11 - Galau

13.8K 738 11
                                        

Kini gue sudah duduk di kelas 12, saatnya kelulusan. Tessa dan Tama pun sudah tak lagi bersama. Mereka sudah putus.

Kalau gue ditanya masih menyimpan rasa? Jujur gue jawab ya. Tapi gue nggak tau harus bagaimana, toh Tama nggak merasakan hal yang sama.

Gue curhat ke temen-temen gue. Si Renta, Alice, Rani dan Yanti. Merekapun kompak menyuruh gue ungkapin perasaan gue ke Tama. Tapi disitu gue masih merasa malu.

Akhirnya gue berinisiatif nemuin Yogi, teman Tama. Mungkin dia bisa bantu gue. Gue ceitain bagaimana perasaan gue ke Tama. Baru kali ini gue merasa bener-bener sayang ke seseorang. Yogi berjanji bakalan bantuin gue.

Setelah ujian kelulusan, Tama menghampiri gue. Dia bilang Yogi sudah cerita semuanya. Gue merasa malu sebenarnya, tapi setidaknya gue lega. Tama memegang kedua bahu gue, "Sebenernya dari kelas 10, gue juga udah suka sama lo, tapi kita nggak mungkin bisa bersama makanya gue nggak pernah nyatain cinta ke lo," ucap Tama.

"Kenapa memangnya? Karena Tessa?" tanya gue.

"Bukan! Ini sangat berat, kita berbeda Katherine!" jawab Tama lalu mengajak gue duduk dan bicara lebih serius.

Gue dan Tama memang berbeda keyakinan. Gue ngerasa belom ada pria yang bisa gantiin dia, tapi bagaimana pun juga kita tak bisa bersatu, tembok pemisah antara gue dan Tama terlalu tebal.

Tama takut mencoba suatu hal yang dia sudah tau akan berakhir duka. Selama 3 taun gue memendam rasa ke Tama. Gue nggak bisa bersatu dengan dia. Ini lebih menyakitkan dari pada putus cinta.

Rasa yang tak pernah terungkap
Rasa yang tak pernah terucap
Cinta yang tersembunyi dalam diam
Menolak walau sebenarnya ingin menerima
Menghindar meski sebenarnya ingin bersama
Melepaskan meski sesungguhnya hati ini tak rela....

Setidaknya Tama telah mengajari gue cinta yang sesungguhnya. Rasa sedih, kecewa dan bahagia bercampur menjadi satu. Ia juga mengajari bagaimana cara merelakan yang memang bukan menjadi miliknya.

Setelah lulus Tama langsung bekerja, sedangkan gue masih ingin lanjut kuliah. Yanti dan Rani juga langsung bekerja. Alice kuliah di Jogja. Renta kuliah di Solo, gue masih mencari-cari mau kuliah dimana.

Perjuangan gue belum berakhir. Gue berharap teman-teman gue sukses dalam berkarir dan menggapai cita-citanya.

Gue ingin pindah jalur dan jurusan namun gue belum tau arah hidup gue bakalan kemana. Sebenernya gue ingin kerja bareng Tama namun hal itu justru membuat gue lebih susah move on. Jadi gue urungkan niat gue.

Alice yang melihat gue terus-terusan murung, mengenalkan gue pada seorang temannya. Pria itu bernama Rangga. Dia mahasiswa tingkat dua, jurusan mekatronika di salah satu universitas di Jogja.

Ternyata orangtua Rangga merupakan teman dari orangtua gue. Kitapun mudah akrab. Rangga membantu gue mendaftar di beberapa universitas di Jogja. Ia membantu mencarikan kos-kosan bahkan dia selalu mengantar makanan 3x sehari buat gue. Benar-benar baik si Rangga. Tiba pengumuman ternyata gue nggak lolos. Akhirnya gue tetap di jalur gue. Kuliah jurusan ATLK bersama dengan Renta.

Gue dan Rangga makin dekat, kita sering jalan bareng. Ayahandapun sepertinya menyukai Rangga. Dia anaknya sopan dan nggak neko-neko. Enam bulan kemudian Rangga nyatain cinta ke gue. Tepat di hari ulangtahun gue.

Waktu itu gue merasa belum siap untuk pacaran, meski Rangga sangat baik. Gue sudah menganggap dia sebagai teman. Belum bisa gue melangkah ke jenjang yang lebih serius. Gue pun menolak Rangga dengan halus.

Rangga bisa menerima itu dan sampai sekarang kita masih berteman.


My (Ex) Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang