***
"Permisi."
Ucap Trisha sambil mengetuk pintu rumah dengan gagang berlapisan emas.
Sebegitukah kaya sang pemilik rumah ini?
Beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka dan muncul seorang wanita seumuran Trisha dengan senyumannya yang sangat manis.
"Hey, Trisha. Bagaimana kabarmu?"
"I'm good, Anne."
Aku hanya melihat lihat suasana rumah megah ini tanpa beralih ke percakapan Trisha dengan temannya. Aku hanya berfikir dan berkhayal jika aku punya rumah semegah ini, aku akan melakukan semua hal sesukaku tanpa perlu memperdulikan apapun.
Bukan bermaksud untuk pamer.
Tapi aku sangat ingin mempunyai rumah megah seperti istana. Sama seperti Ratu Inggris, mungkin?
"Silahkan masuk, Trisha. Oh ya, siapa gadis manis ini?"
Tanya temannya Trisha.
"Dia anaknya teman Yaser."
Jawab Trisha tersenyum dan beralih pandangan kepadaku. Aku membalas senyuman Trisha dan temannya.
"Silahkan masuk. Kebetulan salah satu anak perempuanku baru saja membuat spaghetti."
Trisha masuk, diikuti aku dibelakangnya. Spaghetti? Salah satu makanan kesukaanku. Sejak kecil, Ibuku sering membuatkan spaghetti untukku. Ia selalu berkata, "Makanlah sebanyak yang kau ingin."
Tapi? Semua itu hanya tinggal sebuah kenangan.
Teman Trisha mempersilahkan kami untuk duduk.
"Kalian ingin minum apa? Teh atau kopi? Katakan saja."
"Tak perlu repot-repot, Anne."
Anne? Anne? Tidak asing bagiku. Tapi bukan masalah besar bagiku.
Oh ya. Aku baru saja ingat. Aku dulu mempunyai teman bernama Anne, ia sangat pendiam tapi genius. Mungkin itu kenapa nama Anne tidak asing bagiku.
"Gemma, tolong sediakan dua gelas teh hangat untuk tamu ini!"
"Segera, mom!"
Tak lama kemudian, gadis berparas cantik muncul dihadapanku dengan membawa 2 gelas teh hangat dan 3 piring dengan spaghetti diatasnya.
"Kenalkan. Ini anak perempuanku, Gemma."
Ia tersenyum. Aku terkagum dengannya.
Aku tak mengerti dengan perasaanku tetapi aku merasa ia sangat sempurna. Ia sangat cantik, baik, dan ramah. Siapa lelaki yang akan menolaknya? Aku kira tidak akan ada yang melakukan itu.
Aku menatapnya dan membalas senyumannya.
"Aku Alice."
"Alice?"
Tanya tante Anne tiba tiba dengan muka yang membingungkan.
-6-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight The Pain [Editing]
Fiksi PenggemarSesuatu telah merubah kehidupan Alice. Awalnya ia hanyalah gadis biasa yang gemar menonton acara di balik layar tv. Namun setelah kepindahan dengan Ayahnya ke Bradford dan tinggal satu atap dengan keluarga Malik, kehidupannya seakan-akan berputar di...