***
Aku melihat seekor anjing yang sedang berlari mengikutiku dari belakang. Aku mulai panik.
"Mengapa harus seekor anjing? God damn it!"
Aku mulai berlari. Sesekali aku menengok ke belakang untuk memastikan apakah anjing itu masih mengejarku atau tidak. Semakin jauh aku berlari, semakin cepat anjing itu mengejarku.
Anjing itu tak berhenti menggonggong. Apa yang harus kulakukan?
Ada sebuah tikungan di depanku dan ada sebuah mobil sedan terparkir di depanku. Oh, tidak.
"Hei kau! Masuklah ke mobil!"
Seru seorang lelaki tua dari dalam mobil.
Mau tidak mau aku masuk ke mobil lelaki tua tersebut. Karena tidak ada cara lain. Jika aku menolak pun mungkin aku bisa pingsan karena dikejar oleh anjing itu.
Aku segera menutup pintu mobil dan lelaki tua itu pun langsung menginjak pedal gas dengan cepat. Lega rasanya.
"Siapa namamu?"
Aku tersentak dan hampir meloncat mendengar sebuah suara dari telinga kiriku. Tanpa kusadari, seorang lelaki muda yang kutebak umurnya berkisaran sekitar 18-19-20 sedang mengarahkan matanya kepadaku, menunggu sebuah jawaban. Ah, artinya orang yang sedang menyetir adalah seorang supir dan lelaki yang berada di sebelahku ini adalah majikannya?
"Astaga maaf, kau mengejutkanku. Namaku Alice."
Jawabku sedikit gugup.
"Senang bertemu denganmu, Alice. Namaku H-"
Ucapannya terhenti karena mobil yang dikendarai supir itu meloncat, tak sengaja terjungkal oleh polisi tidur.
"Harry."
Lanjut lelaki berambut curly itu sembari melepas kacamata hitamnya. Bola matanya yang berwarna emerald green membuatku tak bisa melepaskan pandanganku.
Astaga.
"Senang bertemu dengan kau."
Aku tersenyum dan dibalas dengan senyuman manisnya. I mean, look at those dimples.
Seketika, suasana menjadi canggung. Kami sama-sama menolak untuk mengeluarkan sepatah kata satu sama lain. Sesungguhnya, aku benci dengan suasana seperti ini. Tapi, apa boleh buat?
"Oh ya, dimana rumahmu?"
Dia bertanya padaku? Sungguh?
"Sebenarnya aku tidak punya rumah disini t-"
"Kau tidak punya rumah?"
"Sebentar, aku belum selesai bicara, Harry. Aku memang tidak punya rumah disini, tapi aku tinggal di rumah teman Ayahku."
"Siapa nama teman Ayahmu?"
"Yaser."
"Bukankah dia suaminya Trisha?"
"Kau mengenalnya?"
"Tentu. Beliau adalah teman dekat Ibuku. Orang tuaku sangat akrab dengan mereka."
"Siapa nama Ibumu?"
"Anne."
"Anne?"
"Kau mengenalnya?"
"Ya, kemarin aku baru saja berkunjung ke rumahnya."
"Really? Bagaimana bisa aku tidak melihatmu."
"Kurasa, kau sedang tidak di rumah kemarin."
"Ya, memang. Kemarin aku pergi untuk membeli sesuatu. Lupakan itu, kurasa aku harus mengantarmu pulang sekarang. Aku akan mengantarmu kerumah Trisha."
"Baiklah, terima kasih."
Dia pun mengantarku pulang ke rumah.
Anyway, it was such a good conversation.
-11-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight The Pain [Editing]
Fiksi PenggemarSesuatu telah merubah kehidupan Alice. Awalnya ia hanyalah gadis biasa yang gemar menonton acara di balik layar tv. Namun setelah kepindahan dengan Ayahnya ke Bradford dan tinggal satu atap dengan keluarga Malik, kehidupannya seakan-akan berputar di...