Part 20

8.8K 210 0
                                    

Alberth POV
On

Aku bangun dari tidur ku yang indah karena terpaan matahari yang tepat mengenai wajah ku. Aku mengusap-usap ranjang di sisi ku. Aku tidak menemukan keberadaan Olive di samping ku. Aku membuka mata ku. Benar Olive tida tidur bersama ku. Lalu dia tidur dimana.

Aku bangun dan mendapati kamar kami sudah rapi kembali, mengingat apa yang aku lakukan semalam. Apa Olive yang membereskannya. Tentu saja.

Aku bergegas mandi, aku tidak melihat Olive menyiapkan baju kerja ku. Apa dia semarah itu?

Sekitar tiga puluh menit aku keluar dan hanya memakai kaos oblong dan celana selutut.

Aku menuju dapur sebenarnya untuk mencari Olive. Jujur aku merindukan nya sekarang.

Off

Olivia POV
On

Aku memang marah padanya hingga ku memilih tidur di kamar tamu sendirian. Jujur tanpa mendapat sentuhan dari nya, aku tidak pernah bisa tidur. Tapi semalam aku sangat memaksakan diri hingga kepala ku sedikit pusing.

Aku sangat sial hari ini, setelah kejadian canggung semalam, aku harus bersama nya sepanjang hari karena ini hari libur. Oh astaga. Apa yang akan terjadi tuhan.

Aku beranjak kedapur. Walau pun aku marah padanya, tapi aku tidak bisa melupakan kewajiban ku dan posisi ku dirumah ini.

Aku hanya memasak nasi goreng kesukaan nya, bukan untuk menggodanya tapi selera nya memang sangat tinggi, hingga aku juga menyukai nasi goreng ini.

Nasi goreng dengan campuran nugget, sosis dan daging ini memang sangat enak. Aku mempelajari nya dari bunda karena katanya ini memang kesukaan Alberth.

Saat ini aku sedang berada didapur sibuk dengan wajan didepan ku dan fokus pada irisan demi irisan pada bawang

Aku merasa ada sebuah tangan besar yang melingkari pinggang ku. Dia memeluk ku dari belakang. Siapa lagi kalau bukan si pria dingin itu.

Aku menghela nafas ku untuk memberinya kode agar dia melepaskannya namun dia tidak melakukan itu juga. Aku meletakkan pisau ku dan dengan kasar membuka lingkaran tangan nya.

Aku berbalik dan menatap nya tajam, dia hanya terlihat mengerutkan dahi.
Oh astaga. Dia bersikap seakan-akan dia seseorang yang polos tanpa kesalahan dan dosa. Apa dia lupa bagaimana dia habis-habisan membentak ku semalam.

"Jangan menyentuh ku!" ketus ku masih terus menatap nya.

"Kenapa? Kau istri ku dan aku merindukan mu" sahut nya sarkas.

"Ckk..jadi kau merindukan ku hm?! Kau tak ingat bagiaman mulut mu itu membentak ku semalam, hah?!" tegas ku.

"Ooh.. Jadi kau marah gara-gara itu? Kau pantas mendapatkan nya sayang" katanya dingin.

Dia membelai pipi ku dan jari-jari nya kini bermain di hidung ku. Dengan kasar aku menepis nya.

"Ku bilang jangan sentuh aku!" bentak ku. Dia terlihat agak kaget. Matanya sedikit menghitam oleh amarah.

"Apa yang salah dengan dirimu hah!?" kini dia sudah meninggi kan suara nya .

"Tidak kah kau sadar bahwa aku tengah marah pada mu hah!?" terika ku didepan nya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan hah!? Pergi meninggalkan ku seperti dulu, begitu?!" tanya nya sedikit membentak.

"Tidak!!" jawab ku tegas. Di mengerutkan dahi nya. "Aku akan tetap disini, tapi hanya menjalankan tugas ku sebagai seorang istri!" sambung ku. Dia membulatkan matanya.

Luka Yang Kurindu (EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang