Coffee and Melody
.
.Yoon Gi mengerang pelan. Sendinya dipaksa bergerak dengan otot yang sempat tertidur.
Matanya menerawang, sudah malam. Ia sudah tidur tujuh jam sejak siang tadi.
Pria itu meringis akan tulang belakang yang mendadak pegal. Ternyata terlalu lama tidur juga bisa membuatnya sakit.
Ia bangkit dan langsung menuju dapur. Memberi sedikit kelegaan pada tenggorokan yang sudah kering.
Matanya menyipit kala kulkas itu tertutup dengan sebuah post it di sana,
Selamat beristirahat, hyung. Nikmati harimu. Ibuku sempat membuat lauk, panaskan dan pastikan untuk makan. Jangan hiraukan pesan dari para member, kita harus tetap berkomunikasi. Aku akan sering mampir.
Ah! Dan juga, jika memungkinkan, berkenalanlah dengan tetanggamu.
Aku pikir tetanggamu tak berbahaya, hyung.
Tertanda,
-Kim Tae HyungYoon Gi terkekeh kecil seraya sedikit berpikir bagaimana post it sekotak kecil itu bisa muat beberapa paragraf cerewet dari Tae Hyung.
Tapi siapa peduli.
Pria itu beralih menenteng gelasnya. Ia berniat menaruh gelas itu pada meja yang membuat tatapannya mengarah tepat pada ponsel yang tergeletak.
Hanya melihat, karena setelah itu ia hanya menggeleng pelan lalu berjalan mendekat ke arah piano coklat dan melewatkan ponsel itu begitu saja.
Biarkan Yoon Gi sendiri dengan cinta pertamanya.
Kalau dibilang sudah tenang, mungkin Yoon Gi sudah dikatakan bisa mengontrol emosinya. Pikiran penat yang sudah berhasil ia urai untuk sementara waktu.
Sementara, karena Yoon Gi tak tahu ini bisa bertahan lama.
Ini pertama kalinya, bukan?
BTS tak pernah mendapatkan skandal seberat ini hingga harus tiba-tiba menghilang dari media. Namanya tersebar ke seluruh penjuru negeri dan mendadak meroket di setiap media, sayangnya bukan atas nama prestasi.
Jatuh sudah segala usahanya.
Jika ini terjadi karena murni kesalahannya, mungkin Yoon Gi bisa sedikit terima ia diperlakukan seperti ini.
Tetapi, ia tak pernah mengerti dari mana ujung masalahnya sendiri.
Plagiat? Yang benar saja.
Salah satu jarinya tak sengaja menekan tuts piano.
Satu nada yang membuat pikirannya membaik karena mampu membelah benang kusutnya.
Yoon Gi selalu menyukai bagaimana jarinya menimbulkan sebuah nada, perasaan dan segala emosi yang tak bisa diungkapkan lewat kata, pria itu selalu mengutarakannya lewat nada.
Tak salah jika ia menyukai sebuah piano.
Detik berikutnya, pria itu menumpahkan segalanya.
Nada mengalun mengubah kesendirian menjadi melodi yang indah. Matanya terejam menikmati buaian harmoni yang membuat napasnya lebih menenang.
Tubuhnya bergerak pelan, tangannya dengan santai terus bergerak dengan beberapa tekanan nada.
Yoon Gi hanya memainkan lagu asal. Apapun yang bisa terlintas pada ujung jarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown
Fanfictiond a l a m p r o s e s r e v i s i Seul Hee tak memperkirakan apapun tentang sebuah ketukan secara sengaja atau tidak sengaja ikut mengetuk hatinya. Gadis itu tak pernah tahu siapa yang menyimbangi sebelah unit apartemennya. Bahkan ia tak tahu ji...