40 - Tunangan

9.7K 594 24
                                    

Gue dan Adi mulai meyakinkan kedua orangtua kami. Akhirnya mereka memberikan restu untuk kami berdua. Mereka yakin bahwa kami sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan.

Ayahanda yang tadinya sangat menentang hubungan kamipun akhirnya luluh. Gue bener-bener terharu mendengar ucapan ayah,"Ayah pasti akan bahagia kalau melihat anak tercintanya bahagia." Pertama kalinya ayah memeluk gue erat sambil meneteskan air mata. Hati gue hancur banget.

"Ayah maaf sudah mengecewakanmu," ucap gue terbata.

"Nggak sayang. Kamu tetap putri kecilku tersayang. Ayah nggak pernah kecewa denganmu, nak!" Air mata gue udah nggak terbendung lagi. Gue peluk ayah erat. Gue tahu ayah terluka tapi ia berusaha tetap tersenyum bahagia demi anaknya.

"Maafkan aku ayah, ayah tetap menjadi cinta pertamaku sampai kapanpun," ucap gue lirih.

Setelah mendapat restu dari kedua orangtua kami. Kamipun berencana untuk lamaran dan tunangan. Kami menyusun acara untuk pertemuan antar keluarga.

Gue campur aduk rasanya. Masih nggak nyangka hubungan kami yang rumit dan penuh perjuangan ini akhirnya membuahkan hasil.

Temu keluargapun berlangsung hangat. Kita saling bercengkrama dan mengenal satu sama lain.

Gue baru paham jika menikah itu bukan sekedar aku dan kamu, namun juga hubungan antar keluarga besar.

Gue bayangin perjuangan gue dan Adi dulu. Ayah gue memang over protective. Ayah sebenarnya kuatir jika anaknya dikecewakan dan dilukai. Meski di luar tampak garang,tegas dan menyeramkan namun sebenarnya ayah sangatlah perhatian dan penyayang.

Gue akui sebenarnya gue yang sering membangkang dan nggak nurut dengan ayah. Gue sering buat ayah marah. Apalagi masalah pulang ke rumah tepat waktu. Gue sering pulang larut malam bahkan kadang pulang pagi.

Gue nggak mabok atau dugem. Gue nggak pernah nyentuh diskotik. Denger musik ajebajeb aja pusing. Gue pulang larut malam atau pulang pagi karena hobi gue nonton bioskop. Gue ambil film yang diputar tengah malam karena pingin nonton tayangan perdana.

Itulah yang sering bikin ayah ngamuk. Makin bertambah usia gue makin sadar bahwa selama ini gue salah. Gue nyesel bikin ayah marah. Gue nyesel dulu sering nggak nurut dengan ayah. Padahal ayah selalu memberi apapun yang gue minta. Akhirnya gue jadi anak yang egois. Namun gue berusaha untuk berubah lebih baik dan lebih bijak.

Gue bersyukur beroleh pasangan yang super sabar dan bisa mengarahkan gue lebih baik lagi. Gue berharap keinginan menikah gue dan Adi bisa terwujud dan berjalan dengan lancar.

Kini gue dan Adi sudah bertunangan. Cincin sudah terselip di jemari gue. Tandanya gue harus siap secara materi, mental dan jasmani untuk mempersiapkan  pernikahan.

My (Ex) Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang