Beruntung namamu tidak tercatat di artikel baru manapun.
Pria itu berusaha memfokuskan pandangannya tatkala seluruh ruangan terasa berputar dalam kepalanya. Setelah berkurangnya efek alkohol dan beberapa omelan yang membuatnya lebih mual, pria itu memilih duduk di dalam ruangannya.
Ia lupa berapa gelas minuman yang telah ia minum. Makin menyesal ketika ia sadar perbuatannya ini justru memperjelas masalah yang ingin dilupakannya.
Tak ada suara lain kecuali hembusan berat napasnya sendiri. Keheningan mengukung ruangnya. Enggan sang pemilik beranjak dari duduknya dan malah memilih memasang tatapan nanar.
Sedikit ia menyumpah akibat sinar matahari yang merambat masuk ke dalam ruangannya. Pancarannya cukup tajam dan memaksa matanya segera beradaptasi.
Tapi siapa peduli. Pria itu masih saja terdiam dengan separuh sadarnya.
"Min Yoon Gi." Seseorang bersuara diikuti ketukan pintu. Sang tertua berusaha membujuk adiknya.
Yoon Gi hanya menoleh sebentar tanpa mengubah ekspresinya.
"Kau tidak boleh seperti ini..."
Yoon Gi mengulum senyum sinis, seolah orang itu bisa melihat pilunya dari seberang sana,
Lalu... aku harus bagaimana?
Suasana dibiarkan menghening untuk beberapa menit. Seok Jin berusaha merangkai kata, sedangkan Yoon Gi sedang membangun temboknya sendiri.
Terdengar hembusan napas keras di belakang pintu, "Katakan. Tak bisakah katakan saja apa masalahmu?"
Kau takkan mengerti, hyung.
"Hyung..." Yoon Gi menoleh. Suaranya di balik pintu memberat. Berubah menjadi suara milik Tae Hyung, "Aku harap kau keluar selagi kami menuju gedung Big Hit. Kami akan menggarap beberapa bagian. Aku yakin tidak ada yang sia-sia disini, hyung."
Tidak ada yang sia-sia disini.
Hm, semua perasaan itu, perasaan yang terenggut dan hati yang tertarik jauh dari tempatnya. Tidak akan ada yang sia-sia akan hal itu.
"Atau... berusahalah supaya tak ada yang sia-sia di sini..." final Tae Hyung.
Begitu suara decitan pintu terdengar, Yoon Gi kembali menghela.
Seul Hee, gadis itu harus tahu. Yoon Gi, pria yang tersiksa dengan prioritasnya, ditinggal oleh separuh kepercayaan dan perasaannya. Gadis itu harus tahu tentang Yoon Gi yang sedang berusaha berpegang pada kebohongan dan harapan kosong yang digenggamnya erat. Sekalipun rapuh dan bisa membuatnya terjatuh, Yoon Gi membuka kelopak matanya,
Akankah... suatu saat nanti... kita... benar-benar tak akan lagi bertemu?
***
Lembar ke-enam, setelah sebelumnya Seul Hee kembali menyobeknya karena merasa tidak puas.
Hanya separuh bait, matanya berkedip dan bibirnya terus merapal doa, berharap pekerjaannya ini segera selesai.
Gadis itu sudah cukup lelah akhir-akhir ini.
Yu Na, menjauhkan gumpalan kertas bulat itu dari hadapannya. "Lagi?" gadis itu menekan kalimatnya. "Lupakan tentang itu, mengapa tidak kita pakai lirik sebelumnya saja?"
Seul Hee menggeleng resah, "Tidak. Akan ku buatkan yang baru. Aku tidak bisa memakai lirik itu."
Yu Na mendesah kecewa, "Oh ayolah. Aku tidak bisa melihatmu terus menyobek buku seperti itu. Kita pakai saja lirik lama, aku baik-baik saja dengan lirik itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown
Fanficd a l a m p r o s e s r e v i s i Seul Hee tak memperkirakan apapun tentang sebuah ketukan secara sengaja atau tidak sengaja ikut mengetuk hatinya. Gadis itu tak pernah tahu siapa yang menyimbangi sebelah unit apartemennya. Bahkan ia tak tahu ji...