***
"Mom, A-Aku--" Disaat aku berusaha menjelaskannya, mom Trisha malah memotong ucapanku dan tersenyum, "Mom mengganggu ya? Maaf,"
Aku langsung membelalakkan mataku lebar lebar. Mom Trisha kembali menutup pintunya. Sungguh, aku kehilangan kata kata. Tubuhku masih membeku akibat respon mom Trisha barusan. Ya Tuhan...
Setelah beberapa menit tak bergerak, aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan meninggalkan Zayn sendiri. Kau bisa mengatakanku robot saat berjalan tadi. Kaku. Ya, kaku.
Aku langsung merebahkan diriku diatas kasur dan menenggelamkan wajahku di bawah bantal.
Mom Trisha aneh sekali ya?
Ya, mungkin aku tahu kalau memang mom Trisha mengerti urusan remaja. Tapi begini, aku dan Zayn kan belum mempunyai hubungan apa apa. Dan... Ah sudahlah. Masalah ini hanya membuatku pusing saja. Lebih baik aku mandi karena kulitku sudah terasa lengket sekali, ew.
Author's POV:
Gadis itu membiarkan air shower yang hangat menghujani tubuhnya. Ia masih sibuk memikirkan hal itu. Walau sebenarnya ia masih dilanda oleh rasa kebingungan karena reaksi mom Trisha tadi. Namun ada rasa senang yang dirasakannya juga.
Setelah selesai membersihkan dan mengeringkan dirinya, ia cepat cepat memakai pakaian pergi. Tentu saja ia tidak lupa dengan acaranya malam ini. Acara 'pergi'nya dengan Zayn.
Tak lama, tubuhnya sudah dibalut oleh dress merah sepanjang lutut. Memang tadi Zayn sempat menyuruhnya untuk memakai baju yang feminim dan rapih. Karena ini bukanlah pergi biasa, katanya.
From: Zayn
"Aku akan menunggumu di taman dekat rumah. Dandan yang cantik ;)"
Tanpa disadari, gadis itu menyungging sebuah senyuman tipis setelah membaca pesan singkat dari Zayn. Lalu, ia mengendap keluar kamar karena dia pasti akan malu jikalau mom Trisha, dad Yaser, ataupun Ayahnya bertanya kemana dan dengan siapa ia ingin pergi.
Ia menenteng high heels nya yang berwarna hitam dengan kedua jari kanannya. Sedangkan tangan kirinya membawa tas selempang kecil berwarna hitam. Ia menghembuskan nafas lega ketika melihat suasana rumah yang sepi. Ia berjalan menuruni puluhan anak tangga yang melingkar dengan hati hati. Tak bisa dipungkiri, hatinya sedang bergejolak sekarang ini. Ia berkali kali meremas pakaian yang ia kenakan karena gugup.
Di sisi lain, Zayn dengan perasaan yang berkecamuk sedang berdiri di tengah taman sambil beberapa kali menghembuskan nafasnya. Tentu saja ia gugup. Sedari tadi ia berjalan kesana kemari bak sebuah setrikaan. Lelaki tampan nan rupawan ini memang dikenal sebagai lelaki yang dingin dan selalu tampil keren. Namun bukan begitulah sikap asli dirinya yang sebenarnya. Ia hanyalah lelaki biasa yang memiliki perasaan takut dan gugup terhadap wanita. Sama seperti lelaki lainnya.
Alice, ia sedang berjalan menuju taman dimana Zayn sudah menunggunya. Ia berjalan sedikit terkeok-keok karena high heels miliknya menapak di atas aspal yang tidak begitu rata. Ia terus menatap layar ponselnya dan me-refresh timeline twitternya.
Holy shit.
Umpatnya ketika melihat tweet Zayn yang baru saja muncul di timeline twitternya. Tak lama kemudian ia menyungging sebuah senyuman yang cukup lebar. Ia benar benar tidak bisa menahan kembang api yang sudah siap meledak dihatinya.
"@zaynmalik: Going to go on a date with my beautiful girl :)x"
Kau tahu betapa berharganya tweet itu untuknya? Ya, sangat berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight The Pain [Editing]
FanficSesuatu telah merubah kehidupan Alice. Awalnya ia hanyalah gadis biasa yang gemar menonton acara di balik layar tv. Namun setelah kepindahan dengan Ayahnya ke Bradford dan tinggal satu atap dengan keluarga Malik, kehidupannya seakan-akan berputar di...