29

1.8K 246 21
                                    

Berjalan di tengah angin malam adalah satu hal yang ia benci selain belajar tanpa makanan, menonton tanpa makanan, apapun tanpa makanan.

Berkali-kali Seul Hee harus merapatkan jaket tipisnya guna mendapat sedikit kehangatan. Kakinya sesekali bergetar kala angin berhembus hampir menghempasnya.

Gadis itu meniup kedua telapak tangannya secara kasar lalu menggosoknya. Entah musim apa ini, angin malam tetap saja merepotkan.

Beruntung apartemennya sudah dapat terlihat di ujung jalan. Sudut bibirnya terangkat tanpa alasan. Seul Hee mempercepat laju langkahnya sambil memasukkan tangannya pada saku.

Detik berikutnya wajahnya mengernyit pelan. Seraya menghentikan langkah, gadis itu mengeluarkan secarik kertas yang ternyata menghuni saku jaketnya.

"Ah, aku lupa." desis gadis itu begitu membaca tulisan di atasnya. Kertas yang didapatnya siang tadi.

Mendadak Seul Hee merasa akan adanya beban yang harus ia lakukan. Walau sebenarnya tak ada instruksi apapun di sana. Hanya tertulis alamat, nama, dan nomor telepon pada kartu.

Alamat sebuah cafe, di Seoul.

Tak ada yang spesial tentang Seoul kecuali satu-Yoon Gi.

Yu Na bahkan telah menawarkan beberapa kemungkinan yang bisa saja mereka lakukan di Seoul nanti-di luar agenda menemui orang tersebut.

Ia bisa saja menilik bagaimana kehidupan pria itu di sana. Menilik kehidupan yang belum pernah menjadi bayangannya terhadap sosok Yoon Gi.

Menilik sosok itu berada di panggung, tempat yang menjadi cita-citanya.

Hal itu yang membuat tawaran Yu Na makin menggiurkan, ketika gadis itu mengatakan bahwa adik dari ibunya bekerja di salah satu stasiun TV.

Sial, Seul Hee hampir mengangguk secara spontan begitu mendengar hal itu.

Tetapi saat ini, kepada siapa orang yang akan ia temui pun Seul Hee tak tahu. Tidak etis baginya mengiyakan begitu saja.

Namun, lagi-lagi otaknya menyanggah. Rasa penasarannya telah diuji. Wajah Seul Hee terangkat, menerka ekspresi Miss Jung yang terlihat sangat ingin dirinya menemui orang tersebut.

Apakah aku harus menemuinya?

Seul Hee kembali menatap lamat kertas di tangannya.

Hingga entah insting dari mana, ia berbalik dan untungnya sebuah tangan menahan tubuhnya yang hampir terjungkal.

"Astaga. Sunbae?"

***

"Kerja bagus!"

Terdengar sorakan dan bunyi tabrakan antar gelas kaca setelahnya.

Suasana begitu ramai tetapi sangat terisolasi dari dunia luar.

Yoon Gi meneguk kaku minuman beralkohol pada gelasnya. Pria itu tak berniat untuk banyak minum malam ini. Hanya saja ada yang menganggu, mengundang rasa penasarannya.

"Ada hal besar atau aku yang tidak sadar bahwa kita sering melakukannya?" pandangan Yoon Gi menyebar.

Pasalnya, restoran daging ini resmi disewa semalaman oleh PD-nim yang tiba-tiba saja datang menjemput member BTS dan para staff saat baru saja rampung melakukan siaran live perdana promosi album mereka.

Dalam ruangan tujuh kali tujuh meter ini, semua staff bahkan membernya sangat menikmati suasananya. Berbeda dengan Yoon Gi yang masih mengernyit tidak nyaman, pria itu sempat meringis saat sesekali suara dentingan kaca terdengar nyaring.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang