Konten berat, maapkeun!!
***
Mobil yang mereka berempat gunakan berhenti agak jauh rumah papi, tepat di depan pagar papi sedang berbincang dengan Salma si janda bohay. Keduanya begitu hanyut dalam obrolan hingga tak menyadari kehadiran mereka karena memang Bumi sengaja menyuruh Revan menghentikan mobil jauh dari rumah. Bumi tersenyum licik rencana yang bagus untuk membuat papi di amuk mami, biar Bumi punya teman suami sieun istri.
Sibuk dengan ponselnya dan tak lama terdengar suara baginda Ratu jealous yang sangat nyaring.
"Assalamualaikum, ganggu banget sih Bum gak jomblo gak halal ganggu mulu kerjaannya." gerutu mami di ujung telefon.
Revan dan Rehan tertawa puas mendengar ucapan mami, bumi sudah jelas wajahnya langsung pias."Oh mami gitu ya, ya udah Bumi gak jadi ngasih info penting buat mami." ucap Bumi yang mengundang tawa dari sang mami.
"Cup cup anak mami yang ganteng mau ngasih info apaan?"
"Noh suami player mami lagi ngobrol asyik sambil cekikikan manja sama si janda bohay."
Dan yang terjadi selanjutnya membuat keempatnya seketika menutup telinga.
"Papi!!!!!"
Papi yang tadinya tertawa cekikikan bareng Salma jadi terkejut dan segera berlari menghampiri sang istri. Revan segera memarkirkan mobil di pekarangan dan mereka segera berlari mengikuti papi, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan melihat mami mengamuki papi.
Raut ketakutan tak luput dari wajah papi, mami berdiri memasang wajah garang dengan pisau di tangan kanannya. Matanya menatap nyalang sang suami, mengabaikan sang ipar –bunda Revan dan Rehan– yang menyuruhnya istighfar dan meminta pisau yang di genggamnya. Bunda ngeri sendiri membayangkan pisau yang di genggam mami melayang ke papi, kembarannya bunda.
Bumi senyum-senyum bahagia melihat sebentar lagi papinya akan di sidang sama mami, Rehan bahkan sudah merekam aksi mami dan papi. Kesempatan langka dan harus di abadikan, Bintang? Dia sudah ikut ngeri sama kayak Bunda.
"Mami gak tahu lagi papi maunya apa," sangat jauh dengan apa yang di perkirakan Bumi, ia fikir maminya akan marah-marah dan nyuruh papi tidur di luar tapi bukannya marah mami malah ngomong dengan nada yang terdengar lemah dan pasrah.
"Mi.." papi yang mau ngomong seketika diam begitu mami mengangkat tangan isyarat agar papi tak melanjutkan ucapannya.
Rehan menghentikan rekaman di ponselnya, ia bisa merasakan aura tak baik berkobar dari mami. Bumi dan Revan juga sudah berhenti senyum-senyum nyengir.
"Udah bertahun-tahun lho pi, mami juga punya batas kesabaran." dan Bumi sangat menyesal, karena dirinya semua ini terjadi. Harusnya ia tak mengadu demi keegoisannya.
Papi melangkah mendekat pada mami, "diam di situ!" papi berhenti, jarak papi dan mami saat ini hanya di batasi meja dapur di mana mami tadinya sibuk memotong sayuran.
Mami meletakkan pisau di atas meja, mulai menatap papi yang menunduk memperhatikan sandal rumahnya.
"Kita selesai ya?" papi terkejut dan seketika mendongak melihat mami yang tersenyum sedih.
Bukan hanya papi, Bumi, Bintang, Revan, Rehan dan bunda ikut terkejut. Mami yang biasanya marah-marah sekarang malah terlihat pasrah. Tanpa di sadari air mata menetes dari mata Bumi, semua salahnya. Seharusnya ia tak mengadu.
"Mami bercanda kan?" ujar papi. Mami tersenyum dan menggeleng, "aku serius."
Bumi diam mematung, kenapa jadi begini?
"Kak," bunda ikut mengeluarkan suara.
Lagi mami tersenyum menatap adik iparnya, "Bumi juga udah dewasa jadi udah bisa ngerti."
"Mi," mami menoleh pada papi.
"Dulu aku masih nahan karena mikir Bumi masih kecil dan masih butuh kita berdua, karena sekarang Bumi sudah dewasa dan tahu mana yang baik dan benar jadi ayo kita selesaikan semuanya." kata mami yang membuat Bumi terisak, semua orang kini memusatkan perhatiannya pada Bumi. Bintang mendekat menggenggam erat jemari Bumi, menyalurkan energi dan kekuatan padanya.
"I'm here," bisik Bintang.
Bumi menatap mami mengabaikan air mata yang menetes di pipinya, "Allah benci perceraian mi,"
Mami melangkah mendekat pada Bumi, menghapus air mata di pipi anaknya. Matanya berkaca-kaca tapi tak ada tetesan, seolah ia ingin menunjukkan kalau ia sangat kuat.
"Kalau Allah membenci perceraian, biarkan Allah membenci mami nak."
Bumi menggeleng lemah, "Papi bisa berubah mi, Bumi akan pastikan itu."
Mami tersenyum lemah, "dia gak akan bisa berubah kalau bukan keinginannya sendiri."
"Aku mau berubah mi, please kita jangan selesai." ucap papi terisak, air mata sudah membanjiri wajahnya.
"Demi Allah, demi hidup aku dan demi Bumi." janji papi.
***
Ya cuma minta vote lho, sedih banget liat view sama vote yg jauh beda.
Salah gak kalau aku nargetin vote sampe 150 buat update selanjutnya??? Tapi gak maksain kok :)
Makasih.
Assalamualaikum
Ya' 💋

KAMU SEDANG MEMBACA
(BS #1) B
Teen Fiction| status: selesai | Bumi suami Bintang, Bintang istri Bumi. Mereka harus menikah di usia 17 tahun. Ini bukan hanya cerita tentang Cinta, tapi di sini juga ada beberapa cerita tentang keluarga.