Usai shalat subuh berjamaah dan melakukan rutinitas persiapan sekolah. Penghuni rumah berbeda jenis kelamin itu kini tengah duduk menikmati sarapan yang di buat oleh Mba' yang kebetulan subuh tadi sudah datang. Lizzy dan Annabeth yang di paksa bangun pagi untuk sarapan oleh Bintang terlihat ogah-ogahan menyantap sarapan pagi ini. Bukan karena sarapan tersebut tak nikmat, hanya saja keduanya masih dalam keadaan setengah sadar. Mba' hanya terkekeh melihat Annabeth yang menggerutu tentang kelakuan Bintang yang sangat tak berperisahabatan, lihat saja siapa yang tak kesal jika dirimu belum sempat menggosok gigi bahkan mencuci muka saja tak di lakukan karena Bintang sudah lebih dulu menyeretnya ke meja makan di mana Bumi, Revan dan Rehan telah menunggu dengan kondisi fisik yang jelas berbeda dengan keduanya.
"Come on Babeth stop it, you still beautiful like that. Right Mans?"
Para lelaki dengan kompak mengangguk mengiyakan karena tatapan tajam dari Bintang, tapi tanpa tatapan itu pun mereka akan tetap mengiyakan karena Annabeth dan Lizzy lebih terlihat cantik dengan wajah polos tanpa sentuhan make up itu. Bintik-bintik merah kecokelatan di wajah keduanya terlihat begitu pas untuk mereka, menambah kecantikan ala perempuan barat dengan ciri khasnya itu.
Pipi Annabeth memerah, selama menginjak masa pubertas dirinya tak pernah tampil tak menggunakan makeup di hadapan teman-temannya kecuali para sahabat dekatnya. Ia begitu iri melihat wajah Bintang yang sama sekali tak memiliki bintik-bintik merah kecokelatan di wajahnya, sehingga ia selalu menggunakan makeup yang tak terlalu berlebihan tapi sangat pas bagi perempuan seumurannya agar menutupi bintik-bintik itu. Berbeda dengan Bintang yang seakan-akan tak ingin menggunakan peralatan tempur ala wanita itu.
"So apa yang akan kalian lakukan selama kita ke sekolah?" ujar Rehan di sela-sela kegiatan makannya.
"Kita akan ke bioskop setelah pekerjaan Mba' selesai, boleh?" ujar Lizzy menatap empat orang d hadapannya saat ini.
"Kok Mba'?" Mba' angkat bicara setelah menyelesaikan tatanan masakan di atas meja.
"Mba' jadi tour guide kita. Please?!" Mba' menggeleng dan memilih mendudukkan diri di samping Annabeth.
"Please Mba'...." ujar Bintang memohon, Bumi juga memasang wajah memohon tanpa mengeluarkan suara.
Dengan menghela nafas akhirnya Mba' menganggukkan kepala membuat Lizzy dan Annabeth bertukar tepukan seraya berseru.
"Pulang sekolah kita nyusul, sekalian makan di sana." ucap Rehan riang.
"Ya, gue juga butuh refresh otak gue."
Annabeth diam-diam mencuri pandang pada Revan, ia bisa melihat jika cowok tersebut tidak sedang baik-baik saja. Annabeth mengetahui sedikit cerita tentang pernyataan cinta atau lebih tepat lamaran Revan yang di tolak oleh perempuan bernama Zakinah.
Annabeth menyayangkan tindakan Zakinah tersebut yang menolak lelaki sebaik Revan, bahkan Annabeth tak akan berfikir dua kali jika di lamar oleh Revan. Tapi sampai kapanpun Revan tak akan meliriknya, dia dan Revan tak di takdirkan bersama. Annabeth dan Yesusnya, sedangkan Revan dan Allahnya. Annabeth dengan Bunda Maria, Revan dengan Maryam.
Seperti biasa Bintang memiliki radar kepekaan yang begitu hebat hingga dapat mendeteksi raut wajah Annabeth saat menatap Revan. Sungguh ia sangat ingin menjodohkan keduanya, tapi dia hanya bisa berencana dan Allah yang menentukan.
***
Kelas di mulai dengan pelajaran sejarah. Pelajaran yang membosankan bagi sebagian siswa, tapi menjadi salah satu pelajaran favorit Bintang. Seperti saat ini guru sejarah tengah mendongeng tentang perang dunia ke dua, negara-negara yabg ikut berpartisipasi dalam perang tersebut.
Beberapa siswa dan siswi dengan jelas menunjukkan ketidaktertarikan mereka dengan pembahasan ini, beda dengan Bintang, Bumi, Revan dan Rehan yang tak ragu mengeluarkan sedikit pengetahuan mereka tentang pembahasan ini.
Tapi ada juga siswa dengan suara lantang menyuarakan "Bu stop bahas masa lalu dong, kalo bahas masa lalu mulu kita kapan move on nya."
Tak pelak seruan tersebut mendapatkan sorakan dari penghuni kelas."Elah si gumop."
"Lah doi curcol."
"Eta terangkanlah masa depannya ya Lord."
"Akhirnya suara hati tersuarakan juga."
Bu guru hanya tertawa geli melihat kelakuan para siswanya. Sorakan seketika terhenti begitu bel tanda istirahat berdentang. Semua siswa berhamburan keluar meninggalkan ruangan begitu guru sejarah pamit lebih dulu. Bintang, Bumi, Revan dan Rehan berjalan ke arah kantin dan tak sengaja berpapasan dengan Bu Zakinah. Bintang dengan sopan menyapanya, beda dengan dua manusia di sebelahnya yang hanya tersenyum sekilas. Sangat berbeda dengan Revan yang melangkah lebih dahulu meninggalkan mereka, mengabaikan keberadaan Bu Zakinah. Dan Zakinah hanya bisa menatap nanar kepergian Revan.
***
P.s; 690 words, lanjut part 19 besok-besok yaah yang menyorot Babeth dan Epan.

KAMU SEDANG MEMBACA
(BS #1) B
Novela Juvenil| status: selesai | Bumi suami Bintang, Bintang istri Bumi. Mereka harus menikah di usia 17 tahun. Ini bukan hanya cerita tentang Cinta, tapi di sini juga ada beberapa cerita tentang keluarga.