Part 31

8.6K 244 1
                                    

Olivia POV

Untuk cuaca sakit hati yang menyakitkan seperti menjadi kerang bersama laut meskipun aku mungkin mendapatkan hancur dan hancur aku yakin pada akhirnya aku akan bersinar terang dan menjadi lebih berharga.

Itulah yang dapat ku harapkan , dari apa yang ku hadapi berusaha membuat nya seperti saringan kapas. Meski sangat menyakitkan dan sukar untuk berhenti, setidaknya aku sudah mengetahui dimana kampuan ku. Berusaha menyembunyikan kesedihan di balik sebuah senyuman singkat.

Kisah dimana kamu akan terkunci dengan segudang penderitaan yang bahkan orang lain pun menatap iba padamu. Keadaan seperti ini yang tidak ku ingin kan. Sangat menyedihkan.

Dan di sini lah aku sekarang, terbaring lemah dengan selimut tebal menutupi tubuh mungil ku. Keringat bercucuran tubuhku. Suhu tubuh ku tinggi, tidak ada yang bisa ku lakukan, aku hanya bisa menangis melihat ku diriku yang terpuruk lemah membuat ku menginginkan sebuah pelukan hangat dan itu hanya dari Alberth.

Drtt.. Drttt... Drrtt...

Ponselku sebenarnya berdering sejak tadi aku berusaha menggeser tubuhku agar meraih nakas yang sebenarnya cukup jauh dari ranjang. Aku sudah bisa meraih gelas yang berada di nakas. Semakin aku berusaha semakin lemah dirikum hingga gelas itu jatuh dan pecah bersamaan dengan robohnya diri ku. Sakit nya bertambah parah membuat kepala ku pusing hingga kegelapan merenggut ingatan ku.

.....

Didalam cerita, seseorang yang pingsan akan berakhir dengan kepala pusing dan berada di sebuah ruangan serba putih dan bau yang sangat tidak kusuka serta sebuah cairan infus yang mengalir dalam darah ku membuat ku lebih bertenaga tidak seperti sebelum nya.

Dan benar saja, kini aku berada di rumah sakit, mau tidak mau aku harus berbaring dengan status sebagai pasien. Tapi, siapa yang membawa ku kesini, bukankah tadi aku sendirian. Ku edarkan pandangan ku kesemua sudut ruangan ini dan yah, aku memang sendirian. Aku mengehela nafas berat.

"Kau sudah siuman..?" bunyi sebuah suara, aku menatap arah suara itu, suara ini seperti suara.. Ricky?

"Hai... " dia baru saja menyapa ku. Aku hanya tersenyum manis.

"Bagaiamana kabar mu? "

"Ku rasa ini lebih baik" jawab ku singkat.

"Aku tidak akan melepaskan mu" seru Ricky. Sambil berjalan kearah ku dan duduk di kursi dekat ku. Dan meletakkan sebuah kantongan plastik entah apa isi nya.

"Apa maksudmu? "

"Buat apa kamu bertahan untuk cinta yang tidak Mengharapkan kehadiran mu " sambung nya.

"Kau ini kenapa? " tanya ku

"Tidak bisa kah kau melihat ku. Tidak bisa kah kesempatan itu datang pada ku? " tanya nya serius, mata kami bertemu.

"Apa yang salah dengan mu Ky? " tanya ku semakin bingung

"Ah! Tidak lupakan saja. Sekarang kamu harus makan" seru Ricky.

"Tidak. Aku tidak lapar sekarang"

"Keadaan mu lemah. Kau harus makan" paksa Ricky.

"Tidak ky, aku-"

"Aku tidak menerima penolakan Olive... " seru Ricky memohon.

"Baiklah. Tapi apa yang kau bawa? " tanya ku sedangkan Ricky, menyuapkan nasi ke mulut ku hingga penuh.

"Oh, aku beli susu ibu hamil untuk mu" seru Ricky santai

Uhukk uhukkk uhuukk

Aku tersedat karena ucapan Ricky. Ricky segera mengambil ku segelas air. Wajah ku menunjukkan bahwa aku membutuhkan penjelasan.

Luka Yang Kurindu (EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang