35 - Night

1.1K 94 15
                                    

***

Aku terbangun dan cepat tersadar bahwa lagu yang kuputar masih terus menyala tanpa henti. Aku langsung mematikannya dan bergumam, "Ah boros sekali."

Tak lama, aku tersadar bahwa ini tengah malam. Pantas saja lampunya sudah memadam.

"Jadi aku tidur dari sore?" Tanyaku pelan pada diri sendiri.

Itu berarti aku belum sempat makan malam, pantas saja perutku tak hentinya menggonggong. Aku mulai bingung. Apa aku harus kebawah sekarang untuk makan? Tapi perasaanku menjadi tidak enak.

Bagaimana jika ada hantu?

Aku mulai mengelus bulu kudukku yang mulai berdiri. Aku bergidik ngeri membayangkan jika aku dimakan oleh hantu hantu yang berkeliaran di malam gelap gulita seperti ini.

Jika aku kebawah dan melihat hantu, lalu ia berlari kepadaku dan mulai memakanku sampai habis bagaimana?

Jika aku terus menahan laparku sampai pagi dan saat aku bangun aku sudah tidak bernyawa dan ternyata aku mati kelaparan bagaimana? Bisa malu aku.

Ah, aku berlebihan sekali sih. Aku mulai risih dan akhirnya memberanikan diri. Aku turun dari kasur dengan hati hati agar tidak membangunkan Waliyha.

Aku membuka pintu kamar sedikit demi sedikit, melihat bahwa hanya ada satu pencahayaan diantara gelapnya rumah ini di malam hari. Ah sial. Mengapa aku jadi merinding begini?

Aku pun dengan hati hati keluar kamar dan mengedarkan pandanganku ke setiap sudut. Aku mencoba untuk tenang dan memikirkan hal yang menyenangkan, seperti berciuman dengan sang pangeran, mungkin? Tapi mengapa aku malah semakin membayangkan muka muka jelek hantu? Ah, menyebalkan.

Aku menuruni anak tangga dengan perlahan agar tidak membangunkan siapapun. Kan malu jika tiba tiba mom Trisha keluar kamar dan bertanya apa yang sedang kulakukan. Apalagi jika aku menjawab ingin makan.

"Psst."

Aku menghentikan langkahku. Detak jantungku mulai tak karuan. Ya Tuhan, selamatkanlah aku dari gigitan hantu ini. Aku menutup mataku dan perlahan membalikkan badanku untuk melihat rupa sang makhluk mengerikan ini. Aku langsung meloncat ketika melihat seseorang yang tiba tiba berdiri dihadapanku.

HANTU.

"AAA HAN-"

"Ssttt diam kau." Tak kusangka yang kukira hantu itu ternyata Zayn. Ia mendekap mulutku yang tadi sempat berteriak dan menyuruhku untuk diam.

Aku menangkis tangannya dari mulutku, "Zayn! Kau menakutkanku saja!" Bisikku pelan sembari memukul lengannya.

Untung saja aku tidak mempunyai penyakit jantung. Kalau iya, mungkin sekarang aku sudah jantungan karenanya.

Tanpa membalas, ia malah menarik tanganku masuk ke dalam kamarnya. Aku membelalakkan mataku. Apa yang akan ia lakukan padaku? Ah, aku takut.

Zayn's POV:

"Heh, jangan berpikiran mesum!" Ucapku membuyarkan lamunannya. Salah sendiri melamun, lagipula pasti dia berpikir yang tidak tidak.

Ia menghela nafas. "Lagian," Gerutunya pelan namun aku masih bisa mendengarnya.

"Lagian apa?" Tanyaku dengan datar. Ia menggeleng. "Oh ya, mengapa kau membawaku kemari?" Tanyanya sarkas.

Mungkin sekarang dia juga tertular menjadi orang yang sedikit dingin.

"Kau belum tidur juga?" Tanyaku sambil duduk di atas kursi meja belajarku, bermain dengan laptopku lagi.

"Aku terbangun karena lapar. Gara gara kau nih aku tidak jadi makan di bawah." Jawabnya dingin.

Dia memang sudah tertular.

"Memangnya kau lapar?" Tanyaku lagi membuatnya menghela nafas dan memutar bola matanya. Lalu dia mengangguk.

"Baik kalau gitu, kau bisa makan disini. Banyak makanan di kulkasku." Ucapku sambil menunjuk ke kulkas. "Tapi-" Lanjutku menggantung perkataan.

Aku menyengir kuda, "Temani aku nonton film disini."

Dia terdiam sebentar dan tak membalas. Kelihatannya sih dia sedang berpikir. Atau mungkin pura pura berpikir. Sok memegangi dagu tapi tak berpikir sama sekali. Lucu sekali gadis ini.

"Baiklah." Aku mengajaknya untuk duduk di kasurku. Sedangkan aku sibuk mencari kaset yang cocok.

"Mau nonton apa? Horror?" Tanyaku tanpa mengalihkan pandangan padanya.

"Heh, jangan horror! Malam malam begini malah nonton horror. Sudah cukup kau membuatku takut tadi." Gerutu gadis itu. Aku tertawa.

"Lagian,"

"Lagian apa?" Aku diam tidak menjawab. Ia balas dendam bertanya?

"Terus maunya nonton apa, Alice?"

"Hmm, insidious saja!"

"Heh, itu film seram, bodoh." Pekikku pelan. Ia tertawa. Mengapa jadi berbalas tukar begini sih?

"The Hunger Games sajalah." Usulnya, aku mengangguk dan memutar film itu.

Disaat aku yang duduk di kasur, ia malah melompat dari kasur. Dia malah mengubrak abrik kulkas ku dan mengambil banyak makanan. Bukannya izin dulu, tapi malah cengengesan, dasar Alice.

Kami pun menonton film The Hunger Games itu. Tak jarang, Alice berbicara. Bahkan aku sempat berpikir, gadis ini cerewet juga ya. Padahal awal bertemu ia tak banyak ngomong seperti sekarang.

"Ah, sial, dia tertembak!" Kali ini aku yang berteriak. Alice kok tak merespon ya?

Yaampun, dia tertidur.

Wajar saja, ini pukul dua pagi.

Lucu sekali ya mukanya.

Apa aku harus memindahkannya ke kamarnya? Ah, tapi aku yakin dia berat. Walau tanganku yang berotot seperti ini, belum tentu aku kuat menggendong seseorang.

Ah, biarkan saja lah. Nanti paling aku tidur di sofa. Iseng iseng, aku menyandarkan kepalanya di dadaku sekalian memeluknya. Enak sekali rasanya bisa memeluknya. Mungkin jika ia bangun sekarang bisa saja ia membalas pelukanku, atau mungkin saja ia malah melemparku keluar jendela. Berlebihan? Memang.

Karena merasa sepi, aku mengakhiri film nya. Lalu aku membiarkan Alice tidur di kasurku sementara aku di sofa. Aku menarik selimutku sampai dagunya. "Night." Aku mengecup lembut keningnya.

*

Alice's POV:

Aku merenggangkan tanganku dan berusaha mengumpulkan nyawaku sampai penuh. Aku mengedarkan pandanganku dan membelalakkan mataku.

APA YANG KULAKUKAN DI KAMAR ZAYN? APAKAH DIA MELAKUKAN SESUATU YANG TIDAK TIDAK?

Setelah sadar bahwa aku tidur di kasur Zayn, betapa leganya saat melihat Zayn tertidur di sofa nya. Untung saja ia tidak melakukan apa apa. Karena aku sangat belum siap jika seseorang mengambilnya. Kecuali jika aku sudah menikah.

Aku melihat jam dinding yang terpampang di depanku, 5 pagi. Untung saja. Jika aku bangun kesiangan, aku bisa mati mendadak jika ketahuan tidur di kamar Zayn dan dituduh yang tidak tidak.

Aku kembali ke kamarku-- kamar Waliyha.

"Kau habis darimana?"

Shit.

*****

Basa basi banget ya? Maaf ceritanya tambah gajelas:B

Vote dan comment:)

Fight The Pain [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang