💦kediaman Muarthque
"Aww..." Olive meringis mendapati sekujur tubuh nya sakit. Ingatan nya memutar kembali kejadian kemarin. Olive hanya tersenyum miring, seaakan air mata nya telah beku dengan hati nya yang mendingin.
Olive tidur di kamar tamu, Alberth bahkan tidak peduli dengan nya lagi.
Olive berjalan dengan susah payah kearah kamar Alberth tentu saja untuk membangun kan nya, hari ini hari bahagia sahabat nya mana mungkin alberth akan terlambat.
"Al... Bangun lah" olive bahkan tidak memanggil nya dengan sebuatan 'kak' lagi. Mungkin hanya beberapa hari.
Diam. Alberth tidak merespon sama sekali. Olive memperhatikan wajah Alberth. Damai. Sangat damai. Meski sudah disakiti, rasa cinta Olive lebih besar daripada rasa benci dan kecewa nya.
Wajah Alberth terlihat sangat tenang, dengan deru nafas yang teratur. berbeda dengan kemarin yang terus saja terbalut emosi, mata nya pun menggelap Olive merinding mengingat itu.
"Al... Apa kau lupa, hari ini hari pernikahan Kevin. Apa kau tidak akan pergi untuk memberi nya selamat" olive terus mengguncang tubuh Alberth pelan.
"Astaga Olive!" seru Alberth setelah matanya terbuka dengan sempurna dan beranjak duduk sedangkan Olive yang terkejut hanya bisa melangkah mundur.
"Ak-aku tidak berniat menganggu tidur mu, aku.. Aku hanya ingin membangun kan mu saja" lirih Olive menunduk namun masih bisa didengar Alberth.
"Mata mu sembab, apa kau tidak berhenti menangis?"
"Ah, aku.. Aku .. Aku hanya kelamaan tidur. Yah.. Begitu" jawab Olive takut.
"Kemarilah.."
Deg. Alberth memanggil nya. Apa dia akan berbuat itu lagi. Olive seakan merasa bahwa dirinya sekarang sedang berada di tengah jembatan. Berdiri dengan perasaan bingung, antara dia harus maju namun harus berhadapan dengan takdir nya atau dia harus mundur menyelamatkan diri karena tipu daya egonya sendiri.l
"Kenapa diam saja, kemarilah. Aku tidak akan memukul mu" ucap Alberth lembut.
Kelembutan suara Alberth seakan bisa menghipnotis dirinya untuk tidak menolak Alberth.
Olive duduk agak jauh dari Alberth dengan kedua tangan nya saling mengapit untuk mengusir rasa takut nya.
"Mendekatlah"
"Tidak. Katakan saja ada apa?" tanya Olive berani.
Karena olive tak kunjung maju, maka Alberth lah yang maju hingga mereka saling mendekat. Alberth memeluk Olive erat.
"Aww..." ringis Olive karena Alberth memeluk nya terlalu erat. "Pelan-pelan" lirih Olive.
"Seluruh tubuh mu sakit, apa itu karena aku?" tanya Alberth. Olive mengangguk lemah. Alberth melembutkan pelukannya. Membuat Olive merasa nyaman.
"Mau ku antar kerumah sakit?" tanya nya. Kali ini Olive menggeleng lemah. Alberth hanya mengangguk setuju.
"Kalau begitu, mari pergi bersama ke acara Kevin" ajak Alberth. Olive tersentak dan melapaskan pelukannya.
"Tidak. Aku akan pergi bersama Taya, Aku akan menyiapkan pakaian mu" ucap Olive sangat lemah.
"Apa kau begitu membenci ku?" tanya Alberth. Olive terlihat menarik nafas berat
"Seperti yang kau katakan Al" jawab Olive. Alberth hanya memicingkan matanya.
"Apa maksud mu?"
"Kau sudah dewasa Al. Kau pasti mengerti" jawab Olive dan berjalan keluar dengan langkah yang tertatih-tatih.
"Aku mencintai mu" lirih Alberth bahkan terdengar berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Kurindu (EDITING)
Teen Fiction"Aku ini istri mu" "aku tidak menganggap nya begitu" "aku capek kak" "terserah kau saja" ...... pemain yang hebat. disaat aku bersusah payah membesarkan anak kita. kau malah asik bermain dengan jalang sialan mu itu. aku berusaha menjadi istri yang...