B . 6

15.1K 841 30
                                    

Langit masih gelap, matahari pun belum menampakkan diri begitupula keadaan rumah yang terlihat sunyi. Dua manusia berpakaian rapi dan peci yang terpasang di kepala masing-masing sedang berdiri mengetuk pintu kamar yang tertutup rapat.

Tok tok tok.
Tok tok tok.

Ketukan pintu membuat perempuan yang sedang bergelung dalam selimut bersama seorang lelaki tersadar dari tidur nyenyaknya. Ia sedikit bergumam lirih dan berusaha membuka kelopak matanya yang begitu berat, perempuan tersebut bergidik kaget begitu melihat tubuh lelaki yang berstatus suaminya itu begitu dekat dengan tubuhnya. Tak lama senyum terbit dari bibirnya, tapi tak berlangsung lama berkat ketukan pintu yang menjerit.

Bintang, perempuan itu bangkit dan segera membuka pintu dan mendapati dua manusia kembar Revan dan Rehan memamerkan senyum manisnya. Bintang menatap keduanya kesal, tidur nyenyaknya harus terganggu oleh kedua pengganggu ini.

"Apa?"

"Jangan jutek gitu dong ipar, kita kan pengen ngajak shalat." ucap Rehan dengan senyum jenaka.

"Ini masih jam 3 pagi Rey,"

"Justru itu kita mau tahajjud, kalau lo mau ikutan boleh aja." Revan yang akhirnya angkat suara tak lama sosok Bumi muncul dari belakang tubuh Bintang.

"Gue mandi dulu, lo berdua ke mushala duluan." ujar Bumi yang di angguki Revan dan Rehan, sepeninggal duo kembar itu Bumi kembali masuk ke dalam kamar di ikuti Bintang di arah belakang.

Tanpa kata Bumi masuk ke dalam meninggalkan Bintang yang terlihat bingung, yang ia tahu waktu shalat hanya terjadi lima waktu yaitu Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib dan juga Isya. Ia tak tahu dengan shalat lain yang di kerjakan di luar waktu itu, wajar saja kedua orangtuanya memang mendisiplinkan dirinya untuk mengerjakan shalat lima waktu tapi tidak dengan shalat lainnya. Ia hidup di Negara yang minoritas muslim dan sekolahnya juga sekolah umum yang tidak mengajarkan soal agamanya.

Tak lama kemudian Bumi sudah berdiri di dekatnya dengan berpakaian rapi seperti pakaian yang di gunakan duo kembar lengkap dengan peci di kepalanya yang membuat ketampanannya meningkat.

"Lo mau ikut shalat?" tanya Bumi.

"Gue gak tahu shalat tahajjud." Bintang menunduk malu.

"Jangan bilang lo gak tahu gerakan shalat?" ujar Bumi terkejut.

"Tahu lah, gini-gini gue juga shalat lima waktu. Gue cuma gak tahu shalat di luar dari itu," Bintang mengerucutkan bibirnya kesal.

Bumi terkekeh dan mengacak rambut Bintang gemas, "ya udah wudhu kita shalat bareng."

"Boleh?" mata Bintang berbinar dan di balas anggukan oleh Bumi.

Bumi duduk di sofa sembari menunggu Bintang yang mengambil wudhu, senyum kecil terbit dari bibirnya ia tak memungkiri jika kata yang terlontar dari mulutnya tadi membuat hatinya bergemuruh. Kata yang begitu sederhana 'shalat bareng'.

Bintang berdiri tepat di depan Bumi, wajahnya masih basah karena air wudhu, dan sekarang tubuhnya terbalut mukenah. Bumi terpaku dengan penampilan Bintang, sungguh ia seperti baru saja melihat bidadari dari kahyangan.

"Ayo, sekarang 03.15 menit."

Bintang lebih dulu berjalan keluar kamar dengan Bumi yang mengekorinya, keduanya menghampiri ruangan terbuka di ujung lantai dua yang di khususkan sebagai mushalla. Dengan mengucap salam keduanya masuk ke dalam ruangan yang di desain khusus seperti layaknya sebuah mesjid kecil. Revan dan Rehan terlihat sibuk membaca ayat suci Al-qur'an dengan suara rendah namun merdu.

Bumi merentangkan sebuah sajadah di belakang dua sajadah yang telah terbentang. Setelahnya ia menyuruh Bintang untuk duduk di atas sajadah dan ia ikut duduk di samping Bintang.

"Niatnya itu 'Ushalli sunnatan tahajjud arba'a rakaatin makmuman lillahi ta'ala.', bisa?" ucap Bumi lembut.

Bintang mengangguk dan mengulangi apa yang tadi di ucapkan oleh Bumi, Bintang berhasil hanya dengan satu kali mendengar membuat Bumi kembali tersenyum.

Bumi bangkit menghampiri Revan dan Rehan, ia mengangguk memberi kode pada keduanya jika shalat akan di laksanakan. Bumi bertugas menjadi Imam shalat, keempatnya begitu khusyuk menjalani shalat tahajjud.

Biasanya ketiga lelaki itu akan melakukan shalat tahajjud dengan 8 rakaat, tapi mereka hanya melakukannya dengan 4 rakaat karena Bumi tak ingin membuat Bintang susah. Shalat tahajjud di akhir dengan doa bersama di lanjutkan dzikir dan tadarus sembari menunggu adzan Subuh berkumandang.

Revan dan Rehan kembali mengambil tempat di sudut ruangan dengan Al-qur'an di masing-masing tangannya, Bumi ikut bangkit mengambil tempat persis berada di samping Bintang. Bintang meraih tangannya dan juga mengecupnya, senyum kembali terbit di bibir Bumi. Sepertinya Bintang begitu jauh dengan pemikiran awalnya, ia sudah salah menjudge Bintang sebagai gadis yang mengikuti tren masa kini dan mengikuti alur dunia barat yang sangat jauh dengan alur dan adat istiadat dunia Timur.

Ia menahan jemari Bintang saat Bintang ingin melepaskannya, Bintang menatapnya heran sedang Bumi tersenyum kecil.

"Gue mau jadiin jari lo sebagai tasbih gue," ujar Bumi yang membuat kening Bintang berkerut.

"Lo tau kan jika sepasang suami istri bersentuhan itu mendapatkan pahala?" dengan ragu-ragu Bintang mengangguk, raut khawatir terlihat jelas di wajahnya. Ia tak paham maksud dari Bumi yang menurutnya ambigu itu.

'Apa Bumi lagi ngajakin ibadah itu?' benak Bintang.

Bumi terkekeh pelan ia bisa menebak apa yang sedang di pikirkan istrinya. "Gue bakal minta tapi bukan sekarang, gue nunggu lo siap."

"Siap lahir batin kok," Bintang segera menutup mulutnya dengan jemarinya. Ia mengatakan itu dalam hati, tapi kenapa bisa itu terucap dari bibirnya di hadapan Bumi yang kini mengangguk dan tersenyum senang.

"Maksud gue, gue biar sambil dzikir juga nambah pahala dengan menjadikan lo tasbih gue." jelas Bumi yang membuat Bintang mengangguk paham.

Keduanya kini tenggelam dengan dzikir menggunakan jemari satu sama lain. Rehan yang memperhatikannya segera meraih smartphonenya dan memotret keduanya. Rehan tersenyum melihat hasil jepretannya, ia bersyukur karena Revan menyuruhnya membawa smartphone untuk di jadikan pengingat waktu subuh. Rehan kembali memusatkan perhatiannya pada Al-qur'an, begitupula ketiga lainnya yang sibuk dengan Al-qur'an dan juga dzikir. Dan waktu berjalan cepat hingga bunyi alarm smartphone Rehan membuat keempatnya kembali melaksanakan shalat subuh berjamaah.

Setelah melaksanakan shalat subuh berjamaah keempatnya kembali ke kamar masing-masing. Bumi melepaskan pakaiannya dan menggantinya dengan seragam sekolahnya. Sedang Bintang sibuk membersihkan dirinya dengan air dan saudara-saudaranya.

Tiga puluh menit kemudian Bintang keluar dengan bathrobe yang membungkus tubuhnya, ia tak mendapati Bumi di sudut manapun. Dengan tergesa-gesa ia memakai seragam ini sekolahnya yang sama persis dengan seragam Bumi, hanya saja ia menggunakan rok panjang di atas mata kaki sedang Bumi menggunakan celana panjang, kan lucu kalau saja Bumi menggunakan rok. Bintang tertawa membayangkan Bumi, Revan dan Rehan menggunakan rok yang ia kenakan.

Ia meraih tas ransel hitam yang telah ia persiapkan semalam, juga sneaker putih yang membungkus kakinya. Rambutnya ia kepang ke arah samping dengan topi putih bertengger di puncak kepalanya. Setelah menyemprotkan parfum di beberapa titik tubuhnya ia segera keluar dari kamar dan bergabung dengan lainnya yang sepertinya sudah menunggunya di lantai bawah.

Betul saja, ketiga lelaki itu sedang asyik mengobrol sambil menikmati roti bakar di meja makan. Bintang ikut duduk di kursi kosong di samping Bumi, mengambil roti dan nutella. Meja makan tiba-tiba sunyi senyap, suara ketiga lelaki tak terdengar membuat Bintang yang tadinya sibuk makan menjadi mendongak menatap ketiganya.

"Kenapa?"

"Cantik." seru ketiganya bersamaan yang membuat Bintang tertawa begitu juga Mba Sari yang datang membawa segelas jus jeruk.

(BS #1) BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang