16

3.6K 480 80
                                    

Jauh sebelumnya, aku tak pernah berpikir akan dalamnya lubang hati.

Aku pikir... pengisi napasku hanyalah barisan nada itu.

Hingga nada indah lain hadir sejalan dengan tatapan itu...

Tatapan melalui paras teduh itu...

Seluruhnya tak pernah berdesir, berdegup, dan berderu seperti ini.

Aku hanya tidak mengerti.

Harmoninya hampir sempurna...

Dan aku terlalu menikmatinya.

Terlalu indah, aku takut.

Akhir-akhir ini aku berpikir, tentang apapun... yang kita punya.

Menggores not, menyusun nada.

Melengkapinya dengan senyum dan tawa.

Aku pikir aku bisa menyusunnya menjadi sebuah lagu.

Dimana bibirku selalu tersenyum membayangkan bagaimana lagu itu akan mengalun.

Nyatanya...

Bagaikan sebuah ilusi kosong ketika aku tersadar...

...kita... belum memiliki apapun.

...

Akhir-akhir ini aku berpikir...

Haruskah...

...semua ini berakhir?

***

"Baiklah mari kita hapus saja bagian ini..." Yu Na mengambil sebuah pensil, lalu menggoreskan sedikit coretan di bagian tertentu.

Diarahkannya kembali pensil itu pada dagunya, "Aku tak mengerti mengapa kau mengerjakan semuanya, bahkan kau lebih banyak meralat pada kuncinya."

Ujung pensilnya mengetuk-ketuk pinggiran music notenya pelan.

Satu ketuk.

Dua ketuk.

Hingga ketukan ketiga Yu Na menghela nafas.

Merasa tak digubris, Yu Na menengok, mendapati Seul Hee memandang kosong music notenya.

Pandangan kosong yang mendadak membuat Yu Na kalut, "Seul Hee? Kau baik-baik saja?"

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang