***
"Kak Alice, bangun. Makan malam sudah siap." Aku menganggukkan kepala pertanda aku akan segera menyusul. Lalu Waliyha pun pergi meninggalkan kamar.
Aku merenggangkan tubuhku dan menghela nafas panjang. Aku sudah seperti orang yang tidak tidur selama beberapa hari. Tak sengaja aku melihat ke cermin yang berada di samping lemari. Melihat rambutku yang berantakan, aku langsung menyisirnya. Setelah itu, aku beranjak turun untuk makan malam.
Aku mendatangi semua orang yang sudah siap makan malam, kecuali Zayn. Aku tak melihat sedikitpun dari batang hidungnya. Kurasa ia akan segera turun. Tadinya, aku hendak bertanya, tetapi aku terlalu gengsi dan takut dikira peduli dengannya. Walaupun akhir akhir ini ia sudah mulai muncul perubahan sikapnya, tetapi jiwanya masuk menunjukkan ia adalah orang yang dingin.
"Dimana Zayn?" Tanya mom Trisha kepada Waliyha. Memang biasanya, disaat Waliyha akan membangunkanku atau menyuruhku untuk makan, ia juga mampir ke kamar Zayn untuk mengatakan hal yang sama. Tapi terkadang malah aku yang terlebih dahulu turun kebawah dan siap di ruang makan.
"Ia kurang sehat, dan merasa ngantuk." Waliyha mengendikkan bahunya seraya mengambil nasi serta lauk pauk.
Mengapa menjadi kebalikan? Awalnya aku yang sakit dan ia yang sehat, tetapi ini malah menjadi kebalikan.
Bahkan aku sempat berpikir, apa karena dia menemaniku dirumah sakit?
Ah, dan aku juga belum mengatakan terima kasih padanya!
Mungkin besok pagi aku akan menjenguknya di kamar dan berkata terima kasih. Atau mungkin jika ia sudah sembuh atau merasa lebih baik, aku akan mengajaknya ke kedai kopi.
Aku pun mulai mengambil makan malamku. Perutku tidak enak dan masih terasa kenyang akibat makan siang yang terlalu berlebihan tadi. Jadi, aku putuskan untuk mengambil nasi dengan porsi dikit. Di akhir makan malamku, aku tidak meminum sirup yang sudah disediakan. Melainkan membuat teh manis hangat lagi.
Tak lama setelah semuanya selesai, aku kembali ke kamar. Ah, sial, mataku tak mengantuk sama sekali. Kemudian, pintu kamar terbuka dan muncul Waliyha. Kurasa ia hendak tidur. Jadi aku membiarkannya tidur, sementara aku memutuskan untuk ke balkon samping. Balkonnya terletak di sisi kiri rumah. Kebetulan rumah ini di hook.
Aku keluar kamar dan berbelok ke kiri ke arah balkon. Pemandangannya indah dan udaranya sejuk. Tetapi disaat siang hari, udara malah tidak sesejuk malam, melainkan biasa saja. Padahal pertama kalinya aku datang ke Bradford, aku merasakan udara yang sedikit dingin.
"Melihat pemandangan, huh?" Aku terlonjak kaget. Tiba tiba datang suara yang tak asing.
"Kau mengagetkanku saja. Bukankah kau merasa kurang sehat?" Aku bertanya.
Ia sempat terkekeh dan akhirnya menjawab, "Ya, memang. Tapi tak separah kau. Mungkin besok pagi aku sudah sehat kembali." Dia tersenyum.
Shit.
Batinku.
Kami pun berbincang sampai akhirnya teringat sesuatu apa yang ku lupakan.
"Uh, Zayn."
Ia mengangkat kedua alisnya memberiku pertanda bahwa aku harus langsung mengatakannya.
"A-aku ingin mengucapkan terima kasih karena kau telah menemaniku di rumah sakit. Mungkin jika tidak ada kau aku akan merasa sepi." Jelasku sambil menjentik jentikkan jariku.
"Tak masalah." Ia tersenyum dan ia berbalas.
"Tapi bukankah ada Harry?" Tanyanya dengan poker face. Dan dia mulai menjadi orang yang dingin lagi.
Ah, sial. Aku langsung menghentikan senyumanku dan berpikir sejenak. Disinilah kegugupanku di uji. Aku masih belum bisa melupakan Harry, apalagi dengan melihat senyum yang didampingi oleh lesung pipitnya.
Didalam pikiranku, serasa ada yang mengetuk ngetuk hatiku dan dengan cepat aku tersadar.
"Ah, tidak. Hanya saja Harry jarang datang. Jadi itu tak berpengaruh." Ucapku.
"Baiklah. Mungkin aku harus tidur sekarang." Zayn beranjak memutar balikkan badannya. Ia berjalan meninggalkanku dan sesekali menengok ke belakang.
Ah, tidak. Aku lupa mengajaknya ke kedai kopi besok siang. Mungkin besok pagi aku akan mencoba mengajaknya jika ia sudah pulih.
Aku pun berjalan kembali ke kamar dan menemukan Waliyha yang sudah tertidur pulas. Dan aku bahkan harus sangat berhati hati menutup pintu. Aku pun hendak tidur dan mematikan lampu.
*
Aku merenggangkan tubuhku dan tak sengaja terjatuh dari kasur. Waliyha terbangun dan melihatku sedang berkeluyuran di karpet. Dia menatapku bingung. Aku tertawa malu dan menjadi kikuk. Mungkin ini akibat jiwa ragaku yang belum semuanya terkumpul.
Kulihat jam dinding, baru menunjukkan pukul 5 di pagi hari. Karena merasa tidak enak sudah menganggu Waliyha tidur, aku menyuruhnya untuk tidur kembali.
Aku bermain ponselku dan melihat lihat apa yang sedang terjadi di twitter. Tak sengaja aku melihat sebuah foto yang muncul di timeline-ku. Sebuah dress simpel berwarna merah muda. Tapi dimana aku bisa mendapatkannya?
Aku merasa jatuh cinta dengan dress itu. Jadi aku menyimpan fotonya. Siapa tahu aku melihatnya di suatu tempat. Who knows?
*****
Vote yaaw!
Maaf ini paragrafnya banyak yang padat, pengen nyoba bikin keliatan panjang:')
![](https://img.wattpad.com/cover/10710707-288-k981936.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight The Pain [Editing]
FanfictionSesuatu telah merubah kehidupan Alice. Awalnya ia hanyalah gadis biasa yang gemar menonton acara di balik layar tv. Namun setelah kepindahan dengan Ayahnya ke Bradford dan tinggal satu atap dengan keluarga Malik, kehidupannya seakan-akan berputar di...