Gue batal ikut liburan sekelas. Padahal udah direncanain liburan seminggu. Gue sedih nggak bisa ikut karena habis nyusruk di aspal. Nggak boleh pergi sama ortu gue. Suruh tinggal di rumah aja. Membosankan!
Gue pun hubungin Adi. Gue harap dia bisa nemenin gue. Adi sedikit ngambek, karena ia baru saja tahu kalau gue kecelakaan dan malam kemarin gue dianter pacarnya Renta. Apa mungkin dia cemburu?
Setidaknya Adi nemenin gue di rumah. Gue pingin jalan-jalan, kalau ada Adi kan gue ada alasan buat keluar rumah.
"Say, kamu pingin ke mana?" tanya Adi.
"Pingin ke pantai, nih." Gue memang pingin liat pantai dan ombak. Rasanya adem dan menenangkan merasakan hembusan angin laut.
Adipun mengajak gue ke pantai, yang gue nggak nyangka jaraknya 4 jam dari rumah gue. Padahal kita berangkat udah siang.
Sesampai disana, gue seneng banget. Pantai yang bener-bener bersih, dengan pasir putih. Sayangnya hujan jadi nggak puas main air. Jadi kita duduk di warung sambil minum kelapa muda dan makan mi rebus.
Kita hanya setengah jam di situ. Karena sampai di pantai sudah kesorean. Gue yakin kalau Adi sebenarnya sudah kelelahan. Tapi dia nggak mau ngomong.
Gue takut karena kanan kiri jalan itu jurang terjal, sedangkan penerangan tidak ada. Hujan lebat pula. Kita benar-benar modal nekat. Gue nahan dingin sambil nahan takut. Gue terus berdoa agar kita selamat.
Ponsel gue berdering, ayahanda dan ibunda terus-menerus menghubungi. Terpaksa gue bohong. Gue bilang, gue sedang ngerjain tugas. Gue takut kalau jawab jujur bakal disuruh putus dengan Adi.
Jam 10 malam gue baru sampai rumah, kehujanan dari pantai sampai ke rumah. Gue udah ditunggu oleh ayahanda di depan teras.
Ayah natap gue dan Adi dengan pandangan ingin menerkam. "Darimana saja?" tanya ayah.
Gue mau jelasin ke ayah tapi langsung disuruh masuk ke rumah. Gue cuma takut kalau Adi bakalan dimarahi.
Adi menjelaskan ke ayah, dia berkata jujur ke ayah kalau kita ke pantai. Hal itu membuat ayah marah ke Adi, padahal sesungguhnya gue yang ajak dia ke pantai.
Esok harinya gue jelasin ke ayah kalau memang ini semua salah gue. Gue yang nggak nurut perintah ayah. Bukan salah Adi. Tapi ayah tetap aja nggak suka dengan Adi.
"Ayah lebih suka kamu jalan dengan Rangga bukan dengan Adi. Ayah harap kamu jauhi Adi. Dia sepertinya belum dewasa!" perintah ayah.
Disitu gue sedih banget. Gue nggak bisa kalau harus pacaran dengan Rangga. Kita cuma sebatas teman dan gue nggak mau putus dengan Adi. Gue sayang sama dia.
Ibunda menelpon temannya yang notabene mamanya Rangga. Entah apa yang dibicarakan namun setiap malam minggu Rangga sering mampir ke rumah gue.
Sedangkan Adi, gue masih diem-diem nemuin dia tanpa sepengetahuan orangtua gue.
Beda banget perlakuan ayah ke Rangga dibandingkan ke Adi. Gue nggak pernah ditelpon-telpon setiap pergi dengan Rangga. Kalau ayah tahu gue pergi dengan Adi sebelum jam 8 malam sudah dihubungi disuruh pulang.
Rangga memang anak yang sopan, terlihat kalem dan nggak neko-neko. Jika dibandingkan Adi, Rangga memang terlihat lebih dewasa.
Karena Rangga merasa hubungan kita semakin dekat. Ia memberanikan diri untuk nembak gue lagi. Dua sebenarnya sudah tau kalau gue jadian dengan Adi. Tapi dia bukan orang yang gampang nyerah.
Disitu gue minta waktu untuk menjawab. Gue mencari kesempatan untuk bertemu dengan Adi, tanpa sepengetahuan orangtua gue.
Gue ceritain ke Adi kalau gue ditembak Rangga lagi, dia malah ketawa. Gue jadi makin kesel. Gue ngerasa kalau dia nggak serius sama gue.
"Terus kamu gimana? Aku sih santai kok. Kalau kamu pilih Rangga, terserah kamu," ucap Adi.
"Kamu beneran cinta nggak sih? Aku bakalan perjuangin kamu kok. Tapi kalau kamunya aja nggak ada niat ya buat apa aku pertahanin!" Gue bener-bener marah sama Adi.
Adi tarik tangan gue, ia genggam tangan gue, "Aku tuh nggak akan nyerah. Selama kamu yakin sama aku. Aku bakalan terus perjuangin kamu meski halangan sebesar apapun itu! Percaya sama aku, aku pasti bisa luluhin hati ayah kamu!" ucap Adi dengan tatapan serius.
Gue nggak bisa nahan air mata gue. Rasa sayang gue ke Adi begitu besar sehingga nggak gampang buat gue untuk mencari pengganti Adi dan gue juga nggak mau cari yang lain. Hanya ada Adi di hati gue.
"Kita berjuang sama-sama ya! Jangan buat aku kecewa," ucap gue lembut ke Adi.
Lalu kembali gue tolak cinta dari Rangga. Untungnya Rangga mau menerima dengan lapang dada. Gue bilang ke ayah, gue mau fokus dulu ke kuliah gue dan gue nggak bisa gantiin Adi di hati gue.
Ayahanda memang protektif dengan anak-anaknya. Terlihat keras namun sebenarnya hatinya lembut. Gue tahu sebenarnya ayah hanya ingin anaknya bahagia dan tidak dikecewakan.
"Ayah ingin kamu mendapat pasangan yang baik, bisa melindungi kamu dan bener-bener sayang sama kamu. Ayah nggak pingin kamu sedih, nak!" kata ayah yang membuat hati gue tersentuh. Gue pingin nangis dengernya.
Gue nggak pingin durhaka sama ayah. Gue bakalan buktiin kalau Adi nggak seperti yang ayah kira. Adi juga bisa dewasa. Adi pasti bisa buat gue bahagia. Suatu saat gue yakin ayah pasti mengerti dan menerima Adi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Ex) Boyfriend
ЮморKumpulan kisah kegilaanku di masa lalu.... Dalam revisi... Maaf jika nama-nama pemain diganti untuk menjaga privasi. 😊 #3 in humor (02.02.17)