.....
Aku terbangun dari tidur ku. Sejak tadi aku menangis hingga aku terlelap aku yakin mata ku sekarang telah sembab. Sekarang sudah jam delapan tapi Alberth belum juga kembali, aku sering kali mengkhawatir kan dirinya.
Mengingat apa yang kulihat tadi siang, aku menangis kembali. Ini sangat sakit. Lelaki yang ku percayai kini sudah merobohkan dinding kepercayaan ku pada nya. Apakah dia sengaja melakukan nya?
Aku menyeka air mata ku. Ini bukan yang ku harapa kan. Aku memerlukan Alberth. Semarah apapun aku padanya. Aku selalu menginginkan nya.
Aku turun untuk menunggu nya dia ruang tamu.
Drrt drrt drrt...
Aku mengangkat telpon ku yang ternyata dari Ricky.
"Halo ky, ada apa?" tanya ku.
Suara mu serak, apa kau menangis?
"Tidak. Aku tidak apa-apa".
Baiklah, apa besok kau pergi bersama Al?
"Tidak, kurasa aku pergi sendirian. Kenapa?"
Oh, kalau begitu mari pergi bersama
"Baiklah. Aku akan menunggu mu"
Astaga. Ponsel ku tiba-tiba dirampas. Itu Alberth. Dia membanting ponsel ku hingga retak dan berantakan. Aku berdiri menatap nya tajam dengan mata sembab ku.
"Apa yang kau lakukan kak?" tanya ku.
"Oh. Ternyata kau menangis. Apa itu sangat sakit?" tanya nya sarkastis.
"Apa maksud mu kak?" tanya ku sedikit takut
"Aku sudah bilang pada mu, jangan berurusan lagi dengan Pria lain!" bentak nya.
"Kenapa? Apa paduli mu hah!?" entah dari mana aku medapat keberanian ini.
"Kau sudah berani melawan ku hah!?" tanya nya. Dia mencengkram tangan ku. Sagat kuat hingga aku hanya bisa meringis.
"Lepaskan kak, ini Sakit" pinta ku dengan air mata yang terus mengalir.
"Aku tidak akan pernah melepaskan mu!"
"Kak. Ada apa dengan mu? Kenapa kau begitu kasar? Hikss... Hikss..."
"Kenapa? Ini aku yang sebenarnya. Aku bahkan bisa membunuhmu jika aku mau"
"Tidak kak. Ku mohon ampuni aku" kata ku memelas.
"Hahaha. Ampun kata mu hah!?" Alberth mendorong ku kuat hingga aku terjengkak ke lantai yang dingin dengan tangan ku yang menahan tubuh ku. "Aku tidak akan pernah mengampuni gadis pembangkang seperti mu!" dia menghampiri ku dan menjambak rambut ku.
"Akkhhh... Sakit kak" saru ku mahan tangan nya. Aku tidak berhenti menangis.
"Kenapa kau tidak marah saat melihat ku berciuman dengan wanita lain hah!? Apa cinta mu itu palsu?!" bentaknnya, aku hanya bisa menutup mata. Menahan sakit di hati dan kepala ku akibat jambakan nya yang semakin kuat.
"Tidak. Aku membebaskan mu. Maka dari itu aku tidak marah" jawab ku.
"Omong kosong!! Dasar Jalang sialan!! Tidak berguna!!" hardik nya. Perkataan nya seakan menohok ku.
Aku berusaha bangkit untuk melawan nya tapi dia malah menyeret ku jauh hingga kepala dan tangan ku sesekali membentur benda yang ku lalui. Dia menyeret ku dengan hanya memegang rambut ku. Aku bahkan melewati tangga dengan tubuh ku yang terus-terusan membentur anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Kurindu (EDITING)
Teen Fiction"Aku ini istri mu" "aku tidak menganggap nya begitu" "aku capek kak" "terserah kau saja" ...... pemain yang hebat. disaat aku bersusah payah membesarkan anak kita. kau malah asik bermain dengan jalang sialan mu itu. aku berusaha menjadi istri yang...