37 - Hampir Gila

9.7K 637 35
                                        

Sewaktu gue magang di RSJ, gue nggak habis pikir dengan orang-orang yang putus cinta terus jadi gila. Gue menganggap mereka bodoh karena terlalu mencintai seseorang. Jika akhirnya mereka terluka dan kecewa, mereka menjadi depresi dan pikiranpun tak waras.

Kini baru gue sadari. Gue nggak bisa menekan rasa cinta. Gue nggak bisa setengah-setengah ketika mencintai seseorang. Saat gue berikan perasaan sepenuhnya pada orang yang gue sayang dan kenyataannya kita tak bisa bersama. Gue benar-benar down.

Gue dan Adi bertengkar hebat hingga akhirnya putus. Gue nggak nyangka bakal terhenti sampai disini kisah cinta kita. Meskipun gue yang mutusin Adi, jujur dalam hati gue masih sangat mencintainya. Entah apa bisa gue mendapat pengganti seperti Adi.

Saat putus dengan Marco, gue sedih tapi gue segera bisa move on. Saat cinta gue nggak berbalas dengan Tama, gue masih bisa membuka hati untuk orang lain.  Namun saat gue pisah dengan Adi, gue merasa teramat sangat sakit.

Rencana pernikahan yang gue impikan bersama Adi pupus sudah. Bukan hanya hati gue yang sakit tapi rasa sakit ini menembus hingga ke tulang dan persendian, membuat tubuh gue lemas tak berdaya.

Gue makin galau. Pikiran guepun kacau, gue butuh refreshing. Gue pakai tuh aplikasi ojek online dengan helm ijo-ijo. Gue minta dia anterin gue ke taman atau apalah gue asal pencet aja itu aplikasi.

Gue nggak perhatiin nama yang tertera di aplikasi. Sewaktu abang ojek menjemput dan membuka helmnya, mendadak pingin gue batalin.

Di saat yang kurang baik dan mood gue dalan kondisi paling drop. Kenapa harus bertemu dengan Tama lagi.

"Loh! Lo lagi, Katt?" sapa Tama.

"Lo ngojek, Tam?" tanya gue sambil naik ke motor Tama dengan rasa terpaksa.

Selesai bekerja di salah satu laboratorium swasta, sorenya Tama memanfaatkan waktu luang untuk ngojek.

"Mau kemana kita?" tanya Tama sambil memacu motornya dengan kecepatan 40 km/jam.

"Terserah, Tam!" Jawab gue lesu.

Setengah jalan tiba-tiba turun hujan dan Tama nggak membawa mantol. "Heh koplak! Hujan lho ini lanjut aja atau mau berteduh dulu? Bingung nih gue kalau tujuan lo nggak jelas!" keluh Tama namun gue masih bengong.

Tama mengerem mendadak motornya hingga gue tersadar, "Apaan sih, Tam!" seru gue.

"Lo ngelamun ya? Ini hujan makin deres! Kita neduh dulu aja ya?" Tama menghentikan motornya di bawah pohon rindang.

"Lanjut aja, Tam mumpung hujan." Gue masih mengenakan helm dan masker. Namun Tama menyadari kalau mata gue sudah memerah menahan tangis.

Tama menurut, ia mengendarai motornya lagi. Gue rasa dia tahu kesedihan gue. "Ada yang pingin lo ceritain nggak?" tanya Tama.

"Gue abis putus Tam! Baru kemaren putus!" Air mata gue netes berbarengan dengan guyuran air hujan yang membasahi tubuh.

Tama dengan sabar dengerin curhatan gue. Dia terus memacu motornya entah kemana karena gue nggak ngerti jalan.

Hujan makin deras, Tama dan gue basah kuyup. Tama menghentikan motornya tepat di depan gereja," Mending lo berdoa biar tenang!" ucapnya dan gue nurut omongan Tama.

Satu jam kemudian gue keluar dari gereja. Hujan makin deres dan gue lihat Tama masih nunggu gue di bawah pohon, gue samperinlah dia.

"Lo nungguin gue, Tam?" Gue lihat Tama udah menggigil kedinginan.

"Buruan naik! Gue takut lo kenapa-kenapa makanya gue tungguin." Jawaban Tama cukup buat gue makin sedih.

"Atau lo pikir gue bakal bunuh diri, Tam?" Gue berusaha keras agar tak terbawa perasaan.

Mana mungkin gue bisa menjalin hubungan serius dengan Tama. Perbedaan gue dan Adi saja bisa bikin ribut apalagi gue dan Tama, akan lebih menyakitkan lagi nantinya.

Gue cukup sadar diri. Tama adalah sahabat yang baik dan selamanya ia tetap menjadi sahabat gue, nggak lebih. Setidaknya setelah bertemu Tama dan curhat dengannya gue sedikit lebih bisa menerima kenyataan.

Semangat gue yang tadinya kendor kini mulai muncul kembali. Mungkin efek keguyur hujan jadi lebih fresh.

Gue bakalan menata ulang hati gue. Gue nggak akan terus-terusan meratapi Adi. Meski jomblo, gue kudu hepi!




My (Ex) Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang