Para lelaki kembali dengan berbagai macam makanan sesuai permintaan ketiga perempuan yang setia menunggu mereka. Annabeth tak bisa menyembunyikan wajah meronanya ketika Revan menyodorkannya makanan, pemandangan itu tak luput dari Bintang dan Lizzy. Sepertinya tebakan mereka terbukti benar, tapi sepertinya harapan mereka tak bisa terwujud karena banyaknya perbedaan di antara keduanya.
Revan lebih banyak diam, sesekali ia menjawab pertanyaan yang di ajukan padanya dengan singkat dan padat. Semua mengerti kecuali Annabeth yang menaruh perhatian lebih pada keterdiaman Revan yang tak biasa. Lagi-lagi itu tak luput dari mata jeli Bintang, rasanya Bintang ingin mendatangi Zakinah dan mengeluarkan kata-kata yang bisa membuat wanita itu sadar dan bisa menerima Cinta Revan. Atau setidaknya membuat ia sadar jika Revan sama sekali tak bercanda seperti laki-laki seumurannya saat berhubungan dengan urusan perasaan.Bumi yang berada tepat di samping Bintang mengerutkan kening mendapati perempuan itu tengah mengepalkan tangannya, merasakan aura panas Bumi segera menggenggam jemari Bintang hingga sang empunya mengalihkan tatapannya pada Bumi.
"Kenapa?" aura panas berangsur menghilang karena sentuahan Bumi yang begitu menenangkan.
"Gue kesel,"
"Lo tenang aja, Revan bukan cowok bodoh yang bakal terpuruk karena masalah sepele seperti ini." ucap Bumi menenangkan, ucapannya itu memang benar Revan bukan laki-laki yang akan terpuruk karena masalah kecil seperti ini. Revan laki-laki yang memiliki bekal agama yang membuatnya tahu jelas batas tentang mencintai dan memiliki.
Baginya, jika Zakinah menolaknya ia tak akan terpuruk dan putus asa. Karena ia yakin jika Allah pasti sudah memiliki rencana yang begitu indah untuknya, dimana hanya DIA mengetahuinya. Setiap kejadian memiliki hikmah di baliknya.
* * *
Malam panjang mereka lewati dengan suka cita, rasa yang tadi menggerogoti Revan bak hilang di telan Mars berkat tingkah lucu Annabeth yang terlihat lucu saat ia salah tingkah karena ucapan konyol Bintang yang ingin menjodohkannya dengan Revan yang di sambut konyol oleh Rehan yang menyetujuinya. Semua rasa dan semua orang di liputi kebahagiaan yang tak terbatas. Hal itu pula yang membuat Bumi dan Bintang terlihat begitu serasi dan lebih dekat dari sebelum-sebelumnya. Bahkan keduanya tak lagi sungkan untuk saling bersentuhan fisik, seperti menggenggam tangan juga merangkul.
Seperti malam ini ketika semua orang telah terlelap, Bumi dan Bintang masih asyik tertawa di gelapnya malam. Mereka berdua tengah menyaksikan salah satu acara sitkom yang mengisahkan dua pasangan suami istri yang saling bertetangga dengan watak dan sifat yang bertolak belakang, intinya sitkom tersebut berhasil mengocok perut siapapun yang menyaksikannya.
"Nama lo mirip tuh ama dia, tapi imutnya beda yah?" ujar Bumi menggoda sang istri.
"Iyalah, kan imutnya dia biasa aja, kalo gue mah luar biasa."
Bumi terkekeh geli dan mengusap kepala Bintang pelan, "Dasar gede kepala."
Mau tak mau senyum kecil tersungging di bibir Bintang. Ia tak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, perasaan ini sangat berbeda dengan yang ia rasakan bertahun-tahun lalu. Dalam hatinya ia bersyukur orangtuanya memilih Bumi sebagai suaminya, orang yang bertanggung jawab akan hidupnya di dunia maupun di akhirat nanti.
"Gue tahu kalo gue ganteng, tapi gak usah ngiler gitu liatinnya." spontan jemari Bintang menyentuh sudut bibirnya mencari cairan yang sungguh membuatnya terlihat memalukan, tetapi bukannya mendapatkan cairan ia malah mendapati Bumi yang tertawa terbahak-bahak.
"Lo ngeselin banget."
"Tapi sayang kan?" wajah menggoda Bumi membuat Bintang merona memerah hingga akhirnya mengundang tawa Bumi. Raut cemberut kini terpampang jelas menggantikan rona merah di pipi Bintang membuat Bumi refleks memeluk Bintang.
"Gue juga sayang ama lo, jadi lo gak perlu malu sama gue, okay?" Bintang mengangguk dalam pelukan hangat Bumi.
Bintang merelai pelukan mereka, rona merah di pipinya masih terlihat walau samar, Bumi tersenyum melihatnya sungguh ia sangat bersyukur karena bisa menikmati wajah lucu Bintang saat ini.
"Bukannya lo gak suka sama cewek ompong?"
"Kan sekarang ceweknya udah gak ompong, lagian mau lo ompong kek botak kek gue bakal terima karena lo adalah istri gue. Lo adalah salah satu pelengkap iman gue di dunia, lo adalah jodoh yang Allah siapkan dan nama lo udah tertulis di Lauhul Mahfudz." jelas Bumi yang membuat Bintang membeku lebih tepatnya speechless, dia tak menyangka jika orang sejenis Bumi bisa menjadi romantis dengan caranya sendiri.
"Lo boleh gue bungkus gak?" tanya Bintang dengan tatapan cengo' membuat Bumi terheran-heran.
"Bungkus apaan?"
"Bungkus pake plastik terus gue simpan di lemari. Gue gak tahu kalo lo bisa se-romantis ini." ucap Bintang tersenyum kecil melihat Bumi yang menjadi salah tingkah.
"Ya..ya gue romantis dengan cara gue sendiri. Lo gak suka? Lo sukanya di kasi bunga sama boneka?" ujar Bumi melawan rasa gugupnya.
"Emang gue orang mati di kasi bunga, gue juga bukan bocah di kasi boneka. Cukup lo ngasih gue doa, restu dan tempat yang layak di syurga nanti itu udah lebih dari cukup. Karena gue gak butuh sesuatu yang bersifat sementara, gue cuma butuh suami yang bisa membimbing gue ke jalan-Nya."
Keinginan yang sederhana dan sudah pasti di impikan oleh banyak orang, Bumi dan Bintang dua insan hanya bersatu karena takdir yang telah di gariskan oleh-Nya yang Maha Kuasa.
* * *
Setelah sekian lama, maaf karena Ya' terlalu lama. BTW itu adalah harapan Ya', dan pastinya menjadi harapan kalian juga. Thx untuk semua yang nungguin B.
Xoxo
Ya'
KAMU SEDANG MEMBACA
(BS #1) B
Teen Fiction| status: selesai | Bumi suami Bintang, Bintang istri Bumi. Mereka harus menikah di usia 17 tahun. Ini bukan hanya cerita tentang Cinta, tapi di sini juga ada beberapa cerita tentang keluarga.