B. 33 (extra)

11.1K 532 29
                                    

Dari subuh tadi aku merasakan pusing yang begitu menyiksa kepalaku bagai ditusuk puluhan jarum dan ini sudah kedua kalinya aku menyiram kepalaku dengan air dingin berharap dapat mengurangi nyerinya. Aku keluar dari kamar mandi dan melihat suamiku yang sedang tertidur pulas dengan punggung yang terbuka tanpa kain yang menutupinya, kecuali selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Silahkan kalian berspekulasi apa saja, karena yang kalian fikirkan memang benar adanya. Setelah tiga bulan lalu kami resmi lulus dari gelar siswa-siswi, aku dan Bumi menyempurnakan 'ibadah' kita. Jangan tanyakan detailnya karena aku tak akan membeberkan sedikitpun, biarkan itu menjadi rahasia kita berdua dan Allah SWT.

Menengok jam dinding yang menunjukkan pukul delapan, aku berinisiatif untuk membuatkan sarapan untuk kami berdua. Setelah setahun lebih akhirnya aku memberanikan diri bergulat didapur, mengesampingkan rasa takut berlebih pada pisau yang selalu menggoreskan sedikit luka pada jariku setiap dua minggu sekali dan itu sudah menjadi kebiasaanku setelah Mba' memutuskan berhenti setelah resmi menikah dengan kekasihnya.

Aku dan Bumi sepakat tak memakai asisten rumah tangga karena kami ingin mengerjakannya bersama-sama termasuk masak memasak dan bebersih, tapi jika kami berdua merasa sangat lelah kami akan menelfon mami dan art-nya akan datang kerumah menggantikan tugas kami.

Dua hari ini rumah dalam keadaan sepi karena Revan dan Rehan menemani bunda sekaligus menjaga adik kecil mereka yang sangat aktif berceloteh menggunakan bahasanya. Aku memutuskan untuk membuat nasi goreng berhubung masakan itu adalah masakan tersimple yang pernah ada, mengambil dua buah bawang merah dan tiga untuk bawang putih, beberapa biji cabai kecil, garam dan sedikit gula putih dan mulai menghancurkannya menggunakan blender. Lebih nikmat jika di hancurkan menggunakan ulekan, tapi karena kepalaku tak mendukung jadi ku persingkat saja dengan blender. Sembari menunggu bumbu halus aku mulai memotong kecil daun bawang dan kembang kol sebagai menu tambahan, dan mulai menyiapkan nasi yang di masak subuh tadi. Setelah bumbu halus, aku mulai menumisnya diwajan, menunggu bumbu wangi ku tambahkan kembang kol yang sudah ku potong-potong kecil. Lalu ku masukkan nasi yang cukup untuk dua porsi kedalam wajan, memberikan kecap dan bumbu instan untuk nasi goreng. Dan tahap terakhir ku beri potongan daun bawang dan ayam yang telah di suwir-suwir sebelumnya (malah kek tutor buat nasgor yah wkwk). Setelah menyajikan nasi goreng yang telah jadi, ku sempatkan membuatkan dua cangkir teh melati untukku dan Bumi. Mengaturnya diatas meja, dan segera beranjak ke kamar untuk membangunkan pangeranku yang selalu seperti ini setelah berolahraga pagi.

Lihat saja dia masih pulas dengan posisi yang sama padahal setengah jam lebih aku meninggalkannya.

  "Mas," aku mengusap punggungnya berharap ia segera bangun.

Dan bukannya bangun dia malah makin pulas, selalu seperti ini.

  "Mas kepalaku sakit," dan tak sampai sedetik dia sudah sadar dan mulai mengecek kening, leher dan kedua bola mataku.

*end pov*

  "Mana yang sakit?" tanyanya khawatir, duh jangan sampai istrinya sakit karena berolahraga bersamanya dari semalam hingga selepas subuh tadi.

  "Kepalaku pusing," jawab Bintang, Bumi memijat kepala Bintang penuh kelembutan dan ajaibnya membuat sakit di kepala Bintang mereda.

Bintang tersenyum kecil, "udah sembuh mas, kita makan dulu ya aku udah masak."

  "Beneran udah sembuh?" Bumi masih dengan raut khawatir.

  "Iyya," Bintang menarik Bumi bangun, mengambilkan pakaiannya yang segera dipakai Bumi dan mengajaknya untuk sarapan.

Bumi dan Bintang begitu khidmat menyantap sarapan mereka, sesekali Bumi melihat Bintang memastikan keadaan istrinya baik-baik saja.

"Kita ke dokter yah?" tanya Bumi sambil mencuci piring bekas sarapan.

(BS #1) BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang