8 - Mulai Dekat

17.1K 808 28
                                    

Lulus dari SMP gue berniat melanjutkan ke SMA. Tapi sahabat gue menyeret dan membujuk rayu biar gue ikut dia ke SMK.

Okelah gue akhirnya mencoba daftar ke farmasi. Yapz, niat awal gue itu mendaftar di farmasi.

Saat proses pendaftaran dengan pede nya gue langsung duduk di bangku pendaftaran,"Pak, ini tempat pendaftaran untuk farmasi kan?"

"Maaf dek, pendaftaran farmasi ada di sebelah sana." Pria itu menunjuk ke arah stand di sebelah kanannya.

"Beda nya apa? Kalau disini pendaftaran apa?"

"Oh ini ATLK."

"Singkatan dari?" Gue mengernyitkan dahi.

"Ahli Teknologi Laboratorium Medik."

"Apa lagi itu? Ada pelajaran farmasinya nggak, pak?"

"Ada tapi farmasi kesehatan."

"Ya udah saya daftar sini saja, bapak nanti yang ngajar saya kan?" Gue langsung mengisi formulir pendaftaran nya.

Setelah melewati berbagai tes, dari tes tertulis, psikotes, dan tes kesehatan akhirnya gue lolos.

Sedikit saran nih, kalau kalian berniat lanjut kuliah sebaiknya kalian pilih SMA tapi kalau niat kalian lulus langsung kerja SMK lah pilihan nya.

Gue sih dulu ga mikir panjang, pokok nya gue masukin aja lah sekolah yang nerima gue. Toh gue nggak bego-bego banget tapi kalo pinter banget juga kagak. Biasa aja.

Hari pertama gue syok!
Ada praktikum hematologi. Gue disuruh ambil darah partner gue. Sebaliknya partner gue pun disuruh ambil darah gue.

Mampus lah gue takut darah! Disuntik gue takut banget dan sekarang gue masuk ke Kelas yang berhubungan dengan darah. It's nightmare!

Saat partner gue mulai menusukkan jarum ke vena gue. Gue mulai merasa nyut-nyutan. Saking takut nya Wajah gue pun mendadak pucat pasi.

"Lo nggak papa kan?" tanya partner gue mastiin.

"Iya gue gak papa, Dit."

Adit pun meninggalkan gue untuk mengambil alat. Kepala gue terasa berat, pandangan gue pun mulai kabur. Hanya ada bayangan putih saja. Gue sudah tak kuasa menahan beban tubuh dan akhirnya gue pun rubuh ke lantai.

Ya hari pertama masuk sekolah dan di hari itu juga gue pingsan karena di ambil darah. Ada niat gue pindah sekolah, tapi gue nggak mau nyerah.

Gue emang lemah jika berurusan dengan darah. Tapi gue harus atasi itu, hanya 3 taun dan gue harus bisa bertahan.

Guru hematologi gue terkenal killer. Udah praktikum tentang darah, pengajarnyapun mirip vampire. Benar-benar suasana horor dan mencekam. Tapi gue salut dengan guru gue, dia lah yang berjasa mengajari siswanya untuk disiplin.

Pelajaran yang gue sukai adalah Parasitologi dan Bakteriologi. Gue suka liatin cacing sama bakteri di mikroskop daripada harus berhubungan dengan darah.

Tugas parasitologi pertama gue adalah mencari kutu anjing dan kaki seribu. Gampang-gampang susah. Gue   mencari kaki seribu di sawah. Agak geli juga sih tapi lebih baik itu daripada mencari kelabang.

Disitulah awal gue berkenalan dengan Tama, teman sekelas gue. Dia mau bantuin gue cari kaki seribu meskipun Tama bukan kelompok gue.

Karena Tama sudah baik sama gue, sebagai balasannya gue bantu dia cari kutu anjing. Kebetulan tetangga-tetangga gue pelihara anjing. Jadi bisa gue minta, siapa tau anjingnya kutuan.

Gue pun berhasil mendapatkan kutu anjing. Tugas pertama terselesaikan dengan baik.

Tama termasuk siswa yang lumayan cerdas. Gue banyak diajarin dia tentang pelajaran yang belum bisa gue pahami.

Sebelum melakukan praktek di laboratorium. Kita wajib mengikuti pre-test atau tes tertulis. Jika tidak memenuhi syarat tidak diijinkan mengikuti praktek.

Gue termasuk siswi yang jarang ikut praktek dan sering nongkrong di kantin. Parah!

Tama lah yang selalu memberi semangat dan membantu gue jika ada pelajaran yang tertinggal. "Lo tau nggak, ATLK itu tugas mulia, melayani sesama. Lo nggak boleh nyerah. Ini tuh panggilan jiwa, kalo lo nggak ngerasa kepanggil. Kalo lo nggak mau mengemban tugas ini mending lo mundur di awal," ucap Tama.

Gue menoleh ke arahnya, "Gue nggak akan nyerah kok. Gue nggak bakal mundur karena gue pingin ngebanggain ortu gue."

Semakin lama gue semakin dekat dengan Tama. Gue bisa bertahan dan beroleh nilai yang lebih baik salah satunya karena dibimbing Tama.

Entah kenapa ada rasa suka di hati gue. Apa mungkin gue jatuh hati dengan Tama?

Tiba saatnya magang di luar kota. Satu kelas magang di Balai Lab Kesehatan. Gue nggak satu tim dengan Tama, namun kita semua satu kelas mendapatkan mess di tempat yang sama.

Banyak kejadian tak terduga di mess yang kami huni. Gue dapat kamar nomor 13 bersama Renta, Rani, Yanti dan Alice. Sedangkan kamar cowok terpisah di seberang.

"Lah kita kok ganjil?" ucap Renta.

"Udah gak papa aman kok. Berdoa aja!" ucap Rani menenangkan.

Gue pun membuka kunci kamar, "Susah banget bukanya!" seru gue.

"Sini biar gue yang buka!" Alice pun mencoba membuka, dengan gampangnya ia buka kunci itu. "Lo sih kurang amal ibadah!" ejeknya.

Kitapun membagi tugas. Rani tugas nyapu, Alice dan Renta nyuci baju, Yanti setrika baju dan gue ngepel serta penyedia cemilan.

Malam di hari pertama, gue nggak bisa tidur. Udah berdoa tetap aja nggak bisa tidur. Gue lihat jam sudah menunjukkan pukul 02.30. Teman-teman sekamar gue masih pada tidur. Namun ada yang aneh.

Tiba-tiba si Renta bangun dari tempat tidur, berdiri dan mengarah ke pintu sambil memutar-mutar engsel pintu. Gue perhatiin dia masih merem. Gue teriakin, "Renta!" Diam saja dia.

Gue deketin, gue pegang jidatnya. Jalan sambil tidur rupanya. Lalu gue arahin dia ke tempat tidur gue.

Karena gue memang nggak bisa tidur, insomnia gue kumat. Gue putusin buat nonton bola di ruang tengah. Sewaktu gue buka pintu. Tiba-tiba si Adit nyelonong lalu tidur di tempat tidur Renta. Gue teriakin juga tapi dia diem aja. Gue pikir dia jalan sambil tidur.

Wah gawat kalau dibiarin. Buru-buru gue cari Tama atau teman cowok yang lain buat bangunin Adit. Bisa digrebek satpam nanti.

Beruntung saat gue menuju ruang tengah Tama sedang menonton bola bersama Yogi. Gue minta tolong mereka buat bangunin Adit yang nyelonong masuk ke kamar gue.

"Ah, nggak mungkin. Adit daritadi udah molor di kamar kok. Nggak ada lewat sini!" ucap Yogi.

Memang jika pergi ke kamar gue harus melewati ruang tengah. Anehnya Tama dan Yogi tidak melihat  Adit lewat. Gue jadi takut.

Tama dan Yogipun menemani gue kembali ke kamar sekaligus mengecek keberadaan Adit. Benar saja Adit nggak ada di kamar gue. Terus yang gue liat nyelonong masuk tadi siapa?!



My (Ex) Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang