"Ya, sebelum aku pindah ke Bradford."
"Oh tidak."
"Baiklah, Alexandra. Aku akan menelfonmu lagi jika aku sempat. Bye."
"Bye."
Walau pembicaraanku dengan Alexandra hanya sebentar, tak masalah kan? Yang penting aku sudah mengabarinya.
"Aliceeee!"
"Ya, mom!"
Sahutku sambil tergesa gesa keluar kamar.
"Ada apa, mom?"
"Cepat ganti bajumu. Zayn akan mengantarmu untuk membeli gaun."
"Ta-tapi-"
"Sudahlah, Alice."
Mom Trisha mengelus rambutku dan tersenyum. Aku pun membalas senyumannya dan segera masuk kamar untuk berganti pakaian.
*
Suasana di mobil sangat hening dan canggung. Aku hanya bisa memandang kebawah dengan perasaan kaku. Setiap aku bergerak pun aku merasa di awasi. Walau sebenarnya tak ada yang memperhatikanku. Aku sempat berpikir, apa yang harus kulakukan untuk menghilangkan keheningan ini.
"Bisakah kau-"
Tanpa basa basi Zayn langsung menyalakan radio. Yang benar saja? Bagaimana ia bisa tau? Aku mulai curiga. Apakah ia bisa membaca pikiran orang?
"Bagaimana kau bis-"
"Sudahlah. Aku tau apa yang kau pikirkan."
"Kau bisa membaca pikiran?"
"Lihat saja kelakuanmu, sangat kaku. Aku pun dapat membaca pemikiranmu melalui kelakuanmu."
"Tak ada hubungannya."
Aku hanya menatap ke depan dengan wajah kecut. Sok tahu.
Di sepanjang jalan, tak ada pembicaraan manapun berlanjut. Hanya ada kehampaan di setiap sudut mobil. Sampai akhirnya kami pun sampai di tempat yang kami tuju.
Merrie's Bou
Aku membacanya perlahan.
Dilihat dari luar saja sudah terlihat sangat mewah. Aku semakin penasaran.
Zayn berjalan mendahuluiku. Aku mengikutinya dari belakang.
"Silahkan pilih."
Ujar Zayn yang kemudian duduk di sebuah sofa yang sudah disediakan disana. Aku? Memilih gaun? Aku tak tahu gaun mana yang akan cocok padaku. Aku masih menatap sekelilingku heran. Aku pun mulai berjalan mengelilingi gaun gaun itu.
Tiba tiba seorang wanita menghampiriku.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya sedang mencari gaun."
"Gaun pengantin?"
Aku menatap wanita itu heran.
Gaun pengantin? Yang benar saja.
*****
Penasaran?
Tunggu kelanjutnya!
Btw comment dong guys kalo kalian sukaaa hehe:-)
Read? Vote please. Thank youuuuu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight The Pain [Editing]
FanficSesuatu telah merubah kehidupan Alice. Awalnya ia hanyalah gadis biasa yang gemar menonton acara di balik layar tv. Namun setelah kepindahan dengan Ayahnya ke Bradford dan tinggal satu atap dengan keluarga Malik, kehidupannya seakan-akan berputar di...