B . 1 'Wedding & First Night'

25.6K 1.3K 24
                                    

Di tengah keramaian pesta, sepasang mata legam memperhatikan seorang gadis yang tengah merengut kesal memandangi puluhan tamu undangan yang sedang duduk menikmati jamuan pesta. Gadis tersebut terlihat menarik menggunakan gaun putih dengan mahkota kecil yang menghiasi rambut coklatnya. Setiap orang akan terpesona begitu melihat kecantikan yang terpancar dari gadis tersebut, tak terkecuali Bumi Yusuf Dirgantara.

Bumi tak percaya jika gadis yang sedang berdiri di sampingnya ini adalah Bintang, perampok kecil yang menjadi musuh sekaligus sahabatnya sepuluh tahun yang lalu. Ia tak bisa menyangkal pesona yang di tebarkan Bintang saat berjalan menghampirinya setelah ia mengucapkan janji suci yang mengikat mereka berdua. Terbesit pemikiran jika Bintang melakukan operasi plastik hingga membuatnya sangat berbeda dengan Bintang yang ia kenal dulu.

"Apa?!" seruan itu menyadarkan Bumi oleh Bintang yang kini menatapnya galak dan datar.

"Jangan jadiin gue objek kemesuman lo." kata Bintang datar memalingkan wajahnya dari Bumi.

Mata Bumi membulat tak percaya, seumur hidupnya tidak ada seorang pun mahluk berjenis kelamin wanita yang menyebutnya mesum.

"Pede banget lo, badan lo itu datar kayak tripleks."

Itu jelas kebohongan kecil yang Bumi ucapkan, karena kenyataannya bentuk tubuh Bintang sangat ideal untuk gadis seumuran dia. Bintang menatap lekukan tubuhnya yang baru saja di cemooh oleh Bumi suaminya.

"Tapi kata Revan Rehan badan gue sexy," ujar Bintang lirih.

Bumi mengumpat mendengar dua nama yang di sebutkan Bintang, Revan dan Rehan si kembar yang adalah sepupu Bumi sekaligus sahabat Bintang waktu kecil.

Bumi, Revan, Rehan, Bintang, mereka berkenalan saat usia mereka masih batita. Mereka berempat selalu bersama bahkan bermain bersama, Bintang yang satu-satunya berjenis kelamin perempuan menjadi Ratu di antara ke empatnya. Kebersamaan mereka harus terpisah saat mereka menginjak usia enam tahun, dimana kedua orang tua Bintang harus pindah ke London karena urusan pekerjaan. Mau tak mau Bintang harus ikut bersama orang tuanya, sebelum kepergiannya Bintang melakukan suatu hal yang memberi dampak buruk bagi persahabatan ke empatnya. Suatu hal yang membuat persahabatan mereka hancur dan terlibat perang dingin antara Bumi dan Bintang.

"Mereka cuma mau lo senang." Bumi kembali melontarkan kebohongan, sungguh ia harus memberi pelajaran ke kedua sepupunya itu.

"Gak kok, kata Mama sama Mami dada gue padat dan lo bakal suka. Tapi hubungannya dada gue ama lo apa coba?" kata Bintang dengan tampang polos.

Lagi-lagi Bumi mengumpat karena kepolosan istri kecilnya itu, mau tak mau matanya mengarah ke dada Bintang yang terbalut gaun dengan potongan rendah hingga membuat belahan dadanya terlihat. Bintang masih menatapnya bingung menunggu jawaban yang akan Bumi ucapkan.

"Mama sama Mami itu aneh, jangan dengerin omongan mereka." Bintang mengangguk dengan polosnya, entah mengiyakan bahwa Mama dan Mami mertuanya itu memang aneh.

Bumi harus menyiapkan mental baja menghadapi dua orang aneh dalam kehidupannya. Bumi tak habis fikir mengapa kedua ibu-ibu itu menyampaikan hal seperti ini pada Bintang yang sangat polos, dan juga fakta bahwa Bintang tak mengerti dengan hal-hal berbau mesum tersebut padahal selama 10 tahun ia hidup di Negara yang mayoritas remajanya melakukan hal tersebut sebagai ajang pendewasaan diri.

Apa Bintang sedang berakting di depannya ataukah Bintang memang benar-benar polos? Ah entahlah.

•^•^•


Setelah pesta berakhir, Bumi dan juga Bintang bergegas menuju kamar hotel yang telah di siapkan untuk mereka berdua. Bumi lebih dulu membersihkan diri dan juga berganti pakaian, sedang Bintang memilih duduk mengistirahatkan tubuhnya. Bungkusan paper bag yang berada di atas meja seketika mengusiknya, setelah sebelumnya mendengar dan memastikan Bumi masih sibuk dengan air. Ia meraih paper bag tersebut dan melihat kotak putih berhiaskan pita berwarna merah muda, karena penasaran ia membuka kotak tersebut dan menemukan sebuah note dan juga sepotong kain yang sungguh bentuknya sangat membingungkan.

Bintang begitu terkejut begitu melihat sepotong kain tersebut terpampang di kedua matanya, ia meletakkan potongan kain a.k.a lingerie tersebut dan meraih sebuah note yang di tulis tangan.

"Happy wedding anaknya Mama dan juga Mami, kami menyiapkan ini untuk kamu dan Bumi. Tapi kamu yang pakai bukan Bumi, kan gak lucu kalau Bumi pakai lingerie. Nikmati malam pertama kalian sayang, bilang sama Bumi 'jangan keluar di dalam, tunggu setahun lagi baru bisa keluar di dalam.'
P.s: Gak usah pake pengaman."

Bumi yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan baju kaos dan juga celana pendek tak lupa sebuah handuk bertengger di bahunya yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Bumi mendekati Bintang yang diam melototi sebuah kertas yang di pegangnya. Bumi merebut kertas tersebut dan ikut membacanya, seketika semburat merah memenuhi wajahnya. Tapi tak berlangsung lama karena beberapa detik selanjutnya ia menjauh dan kembali dengan sebuah kaos hitam di tangannya.

"Lo pake kaos gue," Bintang dengan patuh menerima kaos tersebut.

"Lo mandi deh, gue tau lo udah capek daritadi." Ucap Bumi menaiki ranjang dan bergelung di bawah selimut.

Bintang mengangguk dan berlalu ke arah kamar mandi, sesaat sebelum menutup pintu kamar mandi ia menoleh pada Bumi.

"Jangan keluar di dalam, maksudnya apa?" Bumi tersentak mendengar Bintang bertanya dengan polosnya.

"Itu..eh itu.. Lo mandi gih, itu pembicaraan orang dewasa."

"Lah emang lo udah dewasa?"

"Menurut lo gue masih bocah?"

"Iya lo masih bocah,"

"Mana ada bocah yang bisa bikin bocah." Gerutu Bumi.

"Maksud lo?"

"Mandi atau mau gue mandiin?"

Seketika mata Bintang membulat tak percaya.

"Dasar mesum!"

Bintang menutup pintu kamar mandi dengan kasar, sedangkan Bumi mengacak-ngacak rambutnya yang setengah kering.

"Gak nyokap gak mertua sama-sama aneh." Dan Bumi terlelap meninggalkan keanehan yang di ciptakan oleh mami dan mama mertuanya.

Bintang keluar dari kamar mandi dengan wajah segar juga rambut basah, ia menggunakan kaos yang di berikan Bumi padanya. Ia mendapati Bumi tengah tertidur lelap, ia menggerutu karena harus tidur sekamar bahkan seranjang dengan Bumi selama-lamanya.

Ia merangkak naik ke ranjang dan mengisi sisi yang kosong di samping Bumi, ia terkejut saat Bumi memutar tubuhnya menghadap ke arahnya. Bintang lagi-lagi menggerutu karena menikmati pemandangan di hadapannya saat ini, wajah Bumi yang terlihat polos dan menggemaskan. Wajar saja jika Bumi menjadi salah satu most wanted di sekolahnya, tanpa kata Bintang menggerakkan jarinya ke wajah Bumi. Bintang menghela nafas saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Bumi.

"Setelah 10 tahun, akhirnya kita bersama kembali. Bumi yang telah berubah."

וו×

Minta vote sama comment boleh dong? Setidaknya menghargai tulisan gue walau tulisan gue jauh dari kata sempurna. Sorry kalo ada typo, karna gue manusia yang sering melakukan kesalahan.

- 090217 -

xoxo

Yaya

(BS #1) BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang