36 - Night Club

1.2K 99 10
                                    

A/N: Oh iya, maaf sebelumnya kalo di chapter ini ada WARNING-nya.

***

Sial. Sial. Sial.

Harus beralasan apa aku? Masa aku harus bilang kepadanya bahwa aku tidur di kamar Zayn? Tidak! Pasti ia akan bertanya tanya dan menuduhku. Pasti ia akan berpikir, nikah saja belum, masa sudah begituan.

"Eh- um- um..." Aku mulai gelagapan seperti burung beo yang baru bisa bicara. "Eh..itu.. A-a-aku..."

Waliyha menaikkan alisnya, menunggu sebuah jawaban yang keluar dari mulutku.

"A-a-aku...dan Zayn habis nonton bola tadi!" Sialnya aku malah mengatakan itu. Aku hanya memberikan senyuman lebar berharap ia merasa tidak ada yang aneh. Semoga saja Waliyha tidak akan curiga dan percaya padaku. Oh, Tuhan.

Tak kusangka, Waliyha malah mengembangkan senyuman manisnya. Aku mulai bertanya tanya pada diriku sendiri. Ia percaya? Sungguh? Ah, hidup ini lama lama malah membuatku bingung. Aku pun mengikut sertakan senyumanku yang sebenarnya menggambarkan kebingungan.

Ia pun kembali ke alam mimpinya.

Karena merasa masih kurang tidur, aku berencana untuk melanjutkan mimpi indahku. Semoga saja mimpi itu berlanjut dimana Zayn memelukku dalam dekapan hangatnya dan mencium keningku ketika hendak tidur.

Eh, apakah aku benar benar menganggapnya mimpi indah?

Apa aku benar benar menyukainya?

Atau bahkan jatuh cinta padanya?

Aku bertanya tanya pada diriku sendiri. Otak dan hatiku saling memberontak. Mereka bertengkar tentang perasaan ini. Aku hanya menenggelamkan pikiranku. Mencoba mencari kepastian apa yang dimaksud dengan perasaan ini. Perasaan yang selalu membuatku janggal dan penasaran.

Otakku berkata, "Aku menyukainya. Tapi apakah itu pilihan yang baik? Apakah ia mencintaiku balik? Mungkin saja dibalik kebaikannya selama ini, ia adalah orang yang brengsek?"

Bagaimana bisa otakku berbicara seperti itu? Aku sungguh tak percaya mengapa otakku berkata bahwa ia bisa saja menjadi orang yang brengsek? Aku memikirkan itu dalam dalam lalu membuangnya jauh jauh.

Tapi, hatiku berkata lain, "Zayn. Aku menyukai Zayn. Aku jatuh cinta padanya semenjak ia menciumku lembut saat di rumah sakit. Bagaimana aku tidak mencintainya? Jika ia muncul di dalam mimpiku. Walau dia adalah orang yang bersikap dingin, bukan berarti ia adalah orang yang tidak baik."

Aku hanyut dalam pikiranku. Sampai sampai tidak sadar bahwa aku melamun. Aku menggeleng dan cepat cepat menyadarkan diri. Aku langsung berusaha untuk tidur.

*

Zayn's POV:

Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam. Satu jam lagi, aku harus sudah berada di club malam itu.

Seharian ini, lebih tepatnya semenjak tadi pagi --disaat matahari terbit--, aku sama sekali tak melihat batang hidung Alice. Rumah menjadi terasa sepi tanpa ocehannya.

Aku bersiap siap dan mengganti pakaianku menjadi kaus putih polos, celana jeans, dan jaket kulit hitam.

Tak lupa aku membawa ponsel, dompet dan sebungkus rokok. Karena kebiasaanku adalah merokok dan meminum minuman ber-alkohol di club malam untuk menghilangkan pikiranku.

Aku ini memang seorang pecandu rokok. Keluargaku sudah mengetahuinya dan mengizinkan. Padahal awalnya mereka hampir mengusirku dari rumah. Tapi setelah mereka menyadari bahwa aku ini sudah dewasa, dan begitupula Ayahku juga seorang pecandu rokok, dan akhirnya mereka mengizinkan.

Fight The Pain [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang