"Ikutlah denganku..."
"...ke acara itu."
***
Maniknya menatap kosong. Dengungan AC menjadi hal yang saat ini dominan mengukung ruangan. Ia tak tahu apakah matahari masih dengan cahayanya atau sudah tergelincir membawa senja. Yang jelas, pria berpenampilan layaknya orang dungu itu masih saja bergumam di belakangnya. Membuat Yoon Gi menyadarkan diri lalu memilih kembali memfokuskan diri pada layar.
"Ji Min hanya terbawa suasana. Jangan terlalu dipikirkan." Berkali-kali Tae Hyung mengucapkan hal yang sama, sesekali bergumam dengan bahasa tak dikenal mendapati Yoon Gi yang masih saja terdiam. Tangannya menggantung pada sandaran kursi milik Yoon Gi, mematung dengan tatapan bodoh layaknya anak kecil yang secara tidak langsung sedang merengek agar diajak bicara.
"Aku yakin Ji Min tidak bermaksud seperti itu. Itu bukan hal yang perlu banyak kau pikirkan." Tae Hyung kembali berucap, kemudian menggumam, berucap pelan, kemudian kembali menggumam. Telinga Yoon Gi gatal. Namun pria itu pastikan ini kali terakhirnya.
Yoon Gi yang risih memilih untuk berbalik mengalihkan atensinya dari layar lalu menyamankan posisi menghadap Tae Hyung yang masih berdiri tegak di belakangnya.
Setelah mendekatkan sebuah kursi dan memersilakan Tae Hyung duduk hanya dengan menunjuk kursi dengan dagunya, Yoon Gi membuka suara, "Ada ide apa yang harus aku lakukan?"
"Kau bertanya padaku?" Tae Hyung menunjuk dirinya sendiri. Sedangkan Yoon Gi hanya mengangguk mengiyakan.
Kata suapan agar Yoon Gi berhenti mengurung diri di studio itu memang karangannya, ia berpikir untuk menenangkan pria itu dari segala kegelisahannya, namun memberi solusi sepertinya bukan hal yang ada di perkiraan Tae Hyung sebelumnya.
Yoon Gi menatap Tae Hyung dengan pandangan malas begitu pemuda dungu itu hanya mengedipkan matanya aneh, "Biasanya, orang idiot adalah orang yang memiliki pilihan yang aman sekalipun itu gila. Aku memelajarinya dari banyak film. Jadi, ada aqu- ah maksudku, ada ide?"
Tae Hyung mendengus mendengar ejekannya, namun sedetik kemudian pandangannya meninggi menatap langit-langit. Memberi kesan seolah pria itu sedang berpikir, "Ah..." pria itu belagak seolah bohlam sedang berpendar di atasnya.
"Kau tahu, aku juga lelah bersikap menyebalkan seperti ini." Yoon Gi menyela sebelum Tae Hyung melempar idenya. Setelahnya tatapannya juga dilempar pada pemilik marga Kim dengan air muka yang sudah berubah. Tenang, namun ada sedikit kesedihan di sana.
Yang lebih muda tersenyum sebentar sebelum kembali dengan ekspresi datar-polos-bodohnya, "Geunyang... lakukan saja apa yang harus kau lakukan." (hanya)
***
Begitu matahari menyembul mengirim semburat sinarnya di antara tirai yang tersingkap tertiup angin, gadis itu mendadak menguap seraya merenggangkan tubuhnya pelan. Untungnya tidak ada jam pagi karena kampus akan disibukkan oleh sebuah event hari ini.
Seul Hee duduk di pinggiran ranjang selagi matanya berusaha memfokuskan diri. Sedikit nervous mengingat ia akan tampil hari ini. Bukan acara besar memang, hanya beberapa sponsor dan Menteri Kebudayaan yang akan datang lalu pulang terlebih dahulu di saat pra-acara berakhir. Tapi bukannya memalukan jika ada kesalahan?
Hanya mengingat latihan kerasnya dengan Yu Na lah yang menjadi sugesti kuat bahwa dirinya tidak akan salah hari ini. Seul Hee menguap lagi.
Ponselnya berdering. Kedipannya membuat Seul Hee langsung menengok menuju sebelah bantal. Tangannya terulur untuk membuka pesan. Masih samar namun ia bisa membaca dengan perlahan apa pesan di dalamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown
Fanfictiond a l a m p r o s e s r e v i s i Seul Hee tak memperkirakan apapun tentang sebuah ketukan secara sengaja atau tidak sengaja ikut mengetuk hatinya. Gadis itu tak pernah tahu siapa yang menyimbangi sebelah unit apartemennya. Bahkan ia tak tahu ji...