Bumi menculik Bintang dan mengurungnya di kamar, raut khawatir jelas terlihat di wajah Bumi begitu melihat dua jari Bintang terbungkus perban. Bintang berusaha terlihat tenang padahal ia tengah menahan tawa, lucu sekali melihat ekspresi khawatir sang suami.
"Ini kenapa?"
"Tadi kena pisau,"
"Parah ya? Kita ke dokter aja ya? Takut nanti infeksi." Bumi udah nuntun Bintang keluar kamar.
"Tadi udah di bersihin sama mami pake alkohol." Bintang menghentikan langkah Bumi, menariknya lalu mendudukkannya di ranjang.
Perhatian kecil dari Bumi buat Bintang jadi deg-deg ser, pesona Bumi bertambahnya bertambah kali lipat di mata Bintang.
Bintang senyum-senyum sendiri, 'jadi gini ya rasanya di perhatiin sama cowok.' batin Bintang.
Bumi heran melihat Bintang yang senyum-senyum tanpa sebab, jangan bilang istrinya stress karena habis di obatin mami.
"Mami gak ngapa-ngapain kamu kan? Gak di kasi obat macam-macam kan?" tanya Bumi sambil mengecek suhu badan Bintang.
Bintang jadi mikir sendiri, ini kenapa mami di bawa-bawa. Dan Bintang baru menyadari kalau Bumi akhir-akhir ini Bumi sering menggunakan kata aku-kamu dengannya.
"Nggak, jadi sekarang aku-kamu?" Bumi salah tingkah, duh malu.
"Emang salah? Lagian aku-kamu lebih sopan kan?" Bintang mengangguk.
Bumi meraih jemari Bintang dan menggenggamnya, "aku minta maaf soal kemarin ya? Jangan marahan lagi ya!"
Bintang senyum tipis, "maaf juga ya," Bumi senyum senang, "akhirnya gak jomblo lagi."
***
Lagi-lagi Bumi mengurung Bintang di kamar setelah melaksanakan shalat isya berjamaah minus Bintang, yaa Bintang lagi kedatangan tamu yang buat Bumi tarik nafas berulang kali. Jadi terbongkarlah penyebab kenapa Bintang sensi padanya, PMS.
Dan lihat saja istrinya sedang baring dan tengah asyik dengan ponselnya sambil ngemil coklat, Bumi berasa pengen terbang ke langit pas tahu tiba-tiba Bintang menyuruhnya membeli pembalut.
"Jangan bilang kemarin kamu marah-marah karena pms?" tanya Bumi yang masih gak terima, iyalah kan dia mikir yang salah dia eh ternyata yang salah PMS.
"Maybe, pre-period emang bikin mood swing." jawab Bintang santai masih gak sadar kalau Bumi daritadi udah pengen teriak.Bumi meremas bantal dan mulai memukulnya dengan emosi membuat Bintang menghentikan aktivitasnya bermain ponsel.
"Kamu kenapa?" tanya Bintang dengan polosnya bikin Bumi mau tak mau kembali memukul bantal.
"Hei kenapa sih?" Bintang menarik bantal tersebut dan akhirnya Bumi menghela nafas panjang, menatap Bintang dengan lembut. "I'm okay Honeybie."
'Lah suamiku kok gini amat ya?' batin Bintang.
Bumi membawa Bintang ke pelukannya, mendekap erat sang istri. "Lain kali kalau mau period bilang-bilang ya?"
"Emang kenapa?"
"Ya biar tahu."
Masih dalam pelukan Bintang menengok Bumi, "tahu apa?" tanyanya penasaran.
"Tahu bulat," ujar Bumi sambil tertawa.
Bintang cuma bisa cemberut sambil berusaha nahan tubuhnya biar gak berguncang karena Bumi tertawa.
Tanpa kata Bumi mendaratkan sebuah ciuman di kening Bintang dan tanpa dadar Bintang tersenyum, "mood booster untuk Honeybie." dan terakhir ciuman itu mendarat di bibir Bintang.
'Mood booster buat gue juga.' batin Bumi.
Bumi dan Bintang sedang baring bersama dengan tangan keduanya saling terkait, entahlah sepertinya keduanya lebih nyaman dengan saling menggenggam.
"Mas,"
"Ya?"
"I love you."
Tubuh Bumi menegang mendengar pernyataan Bintang, menyadari Bumi tak memberi respon Bintang melepaskan tautan jemari mereka.
"Sorry!" Bintang meninggalkan Bumi yang masih menegang hingga tak menyadari jika Bintang telah keluar meninggalkan kamar.
Bintang berjalan taman belakang yang bersebelahan dengan kolam renang, memandang langit malam yang gelap tanpa bintang. Ia tersenyum sedih, "so stupid Bie, dia sama kamu karena keharusan."
"Galau ya?" tegur seseorang yang membuat Bintang dengan segera menghapus air mata yang tak sengaja tumpah.
"Enak aja, gue masih kesel sama lo." kata Bintang begitu tahu siapa gerangan yang menegurnya.
Revan tertawa mendudukkan diri di sebelah Bintang, "ya maaf, Abeth gimana?"
Bintang memicingkan mata, "she's fine."
"See gue udah bilang kalau dia bakal baik-baik aja," ujar Revan.
'She's not fine Rev, she's broken.' teriak Bintang dalam hati.
"Gue gak mungkirin kalau gue ngerasa Abeth sosok yang menyenangkan," Bintang bisa melihat Revan menyunggingkan senyum tipis.
"Tapi gue masih stuck sama Kinah, dan gue gak mungkin minta Abeth tinggalkan agamanya demi gue kan?" Bintang mengangguk setuju.
"Kenapa lo ngarep banget sama Bu Zakinah?"
Revan tersenyum sedih dan Bintang bisa melihat itu, "entahlah gue cuma ngerasa Kinah perempuan yang gak pernah gue temuin."
Bintang mengerutkan kening, "maksudnya?"
Revan terkekeh pelan, "lo tau kan gimana perempuan di sekitar gue, bunda dan mami, perempuan yang super gila. Dan gue liat Kinah yang bertolak belakang dengan bunda dan mami. That's the reason why i love her."
"Wow kesempatan Babeth benar-benar kecil ya, kalaupun Babeth muslim dia gak akan bisa geser bu Zakinah." kata Bintang tersenyum miris.
"Wallahualam Bie kan kita gak tahu, bisa jadi Abeth jodoh gue dan gue harus terima kan?"
"Aamiin, ups gue keceplosan." ucap Bintang sambil senyum-senyum najis yang bikin Revan bergidik ngeri dan memilih lari meninggalkan Bintang.
'Babeth kamu punya kesempatan,' teriaknya penuh bahagia.
***
Mood ku lagi down banget, uuuh sebenarnya malas banget buat lanjutin ini tapi udah janji kan.
150 lagi yah??? 💕
Babeth punya sedikit kesempatan, Bintang nyatain cinta.
Vote and comment, itu mood booster!
Assalamualaikum
Ya' 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
(BS #1) B
Teen Fiction| status: selesai | Bumi suami Bintang, Bintang istri Bumi. Mereka harus menikah di usia 17 tahun. Ini bukan hanya cerita tentang Cinta, tapi di sini juga ada beberapa cerita tentang keluarga.