15 - Scream

14.1K 909 41
                                    

Kampus gue ngewajibin seluruh mahasiswa ikut ekstrakulikuler. Gue bingung mau ikut apa, gak ada yang bikin gue tertarik.

Berhubung wajib, gue milih ekstrakulikuler English club. Eh nggak taunya Kak Jacob lah yang jadi pengurusnya bersama dengan Pak Willy, dosen gue.

Tugas pertama di English club, gue disuruh ngumpulin lagu bahasa Inggris favorite. Guepun ngumpulin lagu dari Avanged Sevenfold yang berjudul "Almost easy"  saat itu gue lagi hobi banget dengerin tuh lagu.

Setelah semua kumpulin lagunya dipanggilnya satu-satu menurut judul lagu. "Siapa yang ngumpulin Almost easy?"  tanya Kak Jacob.

Gue ngangkat tangan. "Maju sini!"  suruh Kak Jacob. Gue maju ke depan Kelas. "Nyanyiin!"  perintahnya yang membuat mata gue hampir ngeglinding.

"Kak gue nggak hafal!"

"Ya uda browsing aja kan bisa!" ujarnya lagi.

Kali ini gue nggak kebanyakan protes, badan gue lagi nggak fit. Suhu tubuh guepun  uda panas banget rasanya.

Kak Jacob memutar instrumennya. Gue blom siap scream di depan Kelas, gue teriak aja suara gue kaya kodok kejepit apalagi nyanyi sambil scream... Oh God gue dicobai kak Jacob untuk kesekian kalinya.

Guepun akhirnya nurut karna udah nggak ada tenaga lagi buat debat,

I feel insane every single time
I'm asked to compromise
Cause I'm afraid and stuck in my ways
And that's the way it stays
So how long did I expect love to outweigh ignorance?
By that look on your face I may have forced the scale to tip

"Stop!  Lo nyanyi lagu rock kenapa cengkok lo dangdut! Gak sekalian goyang lo?" hina kak Jacob. "Avenged Sevenfold jadi kaya Palapa... Astaga!" serunya lagi.

Gue emang suka lagu rock tapi suara gue nggak bisa ngerock apalagi scream gue paksapun tetep aja suara gue cempreng-cempreng kemresek.

"Gue bakalan pilih dua orang lagi buat nyanyi disini. Gue bakalan kasih hadiah buat suara terbaik, "ujar Kak Jacob.

Kalau tau dilombain gue pasti milih lagu lain, mending gue nyanyiin lagu pacar gue dong, Charlie Puth" One Call Away"

Dua orang saingan gue ternyata Renta dan Kak Stella. Keren abis suara mereka, gue jelaslah bakalan terhempas lebih dulu.

"Gue bakalan nilai kalian berdasar jumlah tepuk tangan penonton!" Kak Jacob menyuruh kami bertiga berdiri di depan Kelas.

Tepuk tangan buat Renta dan Kak Stella hampir imbang sedangkan gue! Nggak usah gue kasi tau kalian bisa nilai sendiri 😩😩

Gue nggak peduli mereka mau hina atau cela gue, yang jelas gue udah keliyengan dan badan gue makin panas. Kak Jacob untungnya segera menyadari.

"Katt muka lo kok kaya kepiting rebus? Lo sakit?" Kak Jacob deketin gue lalu nyentuh tangan gue.

"Eh, lo panas banget! Buruan duduk dulu deh. " Kak Jacob tiba-tiba saja panik. Ia menghentikan ekstrakulikuler dan menyuruh kami semua pulang.

Tinggallah gue, Renta, kak Stella dan kak Jacob di dalam Kelas. Kak Stella mengambil thermometer dan mengukur Suhu tubuh gue," 40 drajat Celsius! Panas banget! Kok lo nggak bilang sih?"

"Pantes aja hari ini lo nggak songong. Lo bisa sakit juga ternyata," goda Kak Jacob yang dihadiahi jitakan dari Kak Stella.

"Gue anterin pulang ya?" bujuk Kak Jacob.

"Nggak usah kak, gue bisa kok balik sendiri!" Gue berdiri sambil terhuyung.

"Eh lo nanti pingsan di jalan lho! Biar dianter kak Jacob aja!" seru Renta.

"Nggak Re, gue masih kuat!" Gue paksain untuk pulang sendiri. Gue nggak mau ngerepotin mereka gue mending naik bis bisa senderan di kursi.

Perjalanan sejam naik bis berasa lama banget. Gue nyenderin kepala di jendela. Makin berat aja rasanya kepala gue ini.

Saat gue nyender, gue lirik pria disamping gue ternyata tangannya udah masuk aja ke tas gue. Langsung aja gue pegang tangan dia tanpa banyak bicara.

"Panas!" teriak si pria asing.

"Ngapain grepe-grepe tas gue!"

"Nggak! Lepasin panas tau!" serunya lagi.

Sialan! Udah kepergok masih aja berkelit. Gue tarik tangannya yang udah pegang ponsel gue. "Itu hp saya mau diambil ya?" Gue sahut hp dari tangannya.

"Nggak!" Dia lalu lari pergi turun dari bis. Disitulah gue bersyukur badan gue panas.

Sesampai di rumah, gue nangis. Gue kalo udah nggak kuat nahan emosi dan badan gue sakit. Gue lebih milih nangis, habis puas nangis gue berasa lebih lega terus ketiduran deh.

Gue rasa tiap kejadian itu ada hikmahnya. Gue diberi sakit biar bisa gagalin aksi tuh copet!

My (Ex) Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang