***
Author's POV:
Alice terdiam.
Ia masih terkejut dengan apa yang barusan ia dengar dari Zayn. Gadis itu meringkuk dalam pikirannya sendiri. Apakah ini waktu yang tepat untuk memulai sebuah hubungan baru? Dengan seseorang yang akhir akhir ini telah membuatnya terhibur, tidak terpuruk, dan merasa dicintai?
"Zayn, a-aku..." Gadis itu meremas dressnya dengan sangat kuat. Sebenarnya ia hanya tinggal menjawab diantara 'ya' atau 'tidak'. Itu saja. Namun rasanya sangat sulit untuk mengucapkan sepatah kata itu.
"Kau tak perlu memaksakan diri, Alice. Kau tak perlu menerimaku karena keterpaksaanmu. Aku tidak akan keberatan jika kau berkata tidak. Aku hanya ingin kau tahu apa yang aku rasakan selama ini, kepadamu." Kata Zayn dengan lembut. Walau di dasar lubuk hatinya, ia memohon.
"B-bukan itu maksudku..." Alice memainkan jarinya dengan gugup. Ia berusaha mencari kata kata yang tepat untuk diucapkan.
"Lalu?" Tubuhnya bergetar sekarang.
"Maksudku, apa kau akan memperlakukanku dengan benar? Apa kau akan selalu menyediakan sapu tanganmu ketika aku membutuhkannya? Apakah kau akan membuka lebar tanganmu disaat aku membutuhkan pelukanmu? Apa kau--"
"Aku berjanji, Alice. Aku berjanji."
"Pinky promise?" Alice mengulurkan jari kelingkingnya dengan perasaan lega. Zayn tersenyum dan menaruh kotak dan bunga yang ada ditangannya ke aspal lalu mengaitkan jari kelingkingnya di kelingking Alice.
"Jadi? Kita sudah resmi?" Zayn berdiri, dengan tangan kelingking mereka yang masih terkaitkan. Zayn terkikik kecil.
Alice mengangguk sambil tersenyum. Zayn langsung merengkuh gadis di depannya itu ke dalam pelukannya.
Aku yakin, ia tidak akan pernah menyakitiku seperti yang Roy lakukan, ucap Alice dalam hati.
Dari situlah, mereka mulai menjalani sebuah hubungan. Tidak akan ada yang saling menyakiti, pergi saat dibutuhkan, ataupun berhenti saling mencintai. Kecuali sebuah masalah mencoba menghalangi hubungan mereka.
Alice's POV:
Setelah selesai berpelukan, ia menunduk untuk mengambil bouquet bunga mawar tadi dan kotak merah muda yang tadi ia taruh di aspal lalu menyodorkannya kepadaku. Aku menerimanya, "Terima kasih."
Di dalam hati, aku bertanya tanya. Apa isi kotak ini? Sebegitunyakah ia sampai memberiku hadiah seperti ini?
Tanganku langsung menjelajahi tutup kotak itu dan membukanya. Aku tersentak. Bahkan kotak itu hampir jatuh dari genggamanku.
"Zayn!" Aku memekik. Aku tidak tahu sebenarnya aku ingin senang atau marah.
Kau ingin tahu?
Ia memberikanku gaun merah muda yang selama ini kuincar. Kau tahu kan betapa mahalnya gaun itu? Ya, walau aku tidak menyebutkan nominalnya. Tapi kau pasti juga akan bilang mahal.
"Kau suka?" Ia bertanya sebuah pertanyaan yang sangat bodoh.
"Tentu saja aku suka! Astaga." Aku mengeluarkan gaun itu dari kotaknya. Demi Beyoncè, Zayn adalah pria yang sangat mengerti diriku. Tidak tahu aku akan bilang seberapa banyak aku mencintai Zayn.
"Kalau begitu, besok aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Pakai gaun itu ya, cantik." Zayn mengedipkan sebelah kelopak matanya kepadaku. Baiklah.
"Pergi lagi? Kemana?" Tanyaku dengan ragu. Kejutan macam apa lagi ini?
Namun ia tidak menjawab melainkan hanya tersenyum. Sialan. Aku mati penasaran sekarang.
Sekarang langit sudah sangat gelap. Lebih baik pulang sekarang daripada dipergoki oleh sekeluarga. Maksudku, keluarga Zayn dan Ayahku.
![](https://img.wattpad.com/cover/10710707-288-k981936.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight The Pain [Editing]
Hayran KurguSesuatu telah merubah kehidupan Alice. Awalnya ia hanyalah gadis biasa yang gemar menonton acara di balik layar tv. Namun setelah kepindahan dengan Ayahnya ke Bradford dan tinggal satu atap dengan keluarga Malik, kehidupannya seakan-akan berputar di...