32

1.1K 183 56
                                    

"Kau berhasil mengorbankan sesuatu sejauh ini, setidaknya jangan meluputkan bahwa kau bisa dikorbankan suatu saat nanti."

Setelahnya, terdengar gumaman samar dan nyanyian pelan dari bibir tebal Ji Min, menghiraukan tatapan tak mengerti yang dilempar oleh Yoon Gi ke arahnya.

"Apa maksudmu?" suaranya rendah. Membuat Ji Min menengok, mendapati Yoon Gi yang telah menatap dalam ke arahnya.

Ji Min nampak berpikir dengan gerakan mata diagonal sekalipun terlihat hanya dengan pergerakan kecil. Setelah itu, pria berambut pink itu mengeratkan genggamannya pada pembatas tangga seraya mengangkat bahu sejenak.

"Entahlah. Aku hanya mendengar sesuatu yang mungkin seharusnya tidak ku dengar?"

***

Yoon Gi mengarahkan kursor untuk menekan tombol pause pada layarnya yang seketika itu membuat musik yang menggema di studionya berhenti.

Sudah dua jam pria itu berselimut sunyi dalam ruang studio seorang diri selepas latihan yang hampir membuatnya bosan. Pria itu selalu bosan akan sebuah kegiatan tapi tak pernah keberatan untuk kesunyian.

Tangan Yoon Gi terangkat untuk menggapai sebotol minuman. Tanpa estetika, ia menelan habis minuman itu dengan gusar. Pria itu hanya bisa menghela lalu mengacak kasar surai hitamnya.

Sayangnya sunyi kali ini membawa beberapa pikiran buruk. Percakapan di tangga dengan Ji Min beberapa waktu lalu kembali terulang dan menjadi memori utama yang ada di pikirannya.

Bagaimana intonasinya, bagaimana ekspresinya, atau bagaimana cara pria yang lebih muda itu mengatakan kalimatnya, Yoon Gi tak yakin, hanya saja pikirannya selalu mengarah pada Ji Min menujukan hal itu untuk...

Seul Hee.

Ia tak seharusnya memikirkan hal yang belum pasti, terlebih itu adalah kalimat dari Ji Min yang mendadak menjadi sarkastik.

Yoon Gi memutar kursinya seratus delapan puluh derajat guna membebaskan kakinya dari kolong meja. Pria itu bangkit dengan kasar lalu melangkah pelan. Melangkah terhuyung lalu menyandar pada sisi tembok.

Pria itu tak ingin memercayai apa yang Ji Mim katakan, tetapi itu tidak berarti ia bisa berhenti memikirkannya sekarang juga.

Haruskah aku bertanya langsung? Batin Yoon Gi lalu bergegas keluar studio.

"Di mana PD-nim?"

Mata Yoon Gi langsung mengarah pada suara langkah yang tak jauh dari tempatnya sekarang.

***

"Ada apa?" tanya pria yang lebih tua dengan nada tenang sekalipun langkah sebelumnya terkesan buru-buru.

Pria pucat yang tengah membetulkan kembali bahasa tubuhnya itu memilih untuk mengikis jarak fisiknya terlebih dahulu. Setelah dirasa cukup, pria itu menghela lalu berucap,

"Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui, PD-nim?"

"Tentang?" PD-nim bertanya enteng lalu mengeratkan dan membetulkan kembali jam tangannya. Wajahnya terlihat datar dan tenang walaupun berkali-kali ia menatap jarum jam pada pergelangannya.

"Sebuah rencana..." Yoon Gi berdeham kecil, "... yang menyangkut diriku."

Yoon Gi memarkirkan mobilnya dengan terus diselimuti rasa kesal. Kepalanya terasa penat saat pertanyaannya tak mendapat apa yang menjadi jawabannya.

Yoon Gi memukul pelan stir mobilnya, "Sial.. " umpat Yoon Gi bersamaan dengan mesinnya yang mati.

Lampu mobilnya meredup, hal itu membuat sekitarnya menjadi gelap mutlak sekalipun cahaya lampu masih membantu di beberapa sudut parkirnya.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang