"Aarggh.." pekikan yang membuat mami dan bunda terkejut dan segera menghampiri Bintang yang meringis menatap jarinya yang berdarah. Mami segera mengambil kotak p3k yang berada di laci meja, bunda ikut meringis melihat mami yang tengah membersihkan luka di jari Bintang.
"Kenapa gak bilang kalau kamu gak bisa masak?" ujar bunda membuat Bintang merasa malu, harusnya ia pandai dalam hal masak-memasak karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang istri.
"Maaf mami, bunda, Bintang gak bisa masak." Bintang menundukkan kepalanya takut.
Bunda mendekat mengelus rambut Bintang begitu lembut, "bunda gak bermaksud kayak gitu sayang, kalau kita tahu kamu gak bisa masak kita gak akan nyuruh kamu megang pisau." bunda merasa bersalah karena ucapannya membuat Bintang salah paham.
Bintang mengangkat kepalanya dan memandang mami dan bunda yang tersenyum lembut padanya, "kalian gak marah?"
Mami dan bunda tertawa membuat Bintang bingung, ia menggaruk tengkuknya.
"Nggaklah, mami sama bunda bisa masak aja pas punya anak. Untung mertua kami baik jadi gak nuntut apa-apa." kata mami yang buat Bintang bernafas lega.
Kan tadi Bintang mikirnya mami sama bunda udah mau ngomel-ngomel seperti mertua di sinetron yang gak sengaja Bintang lihat di TV kamar mba'.
Mami mengembalikan kotak p3k di laci setelahnya mengambil alih kerjaan Bintang. Bunda juga udah balik lagi ke depan kompor.
"Kamu duduk aja, mami takut nanti Bumbum bakal demo mami karena udah bikin istrinya lecet." Mami tertawa kecil membayangkan Bumi mengomelinya nanti.
"Jadu ceritain gimana sama Bumi? Gimana first night kalian?" sambil memotong semua bahan masakan, mami mulai mewawancarai sang menantu. Tanpa mami dan bunda sadari, objek wawancara mereka sudah blushing dan salah tingkah.
"Mas Bumi baik kok," ujar Bintang mengabaikan pertanyaan terakhir mami.
"Cie manggilnya Mas Bumi, Bumi udah jomblo lama lho, dia gak suka nyosor sembarangan kan?" dan ini pertanyaan dari bunda, kan Bintang jadi malu lagi. Kenapa harus bahasnya itu?
"Bintang malu," ucap Bintang sambil menutup wajahnya yang sudah mrmrrah melebihi kepiting rebus.
Mami dan bunda tertawa dengan tingkah Bintang, polos sekali.
"Mami sama bunda dulu kayak gitu juga kok malu-malu, parahnya sehari setelah nikah di ledekin karena keluar kamar dengan rambut basah." kata mami yang di setujui bunda dengan begitu semangat, Bintang cuma diam dan mulai mikir hubungannya rambut basah sama di ejekin apa?
"Hubungannya apa?" tanya Bintang dengan wajah yang teramat polos hingga mami dan bunda saling tatap-tatapan dan menatap Bintang horor.
"Kalian belum ibadah?!" seru keduanya bersamaan dan buat Bintang kaget.
'Ibadah? Bukannya aku sama Mas Bumi selalu shalat bareng ya?' batin Bintang.
"Selalu kok," ujar Bintang yang membuat bunda melotot, ponakannya ganas juga yah.
"Jangan sampai kebablasan ya, kalian kan masih sekolah. Bilang ke Bumi selalu pakai pengaman," titah mami memberi masehat yang bikin Bintang memutar otak untuk mencoba mengerti maksud mami.
'Pengaman yang dimaksud mami apa?' tanyanya dalam hati.
Bintang cuma mengangguk pelan biar gak di katain kolot sama mami dan bunda, juga biar pembahasan tentang Bumi segera di akhiri. Agar hati Bintang bisa tenang.
***
Bintang membantu mami, bunda dan mbok –asisten rumah tangga di rumah mami– menyajikan makanan, dan tak lama Bumi, Revan, Rehan dan papi udah duduk dengan tenang di kursi makan. Makan-makan hari ini tak lengkap di karenakan ayah Revan dan Rehan sedang pulang kampung karena saudara sepupunya ada yang menikah, sebenarnya bunda memaksa ikut tapi ayah gak mengizinkan karena suatu hal.
"Tumben bunda gak ikut ayah," ujar Rehan menerima piring yang telah di siapkan bunda untuknya.
"Iya, biasanya ayah sama bunda gak pernah pisah." Revan juga sedikit curiga, gak biasanya bundanya tahan pisah sama sang ayah.
Bunda juga mengangsurkan piring yang sudah ia siapkan pada Revan, "cari suasana baru." ucapnya yang langsung di hadiahi tatapan curiga dari kedua anaknya.
"Ayah gak izinin bunda ikut," akunya membuat Rehan yang tadinya bersiap makan jadi diam dan lagi menatap bundanya menyelidik.
"Kalian berantem?" tanya Rehan yang di hadiahi bunda cubitan kecil di lengangnya.
Bunda natap mami minta pertolongan, mami udah mau ngomong jadi berhenti begitu suara salam dari ayah terdengar melalui sambungan telefon. Revan gerak cepat dengan segera menghubungi sang ayah.
"Ayah sama bunda berantem?" tanya Revan setelah sebelumnya menjawab salam dari sang ayah.
"Amit-amit ya," bunda terkekeh pelan mendengar suara suaminya, ayah memang sangat menghindari pertengkaran diantara keduanya.
"Terus kenapa ayah gak ngajak bunda ke Kendari?" Rehan ikut nimbrung, Rehan kan was-was takut bunda sama ayah berantem kayak mami dan papi tadi.
"Eh i..itu," bunda yakin di ujung sana ayah menggaruk kepala karena bingung ingin menjawab apa.
"Apa?!" ucap Revan dan Rehan bersamaan yang buat bunda tegang.
Mami mendekat ke arah bunda, mengelus pundak bunda agar bisa kembali rileks.
"Itu karena bunda gak di bolehin sama dokter," Revan dan Rehan kompak menoleh pada bunda, raut khawatir terpampang jelas di wajah keduanya.
Rehan mendekat ke arah bunda mengecek suhu tubuh mami, mengecek anggota tubuh mami yang mungkin saja terbalut perban.
"Bunda sehat kok," ucap bunda yang buat Revan dan Rehan kompak menghela nafas lega. Dasar kembar!
"Kalian jangan marah ya," kata ayah di ujung sana buat Revan dan Rehan saling menatap satu sama lain. Bunda udah deg-degan hebat menunggu ayah bilang secara langsung.
"Kalian akan memiliki adik." pernyataan ayah di ujung sana buat Revan dan Rehan terkejut, sama halnya dengan Bumi dan Bintang. Dalam hati Bumi udah teriak bahagia, akan ada anak bayi dan semoga perempuan.
Revan dan Rehan segera memeluk bunda dengan erat, mengucapkan selamat untuk kehamilan bunda. Bunda tersenyum dan ikut membalas pelukan keduanya, diam-diam Bunda bernafas lega. Bunda dan ayah berfikir Revan dan Rehan akan marah karena beberapa tahun lalu bunda pernah hamil dan Revan dan Rehan malah protes karena kehamilan bunda saat itu membuat bunda harus bedrest total dan berujung bunda keguguran karena bunda sangat lemah saat itu.
Dalam diam Revan dan Rehan saling menatap, berdoa bersama pada Allah agar bundanya di beri kekuatan untuk kehamilan kali ini.
***
Kangen B, tangan udah gatal banget mau ngetik cerita baru tapi takut B keteteran. Jadi harus nahan sampai B selesai dan gak tahu B selesainya kapan karena ku gak rela pisah dari Mas Bumi.
150 lagi yaaaa
Vote dan comment, itu mood booster lho.
Ku cinta Mas Bumi ❤, kalian???Assalamualaikum
Ya' 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
(BS #1) B
Teen Fiction| status: selesai | Bumi suami Bintang, Bintang istri Bumi. Mereka harus menikah di usia 17 tahun. Ini bukan hanya cerita tentang Cinta, tapi di sini juga ada beberapa cerita tentang keluarga.