n.a: Yang puasa, bacanya menjelang malam aja .-.
***
"Sepertinya aku pernah mendengar sesuatu yang buruk- bagi hubungan mereka..."
***
Ponselnya bergetar. Hanya sebuah lirikan yang pria itu arahkan pada layarnya. Namun begitu tahu siapa nama yang tertera, dengan santai ia mengangkatnya,
"Ya?"
"Pertemuan sudah ditentukan. Bulan ini, mereka berharap hal ini bisa segera terlaksana."
Pria itu menjauhkan ponselnya sejenak, memandang tanggal yang tertera pada pojok layarnya.
Kemudian ia menghela, "Lebih cepat lebih baik. Terima kasih akan kerja kerasmu."
Lalu telepon ditutup sepihak sejalan dengan pandangannya yang lurus, memerhatikan dua orang yang makin menjauh dengan langkah gusar.
Kejadian ini lebih dari sebuah rencana. Tidak ada yang dibatalkan atau berhenti di tengah jalan. Hal itu membuat pria itu menggeleng seraya menunjukkan senyumnya.
Entahlah--
***
Tidak nampak satupun ekspresi dari keduanya. Dengan napas yang tenang, keduanya hanya duduk berhadapan dengan menggenggam segelas kopinya masing-masing.
Seul Hee tak bergeming pada posisinya, sekalipun pria itu telah menarik paksa tubuhnya lalu membawanya menjauh dari tempat pertemuannya. Seolah itu sudah menjadi tabiatnya, bukan begitu?
Ia hendak menolak, tetapi Seul Hee tetaplah Seul Hee yang akan mengiyakan secara implisit ajakan pria yang menariknya dengan pandangan tak banyak bisa diartikan itu.
Yoon Gi menaikan pandangannya pada Seul Hee yang nampak sedang menyimpan pikirannya sendiri. Gadis itu terlalu keruh, sulit ditebak akhir-akhir ini, walaupun ia tahu, ialah pengeruh pikiran gadis itu.
Yoon Gi memarkirkan mobilnya dengan tergesa lalu berlari layaknya orang kesetanan menuju sebuah cafe.
Bagaimana ia tahu tempat ini? Seok Jin, pria itu memberinya pesan dengan sangat jelas bahwa sore tadi mereka menemukan Seul Hee di sini.
Sebuah bayangan menarik maniknya di ujung ruangan sana. Langkah Yoon Gi terpaksa berhenti, mengakibatkan beberapa kepulan debu pada pijakannya saat ini.
Matanya berkedip cepat. Sesuai dugaan, seseorang yang ia kenal tengah mengisi sebuah tempat di bagian cafe itu.
"PD-nim..." lirihnya.
Hanya sebuah lirihan, tetapi mata pria yang disebutnya ikut mengalihkan pandangannya pada Yoon Gi. Entah apa pemikirannya, beliau tersenyum tipis.
Terdengar samar gemeletuk rahang Yoon Gi yang mengeras dengan pandangan menegas.
Tak perlu menunggu lama, pria itu memasuki cafe secara bar bar lalu menghampiri pria yang lebih tua darinya dengan emosi yang tersulut,
"Aku sudah menanyakannya padamu, tapi untuk Seul Hee... bukannya aku harus tahu?" ucap pria itu penuh penekanan.
Pria yang jelas lebih tua itu hanya melempar tatapan datar nan sinis melihat posisi Yoon Gi yang memojokkannya. Terlihat jelas kemarahan dari anak naungannya tersebut, tetapi itu tidak seharusnya menjadi alasan bagi Yoon Gi untuk berbuat kurang ajar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown
Fanfictiond a l a m p r o s e s r e v i s i Seul Hee tak memperkirakan apapun tentang sebuah ketukan secara sengaja atau tidak sengaja ikut mengetuk hatinya. Gadis itu tak pernah tahu siapa yang menyimbangi sebelah unit apartemennya. Bahkan ia tak tahu ji...